Hey, tahu kah kau? Kali ini, ada 6 kasus beraat yang sedang aku bahas. Puyeng juga ngebahas DRP (drug related problem) nya. Dan di saat waktu begitu kasibnya, ternyata malah pengiiiin banget nge-blog. Oalaaaahh... Ternyata si otak kanan ini nakal bangeeet. Karena keseringan banget dimanja (baca : lebih sering digunakan), sekali gunain otak kiri, dia malah merajuuk. DI saat mau PKL yang semestinya belajar habis-habisan, malah dia ngerajuk buat nge-desain. Di saat bahas shortcase kasus ICU, malah dianya negrayu buat nge-blog. Heeehh.. dari pada ngambek, ta' ikutin dulu ajah deh maunya. Hihi...
Hemm... aku cerita apa ya? Yaa, namanya juga blog curhat. Jadi, aku cerita apa saja dong yah. Maaf bagi kamu-kamu yang tak sedang ingin menampung sampah, sebaiknya segera close this page. Karena, aku lagi pengin nyampah saja. Hehe...
Hemm....pas lagi parade kemarin, mereka (dokter, ners, farmasis, dan nutrisiant) pada ngomongin kata-kata semacam patofisologis, prognosis, terapis, dan berbagai akhiran --is lainnya, mataku cuma kriyep-kriyep. Bingung! Hee... Ternyata eh ternyata, aku tak tahu apa-apa. Grrhhhh...mesti belajar lagiii niiih, begitu tekad dalam hati. Sambungan tekadnya, Pokonya, nantii, kalo udah nyampe kosan, harus..harus haruss belajar, apa itu intubasi,apa itu ekstubasi, apa itu BST, apa sih yang mesti dianalisa dari gas darah, ko pake standardisasi ini dan itu? (Nah loh, kamu bingung juga kaaan? *hehehe, nyari temen bingung! Hee....).
Tapi, sesampainya di kosan (dan itu rata-rata ketika mentari juga udah kembali keperaduannya), bukannya buka buku dan belajar malah ngorok. Zzz....zzz....zzz.... Lalu, pagi-pagi, "Hwaaaaa..... akuuuhh belum belajaaarrrr niiiiihhhh... Hwaaaaa.....". Kocar-kacir macam macan ompong (haha, apa hubungannya macan ompong sama kocar kacir ya?). Lalu, kejadian berikutnya kembali berulang kaya adegan gol sepak bola yang suka diulang-ulang berkali-kali oleh stasiun tipi manapun (dan sejujurnya aku bosen ngeliatnya, hihihi), pagi-pagi, duduk di forum parade dengan mata kriyep-kriyep, kaga ngerti apa yang dibilangin orang-orang cerdas itu. Dan kalo udah gini, maka aku selalu saja ingin jadi dokter (lohh??? hihihi).
Lalu, tibalah saat yang sangat mendebarkan itu. Siangnya, giliran aku yang melaporkan kasus. Masya Allah. Bengong. Asli! Gue mesti menyampaikan apaaaah niiihhh?? Dan kata-kata "Ya, silakan dijelaskan kasusnya, dan apa DRP nya?" seperti sirine gempa yang bikin deg-deg-an, bikin takipnea, bikin takikardi. Hehehe...
Aku mulai bergaya bolak-balik catetan, kaya nyetet buanyaaak ajah padahal tak satupun DRP tercantum di catatan itu, bolak-balik buka laptop berharap keajaiban segera datang. Tapi nihil. Lantas mencoba berwajah begitu datar. Tapi tak juga bisa menyembunyikan kepanikan.
"Oh God, apa yang mesti aku sampaikan."
Tiba-tiba, liat nilai SGOT/SGPT pasien meningkat 10x lipat dan melihat ada obat-obat yang bersifat hepatotoksik. Alhamdulillaah... Nilai SGPT/SGOT itu bagaikan bohlam di tengah kegelapan. Dengan segera aku laporin tentang hepatotoksisitas itu. Aahh, syukurlah.
Kamu bisa bayangkan, betapa berharganya nilai SGPT/SGOT itu bagiku, sama halnya seperti orang haus yang dikasi segelas jus jeruk, kaya penumpang kapal tenggelam yang ketemu sampan, pokonya ngerasa ada yang nolong disaat bener-bener kejepit. Hee...
Hemm....kasus yang sedang aku bahas itu sebenernya tentang pasien tetanus. Tapi komplikasi sepsis, setelah terpapar HAP (hospital acquired pneumonia), jadinya mengalami penurunan kesadaran dan harus dirawat di di ruang care unit. Hal yang menurutku agak sedikit menggelitik itu adalah penyebab akhirnya dia tergeletak tak berdaya dengan berbagai selang meliputi dirinya itu semacam ventilator (alas bantu nafas), EKG yang memantau denyut jantung dan ritme jantungnya, sekaligus analisa respirasinya semacam saturasi O2 dan CO2, lalu beberapa infus pump dan syringe pump. Tak lupa trakeostomy buat bantu pernafasan langsung tanpa mesti ngirup-ngirup lewat saluran nafas normal, lalu CVC, lalu nasogastrik tube yang kaya belalai di hidung. Kateter urine juga. Kau bisa bayangkan bagaimana kondisi pasien itu kan? Dan penyebabnya hanya sederhana. Hanya gara-gara tusuk gigi.
Jadi, ceritanya, pasien tersebut sakit gigi, bukannya ke dokter gigi, malah nusuk-nusuk giginya itu dengan sesuatu benda ampe berdarah. Mungkin saking keselnya ama si gigi yang pake sakit segala kali yah? hee.... Tapi malemnya tiba-tiba jadi demam dan 2 hari kemudian rahangnya jadi kaku dan mulut kaga bisa dibuka. Awalnya GCS nya masih bagus, masih 15. Tapi, setelah beberapa hari rawatan malah turun. GCS nya mungin hanya sekitar 5, prokalsitonin sudah meningkat hingga lebih dari 1000 kali. Masya Allah...
Hemm....apa pelajaran yang bisa kita petik? Ya, jangan suka nusuk-nusuk gigi pake benda aneh. Siipp. Pelajaran lainnya adalah, kadang,hal sederhana dan kita anggap kecil itu, menjadi awal dari sesuatu yang berakibat sangat besaaar. Kita pikir dengan hal-hal yang kita anggap kecil, lantas tak akan memberikan efek apa-apa. Tapi sering kali kita salah. Justru, kadang ketika kita meremehkan hal-hal kecil itulah, sesungguhnya disadari atau tidak, ia akan jadi bom waktu yang bisa saja membunuh diri kita kapan waktunya tiba. Sering kali kita meremehkan dosa kecil, tapi tak disadari, justru itulah yang kemudian menutupi hati-hati kita dengan noda kegelapan yang menghalangi cahaya-Nya masuk. Astaghfirullaah. Smoga ini jadi pengingat bagi diriku, juga bagi kita smua.
Hemm... aku cerita apa ya? Yaa, namanya juga blog curhat. Jadi, aku cerita apa saja dong yah. Maaf bagi kamu-kamu yang tak sedang ingin menampung sampah, sebaiknya segera close this page. Karena, aku lagi pengin nyampah saja. Hehe...
Hemm....pas lagi parade kemarin, mereka (dokter, ners, farmasis, dan nutrisiant) pada ngomongin kata-kata semacam patofisologis, prognosis, terapis, dan berbagai akhiran --is lainnya, mataku cuma kriyep-kriyep. Bingung! Hee... Ternyata eh ternyata, aku tak tahu apa-apa. Grrhhhh...mesti belajar lagiii niiih, begitu tekad dalam hati. Sambungan tekadnya, Pokonya, nantii, kalo udah nyampe kosan, harus..harus haruss belajar, apa itu intubasi,apa itu ekstubasi, apa itu BST, apa sih yang mesti dianalisa dari gas darah, ko pake standardisasi ini dan itu? (Nah loh, kamu bingung juga kaaan? *hehehe, nyari temen bingung! Hee....).
Tapi, sesampainya di kosan (dan itu rata-rata ketika mentari juga udah kembali keperaduannya), bukannya buka buku dan belajar malah ngorok. Zzz....zzz....zzz.... Lalu, pagi-pagi, "Hwaaaaa..... akuuuhh belum belajaaarrrr niiiiihhhh... Hwaaaaa.....". Kocar-kacir macam macan ompong (haha, apa hubungannya macan ompong sama kocar kacir ya?). Lalu, kejadian berikutnya kembali berulang kaya adegan gol sepak bola yang suka diulang-ulang berkali-kali oleh stasiun tipi manapun (dan sejujurnya aku bosen ngeliatnya, hihihi), pagi-pagi, duduk di forum parade dengan mata kriyep-kriyep, kaga ngerti apa yang dibilangin orang-orang cerdas itu. Dan kalo udah gini, maka aku selalu saja ingin jadi dokter (lohh??? hihihi).
Lalu, tibalah saat yang sangat mendebarkan itu. Siangnya, giliran aku yang melaporkan kasus. Masya Allah. Bengong. Asli! Gue mesti menyampaikan apaaaah niiihhh?? Dan kata-kata "Ya, silakan dijelaskan kasusnya, dan apa DRP nya?" seperti sirine gempa yang bikin deg-deg-an, bikin takipnea, bikin takikardi. Hehehe...
Aku mulai bergaya bolak-balik catetan, kaya nyetet buanyaaak ajah padahal tak satupun DRP tercantum di catatan itu, bolak-balik buka laptop berharap keajaiban segera datang. Tapi nihil. Lantas mencoba berwajah begitu datar. Tapi tak juga bisa menyembunyikan kepanikan.
"Oh God, apa yang mesti aku sampaikan."
Tiba-tiba, liat nilai SGOT/SGPT pasien meningkat 10x lipat dan melihat ada obat-obat yang bersifat hepatotoksik. Alhamdulillaah... Nilai SGPT/SGOT itu bagaikan bohlam di tengah kegelapan. Dengan segera aku laporin tentang hepatotoksisitas itu. Aahh, syukurlah.
Kamu bisa bayangkan, betapa berharganya nilai SGPT/SGOT itu bagiku, sama halnya seperti orang haus yang dikasi segelas jus jeruk, kaya penumpang kapal tenggelam yang ketemu sampan, pokonya ngerasa ada yang nolong disaat bener-bener kejepit. Hee...
Hemm....kasus yang sedang aku bahas itu sebenernya tentang pasien tetanus. Tapi komplikasi sepsis, setelah terpapar HAP (hospital acquired pneumonia), jadinya mengalami penurunan kesadaran dan harus dirawat di di ruang care unit. Hal yang menurutku agak sedikit menggelitik itu adalah penyebab akhirnya dia tergeletak tak berdaya dengan berbagai selang meliputi dirinya itu semacam ventilator (alas bantu nafas), EKG yang memantau denyut jantung dan ritme jantungnya, sekaligus analisa respirasinya semacam saturasi O2 dan CO2, lalu beberapa infus pump dan syringe pump. Tak lupa trakeostomy buat bantu pernafasan langsung tanpa mesti ngirup-ngirup lewat saluran nafas normal, lalu CVC, lalu nasogastrik tube yang kaya belalai di hidung. Kateter urine juga. Kau bisa bayangkan bagaimana kondisi pasien itu kan? Dan penyebabnya hanya sederhana. Hanya gara-gara tusuk gigi.
Jadi, ceritanya, pasien tersebut sakit gigi, bukannya ke dokter gigi, malah nusuk-nusuk giginya itu dengan sesuatu benda ampe berdarah. Mungkin saking keselnya ama si gigi yang pake sakit segala kali yah? hee.... Tapi malemnya tiba-tiba jadi demam dan 2 hari kemudian rahangnya jadi kaku dan mulut kaga bisa dibuka. Awalnya GCS nya masih bagus, masih 15. Tapi, setelah beberapa hari rawatan malah turun. GCS nya mungin hanya sekitar 5, prokalsitonin sudah meningkat hingga lebih dari 1000 kali. Masya Allah...
Hemm....apa pelajaran yang bisa kita petik? Ya, jangan suka nusuk-nusuk gigi pake benda aneh. Siipp. Pelajaran lainnya adalah, kadang,hal sederhana dan kita anggap kecil itu, menjadi awal dari sesuatu yang berakibat sangat besaaar. Kita pikir dengan hal-hal yang kita anggap kecil, lantas tak akan memberikan efek apa-apa. Tapi sering kali kita salah. Justru, kadang ketika kita meremehkan hal-hal kecil itulah, sesungguhnya disadari atau tidak, ia akan jadi bom waktu yang bisa saja membunuh diri kita kapan waktunya tiba. Sering kali kita meremehkan dosa kecil, tapi tak disadari, justru itulah yang kemudian menutupi hati-hati kita dengan noda kegelapan yang menghalangi cahaya-Nya masuk. Astaghfirullaah. Smoga ini jadi pengingat bagi diriku, juga bagi kita smua.