Man and Woman Difference [Part 1]

Sebelum berjumpa bantal dan guling, gatel banget pengin nulisin iniiih niih, sesuatu yang getoooll banget pengin akuuh bahas (malah muncul di saat-saat lagi genting dan need focus to #tesisong). Saat-saat beginiih niih, malah tulisannya John Gray PhD plus discuss ringan dengan seseorang di Riyadh sana lebih menarik untuk ditekuni dari pada tulisannya Pak Hoffler et al , 2010. Hihi... Ahh udahlahh, dari pada akuuh penasaran teruus, mending aye tulisin dulu ajah niih, sekalian memuarakan apa yang pengen dituangkan. :)

Sebelum berangkat ke intinya, sharing tulisannya John Gray and my discuss with my luvely hubby, mari kita paparkan sedikit penelitian ilmiah dari Zaidi, 2010, ahli anatomi dari King Saud University, Riyadh [kalo udah nyebut kata Riyadh ini, menimbulkan sensasi semacam perasaan ingin segera ke sana dan menjumpai seseorang deehh.... ;)] yang membahas dan me-Review tentang Gender Differences in Human Brain. Ga tanggung-tanggung, ada 276 sitasinya. Ma syaa Allah. Betah bet beliau ngebahas segitu banyak jurnal ilmiah yah? Sesuatu yang ga gue banget dah! Kalo baca jurnal ilmiah, aye pailng baca abstrak trus langsung ke metode, result and discuss dan yang paling penting "the conclusion". Hihi... :D.

Nah, back to topic dah tentang Gender Differences in Human Brain. Tentu saja ini bukan bermaksud genderis loh yaah, tapi ma syaa Allah, secara anatomis dan fisiologisnya, ternyata otak laki-laki itu memang berbeda dengan perempuan. Sedikit berbeda. Dan perbedaan ini lah yang kemudian menyebabkan cara berpikir dan cara menyikapi sesuatu antara laki-laki dan perempuan itu berbeda. Ditambah lagi pengaruh hormonal yang ternyata juga memberikan perbedaan yang  cukup signifikan antara laki-laki dan perempuan. Nah, secara anatomis telah ada evidence bahwa otak laki-laki dan perempuan itu beda. Sekarang secara psikologis (yang notabene juga adalah hasil penyikapan dari cara berpikirnya si otak), telah dibahas secara lebih mendalam oleh John Gray, PhD, Allan dan Barbara, dan Dr. Thariq Kamal An-Nuaimi. (Karena dari dulu aku memang tertarik membaca buku yang beginian. Udah koleksi juga bukunya, tapi belum sempet dibaca ajaahh... Hihi... -_-') dan sekarang sudah berjumpa praktiknya sekalian bersama seorang laki-laki (kalo dulu aku ngebahasnya baru sekadar ranah teori doang), membuat pembahasan ini semakin menarik buat akuuhh.

Sejujurnya, aku tidak ahli dan tentu saja masih jauh dari paham mengenai hal-hal psikologis beginian. Tak berilmu jugak. Tapi karena aku demen buat ngebaca yang beginian, sedikit banyaknya terinfluence juga... Ditambah lagi, aku dan suami kadang suka bahas beginian, lalu suka angguk-angguk sendiri sambil membatin "Hehehe, ternyata begini yah? Hihi.... :D".


What's a long "mukaddimah" that is... -_-'

Okelah, ini sebagai catatan pembuka untuk diskusi-diskusi selanjutnya yang pengen bet aku
bahas. Tapi aku sekarang udah harus tidur. Ini karena gatell ajah pengen nulisin, jadi aku tulis mukaddimahnya plus 1 perbedaan dulu yaahh... :)

Sebagai mana dibilang ama Pak Zaidi, bahwa secara anatomis memang laki-laki dan perempuan itu beda dan kemudian kata Pak Gray bahwasannya dalam penyikapan banyak hal laki-laki perempuan juga berbeda. Maka, aku pengen banget ngebahas ini deehh.
Aku bahas 1 topik dulu dari sekian banyak topik yg dibahas pak Gray.

Perbedaan 1, Bagaimana menyikapi kondisi full stress

Dalam setiap lini kehidupan, tentulah kita akan dihadapkan pada berbagai permasalahan. Tak peduli itu masalah besar atau kecil, tetap saja sebuah permasalahan akan menghampiri kita. Tergantung seberapa besar kadar kesanggupan kita di mata Allah...
Nah, lalu bagaimana laki-laki menghadapi masalah?
Laki-laki cendrung untuk berdiam diri--istilah Pak Gray; Masuk Gua--dan tak ingin sedikitpun diusik sampai benar-benar menemukan jawaban dan solusi atas permasalahan itu... Ya, laki-laki memerlukan solusi...
Bagaimana dengan perempuan ketika menghadapi masalah?
Perempuan cendrung untuk berbagi beban dan menceritakan masalahnya, tak peduli ia akan mendapatkan solusi atau tidak. Bahkan lebih banyak dan lebih cendrung untuk menceritakan saja tanpa butuh solusi.

Parahnya, kita sering bersikap sebagaimana kita ingin disikapi. Memperlakukan sebagaimana kita ingin diperlakukan....
Ketika laki-laki ada masalah, ia ingin dan siap menjadi pendengar dari setiap permasalahan laki-laki, dan terus mengejarnyaa... "Ada apa Sayang?" "Lagi ada masalah, Cinta? Hayooo cerita dong.", "Ada yang bisa aku bantu, Sayang?" dst.... Sementara yang diingini laki-laki adalah "Kamu diem dulu dooong, dan biarkan aku sendiri."
Berbeda kaan?
Saat seperti ini sangat potensial untuk menimbulkan ketidakenakan, bahkan bisa menjadi pertikaian antara si suami dan istri. Si suami merasa diusik sementara si istri merasa ga dianggap dan merasa ga dicintai. Padahal, bukan berarti si istri ga dicintai sama suaminya. Suami hanya lagi butuh sendiri. Itu saja.....

Subhanallaah...
Maha agung Allah yang menciptakan segala perbedaan itu. Agar kita saling belajar. Agar kita saling melengkapi.....

Lantas bagaimana kah kita bersikap?
Yap, tepat! Belajar untuk saling memahami.... Belajar untuk saling mengerti....
Istri belajar untuk memahami dan mengerti suami ketika si suami lagi ada permasalahan, yaitu dengan membiarkan suami "berdiam diri" sesaat di "guanya" tanpa perlu ikut-kutan dan mengejar suami ke guanya. Pembiaran adalah pilihan terbaik bagi suami...
Bagi pasangan yang baru menikah, mungkin masih meng-explore bagaimana dan seperti apa "bentuk gua" suami. Mungkin tidak ada salahnya, suami dan istri saling bercerita dan berkomunikasi saat kondisi di anteng dan santai serta nyaman, bagaimana "guanya" suami agar suatu saat ketika suami lagi berada di gua, istri tak ikut-ikutan mengusik dan menguber-uber serta mengejar suami...

Semoga ini menjadi pembelajaran terutama bagi diriku sendiri. Bahagianya, jika dulu masih dalam tataran teori, sekarang udah bisa langsung dipraktekin. Hihi....

Okeh, in syaa Allah be contionued untuk oembahasan difference2 selanjutnya in the next sesion.

_____________

*Special thank's for My Prince, My Lovely Hubby, for our discuss, for everythings. Terima kasih Cinta, sudah begitu banyak bersabar dalam mengajari fathel, terima kasih atas segalanya... #LoveYouSoMuch :)


0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked