What's Ur Nasionality, Madam?

Ketika di ruang rawat selama 5 hari, pertanyaan yang paling sering aku dengar dari para perawat (dan kadang juga dokter) adalah;
"What is your nasionality, Madam?"
Atau,
"Are you Philipine or Malaysia?"
Tentu dengan segera aku jawab, "I'm Indonesia". Proud to be Indonesian.
Pertanyaan susulan,
"Are you working here?"

Okeeh...
Pertama, aku agak rada geli gimana gituh yaa dipanggil "Madam".
Lebih lengkapnya begini, "Madam Fathelef" begitu mereka memanggilnya.
Madam?
Hahay... masi berasa jiwa anak mudanya yang sedikit keberatan dipanggil madam. Aku kan baru 17 tahun plus. Ciyeeehhh... Plusnya 10 tahun :P
Madam itu koq kesannya nyonya-nyonya usia empat puluhan yaak? Xixixixixi...
Sama seperti agak geli gimana gituh dipanggil "nyonya". Sekali lagi, aku kan masi anak mudaaa. Halaaaah..
#abaikan!
Lama-lama akhirnya terbiasa juga. Wes lah... Kapan lagi tho yaa dipanggil "Madam".
*ngakak mode ON :P

Kedua, tentang topik utamanya. Nasionality. Hampir tidak ada yang menebak aku dan suami sebagai orang Indonesia. Kebanyakan mereka menduga kami orang Filipina. Dan beberapa menduga kami orang Malaysia.
Ngomong-ngomong soal itu, memang berasaaaa banget bahwasannya negeri tercintaku dipandang memang sebelah mata. Hiks...

Malaysia jauh lebih dihargai di sini ketimbang Indonesia. Malaysia sama sekali tidak meng-'eksport' TKW yang bekerja sebagai ART (asisten rumah tangga) di sini. Jika ada Malaysia, pastinya adalah tenaga profesional. Minimal perawat. Filipin, sama seperti Indonesia, sebaran tenaga kerjanya di sini sangat variatif mulai dari ART hingga tenaga kerja profesional. Tapi mereka memang lebih dihargai juga karena sebaran tenaga profesionalnya banyaak... Gak thok yang ART. Selain itu pembekalan skill yang lebih dan kemampuan mereka untuk berbahasa inggris membuat nilai plus tersendiri. Di segi salary pun, ART asal Filipin jauh lebih besar. Dengar-dengar mereka bisa minta sampai 3.000 SAR (sekitar 9 jt) perbulan. Sementara ART asal Indonesia, minta dinaikin jadi 1.500 SAR saja susaaahnya minta ampun. Ya Salaam... Makanya sebaiknya moratorium aja sampai masalah ini tuntas.

Melihat kenyataan itu, siapa sih yang ndak sedih?!
Ya sedih laah.... :'(
Harapanku ke depan, smoga bangsa ini lebih bermartabat!
Semoga Tenaker yang dikirim adalah tenaker yang minimal punya skill lah jadi tidak mudah 'dibodohi'. Perlahan in syaa Allah cap itu akan menghilang dengan sendirinya selama ada i'tikad baik dari pemerintah untuk meregulasinya. Aamiin...
Jika ngobrol sama native dan dia tau kita berasal dari Indonesia, kebanyakan menanyakan, "ada link buat ART ga? Saya lagi butuh niih..."
Fiiuuuuufftt....

Ahh... kisah sedih mulu yaa kalo udah bahas ini... heuu...
Tapi setidaknya ada satu yang membahagiakan kalau mereka nyari ART orang indonesia. Dengan menafikan TKW 'nakal'nya, over all mereka senang dengan kerjaan orang Indonesia yang menurut mereka tidak banyak ulah dan telaten dalam mengurus anak. Orang indonesia lah yang mau dan rela mengejar-ngejar anak untuk disuapin agar mau makan. Mereka mana mau begitu. Hehehe...
Ini sebuah prestasi baik menurutku... ;)

2 comments:

  1. ceritanya lucu
    sekaligus menyedihkan
    ya fatel
    endonesa oh endonesa

    ReplyDelete
  2. Ho oh nanchaaan... sedih kalo menyaksikan hal tsb haaan...

    Syukran kunjungannya yaa nanchaan...

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked