Kayaknya sekarang setiap emak-emak sedunia yang punya anak sekolah mungkin sekarang tengah dipusingkan dengan sekolah online kecuali yang homeschooling. Hehehe.
Awalnya memang tidak ada dalam fikiranku untuk lanjut sekolah Aafiya dulu (yang sebelumnya TK B) ke grade 1. Aku pikir tak ada salahnya menunggu tahun depan untuk lanjut sekolah. Tapi, pemikiran Ayah Aafiya beda. Tidak masalah untuk lanjut sekolah aja karena pandemi ini tidak tau kapan akan berakhir. Dan belum bisa dipastikan apakah tahun depan pandemi sudah berakhir atau kah masih akan tetap berlanjut. Sementara sekolah harus tetap berjalan dengan atau tanpa adanya pandemi. Dengan adanya gap 1 tahun, bisa jadi pelajarannya banyak yang lupa lagi. Begitu pikir suami. Pas diskusi sama teman yang anaknya sepantaran Aafiya juga pendapatnya semakin menguatkan. Kata temanku, sekolah online juga ndak apa tapibada kurikulum yang jelas. Setelah melewati pertimbangan panjang, akhirnya kami memutuskan Aafiya lanjut sekolahnya ke grade 1. Selain itu, kakak Aafiya juga bersemangat untuk lanjut sekolah. Berkali-kali aku tawarkan untuk lanjut di tahun depan saja dan dia tetap istiqomah untuk memilih lanjut sekolah tahun ini. Termasuk konsekuensi dia harus belajar, harus bikin tugas, PR dan sebagainya dan Aafiya bilang siap. Ya sudah. Cuuss daftaaar. Apalagi sekolah di masa pandemi ini alhamdulillaah ada diskon juga 35% dari total tuition fee yang harus dibayarkan. Lumayan banget alhamdulillaah.
Awalnya aku pikir seperti KG dulu di mana ibunya yang mengajar. Akan tetapi, ternyata sekolah kakak bentuknya regular kayak sekolah biasa. Sehari ada 5 sesi belajar online dengan diselingi 20 menit waktu istirahat. Mata pelajaran kakak juga cukup banyak yaitu: Islamic, Arabic, Al Qur'aan, Math, Science, Social Studies, Computer, French. Tiga pelajaran pertama semuanya bahasa pengantarnya adalah bahasa Arab. Sedangkan sisanya adalah bahasa Inggris. Untuk pelajaran french sepertinya bahasanya mix antara bahasa Inggris dan bahasa prancis sendiri.
Seminggu pertama adalah minggu yang stressfull untukku. Karena kakak sudah lama ndak ngomong english maupun arabic. Terakhir cuma pas dia KG dulu yang masih sekolah offline. Bahasa inggris dan arab bukan bahasa sehari-hari kami tentunya. Ditambah lagi ga keluar-keluar (kayak belanja dll) mesti berinteraksi dengan orang asing. Jadi bener-bener ga fluent deh english nya apalagi arabic nya. Sementara bahasa pengantar kakak di sekolah adalah english dan juga arabic. Gimana gak stressfull emaknya. Jangankan untuk memahami pelajarannya. Kakak harus struggling dulu untuk memahami bahasanya. Online pulak. Subhanallaah. Kalau offline mungkin lebih enak. Karena cara penyampaian gurunya bagus ma shaa Allah. Tapi online? Agak susah kan membuat anak usia 6 tahun untuk fokus.
Maafkan gambar bukunya miring. Ini PR Kakak yang aku fotoin untuk dikirim ke gurunya. PR kakak sendiri dikirim melalui aplikasi classera. Jadi ga ada whatsapp group antara orang tua dan guru juga sih. Lumayan ga bikin senewen kalo semisal temen-temennya udah ngirim tugas sementara si kakak belum wkwkwkwkwkwk. Aplikasi classera sendiri menurutku sangat baguuus karena lengkap banget. Ada online assasement, ada exam nya juga, jadwal dikirim lengkap, bahan ajar lengkap dan video pembelajaran juga lengkap bisa diakses, bisa di donwload juga. Ma shaa Allah. Naah dari PR ini coba... ini kalau bahasanya aja belum dipahami, gimana menjawab pertanyaannya? Soal nomor 8. Dari cerita disuruh membuat persamaannya. Lha, ini baru kelas 1 SD lho.
Salah satu contoh lainnya.
Ini pertanyaan untuk bahasa inggris. Jadi, ada cerita tentang Henry. Nah, si anak diminta untuk menganalisa (1) apa yang settingan yang membuat cerita ini terlihat realistis. (2) kenapa Author bikin cerita henry ini cuma sepedaan sekitar blok rumahnya aja (3) ceritakan bagaimana lingkungan sekitarmu dan use text evidence. Ini pertanyaan udah butuh analisa dan logika kan yaa. Mana mau dijadiin bahan buat quiz besok in shaa Allah. Tapi, akunya kebingungan bagaimana cara membuat kakak paham sebuat cerita dan menganalisanya dan dituliskan dalam bahasa inggris sementara kakak baru belajar baca dan nulis. 😩😩😩
Memang sekolah kakak pakai kurikulum amrik yang di-mix dengan kurikulum saudi. Jika ini buat anak yang native english mungkin masih OK. Tapi kalau sehari-hari bukan bahasa Inggris menurutku agak sulit. Selain itu kakak sudah belajar juga apa itu verbs, noun, adjective dan disuruh tentukan mana yang verb, nound, adjective di suatu kalimat. Whoaaaaaa ... mamak kebingungan gimana ngejelasin ke anaknyaa 😫😫😫😫.
Belum lagi pas arabic. Pas ditunjuk gambar dan disuruh sebutkan dalam bahasa arab, mamak kudu siap-siap ama gugel translet pas nemenin kakak belajar. Karena emaknya juga ga tau apa bahasa arab nya 🤣🤣🤣. Untuk islamic, alhamdulillah sedikit banyak aku ngerti. Materi awal awal adalah tentang Tauhid; Allahu khaliq. Allahu razzaq. Untuk Qur'an setiap pertemuan hafalan 1 surat. Jadi setiap minggu harus ada nambah hafalannya.
Tapi, tentu saja setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Itu sudah janji Allah. Ikhtiar yang kami lakukan adalah, pertama kami memilih untuk mem-fluent kan englishnya kakak. Yaitu dengan rules: Ayah harus speak english sama anak-anak. No excuse. Dan bunda tetap dengan bahasa Indonesia. Kalau bahasa Arab, kayaknya kakak lebih jago dibanding emaknya 🤣🤣🤣. Kemudian kami ga internvensi belajarnya kakak. Jadi, kami biarkan kakak menyerap apa yang dijelaskan oleh gurunya. Alhamdulillah kakak bisa fokus (sesekali memang ada juga yang ga fokusnya tapi mostly fokus alhamdulillaah). Dalam 5 minggu pertama kakak sudah aktif di kelas alhamdulillah. Sering juga dia bertanya (yang mana tentu harus menyesuaikan bahasa) dan menjawab pertanyaan dari teacher nya. Ketika ada PR French pun kakak alhamdulillah bisa menjawab sebagian besar sedangkan emaknya nol besar kalo french ini. Tapi, masih bisa laaah intip-intip gugel translate. Wkwkwkwk.
Gak kebayang gimana belajar online yang para ibunya tidak mengerti apa yang dipelajari anaknya. Buta sama sekali. Gimana mau ngajarin sementara ibunya sendiri tidak paham kan yaa.
Alhamdulillaah kulihat ada progress yang cukup pesat di proses belajar kakak. Anaknya juga fun alhamdulillaah. Jika ada waktu yang cukup, biasanya aku bantu menjelaskan bab yang mau dipelajari kakak dulu. Jika sekiranya tidak sempat, ya cukup mendengarkan dari gurunya aja. Nanti aku bantu jelaskan ketika mengerjakan PR nya aja. Atau menjelang quiz kayak sekarang. Ternyata benar yaa, anak-anak itu sangat cepat menyerap bahasa ma shaa Allah tabarakallah.
Aku sekarang tinggal fokus mengajarkan kakak baca Al Qur'an. Perlahan-lahan in shaa Allah. Tinggal belajar syaddah dan ghunnah in shaa Allah kakak sudah bisa baca Al Qur'an ma shaa Allah tabarakallaah. Aku ingin mengajari kakak baca bahasa indonesia (membaca buku berbahasa indonesia) nanti ketika grade 3 plan nya. Biar kakak bisa differentiate mana yang bahasa inggris mana yang bahasa indonesia. Tapi, sekarang dia juga udah bisa baca buku bahasa indonesia alhamdulillaah. Tapi tidak aku fokuskan dulu karena sekarang butuhnya bahasa inggris untuk pelajaran sekolahnya. Jadi, paling untuk buku bahasa indonesia aku bacakan saja.
Salah satu kunci dalam mengajarkan anak pelajaran apapun itu (apalagi belajar membaca Al Qur'an) adalah ... mengenyahkan segala emosi/marah dan tergesa-gesa. Menjadikan proses belajar itu sesuatu yang menyenangkan bagi anak. Jangan sampai, ketergesaan kita ... terlalu besarnya keinginan kita agar anak cepat bisa, membuat emosi terpantik ketika anak tak kunjung bisa. Jangan. Biarkan kita maupun mereka menikmati setiap proses itu. Agar kelak yang tertanam dalam hati mereka adalah: bahwa belajar (apatah lagi bersama bundanya) adalah sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang menyejukkan dan selalu dinantikan.
Pada mulanya, aku agak tergesa ketika belajar arabic dan qur'an. Kadang sampai berpikir "kenapa sih kakak koq belum bisa-bisa?". Menyegerakan agar cepat bisa. Al hasil, malah mentok. Tapi, setelah kita sama-sama memulai dengan hal yang tenang, happy, suasana yang menyenangkan, alhamdulillaah kakak jauh lebih cepat dari sebelumnya. Meski mungkin anak seusia kakak, banyak yang sudah jauh lebih bisa, bahkan sudah lancar membaca Al Qur'an. Tidak mengapa. Toh, tidak elok membandingkan mereka dengan yang lain. Cukup bandingkan dengan diri mereka yang telah lalu. Setiap anak memiliki proses yang berbeda. Bukan. Bukan nilai akhir yang menjadi tujuan utama, tapi bagaimana kita menikmati prosesnya.
Tentu saja tidak lupa, kita sisipkan do'a terbaik untuk anak-anak. Oleh sebab, bukan kepiawaian kita mengajar atau hebatnya seorang guru yang membuat anak-anak bisa menyerap segala ilmu. Akan tetapi, ilmu itu Allah yang memberikan kepada mereka. Maka, adalah hal terpenting mendo'akan mereka. Agar Allah karuniakan kepada mereka ilmu yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat mereka.
Aku masih berharap, agar hal mendasar bagi kakak, dan adik-adiknya; bisa membaca, menulis dan terutama membaca Al Qur'an adalah melalui perantara kami sebagai orang tua. Bukan oleh orang lain. Meskipun tidak menafikan juga peran besar guru mereka. Tapi, aku ingin yang basic-basic ini ada peran orang tua yang lebih besar. Yaa, ikhtiar yang terbaik saja yang bisa kita lakukan tentunya ☺☺☺.