Wahai Diriku yang Menuliskan Ini

JANGAN TERBUANG SIA-SIA

Sadarilah bahwa masa hidup kita sungguh terbatas. Nafas kita hanya sesaat. 

Setiap tarikan dan hembusan nafas tak lebih dari sebuah pertanda bahwa usia kita di dunia telah berkurang.

Sungguh sangat singkat usia duniawi kita ini. 

Karenanya, setiap saat yang ditinggalkan bahkan setiap bagian terkecilnya adalah permata yang tak ternilai dan tiada bandingnya. 

Karenanya jangan sia-siakan permata umurmu tanpa melakukan suatu amalan.

Jangan engkau biarkan ia pergi tanpa mendapatkan balasan yang setimpal.

Bersungguh-sungguhlah agar setiap tarikan nafasmu tak pernah kosong dari kesolehan dan taqarrub padaNya. 

Sebab jika engkau kehilangan sebutir permata duniamu, betapa sedihnya hatimu diakhirat nanti dihadapan Allah nanti…

Bagaimana jika yang hilang adalah permata akhiratmu? 

Bagaimana mungkin engkau bisa menyiakan dan membuang detik-detikmu begitu saja? 

Bagaimana mungkin engkau ‘tenang-tenang’ saja, padahal semakin banyak jejak-jejak usiamu di dunia ini yang terhapus?

Janganlah tertipu dengan banyaknya Amal ibadah yang telah di lakukan, karena sesungguhnya kita tidak mengetahui apakah ALLAH ﷻ menerima amalan itu atau tidak.

islamituindah
#oasefajar

=======
(Cuplikan tulisan di atas di share dan sampai kepadaku dalam kondisi anonim. Jadi, untuk penulisnya, aku mohon maaf sudah mempublish nya di blog ini tanpa menyertakan narasumbernya. Semoga penulis berkenan dan menjadi ilmu yang bermanfaat, tausyiah yang menggugah, menjadi penambah timbangan amal kebaikan di akhirat kelak. Aamiin)

Tausyiahnya bagiku sangat-sangat "menampar" dan mengingatkan. Makanya ingin sekali aku share kembali.

Ya, tentang waktu. Waktu yang kita miliki di dunia--sebagai tempat ujian--ini adalah sebentar saja. Dulu, ketika tes SPMB (SBMPTN mungkin yaa namanya sekarang), waktu yang diberikan dengan sekian banyak soal sangatlah singkat. Dapatkah kita bermain-main ketika melakukan ujian SPMB? Membuang-buangnya dengan main-main, tidur, bermenung, bengong? Ah tidak! Pasti tidak. Kita fokus mempersiapkannya. Bahkan juga strategi-strateginya bagaimana cara menjawab soalnya agar waktu tidak terbuang sia-sia. Biar apa? Biar bisa lulus SPMB.

Dunia ini ... ibarat tempat ujian SPMB di atas, hanyalah tempat ujian yang sebentar. Tidak menetap lama. Tidak selamanya. Tidak abadi. Ujian selesai, berakhirlah masanya. Tidak mungkin kita akan terus menerus berada di ruang ujian sampai tinggal menetap di sana. Pasti kita meninggalkan ruangan tersebut begitu ujian selesai. Semestinya, yang ada di pikiran kita sebagai pesertanya adalah bagaimana kita lulus setelahnya. Tapi, begitulah. Amat sering kita (diriku terutama) terlalaikan dengan dunia ini. Lena dengan waktu. Kurang mempersiapkan "kelulusan" di akhirat kelak. Padahal, tidak lulus SPMB in shaa Allah masih ada opsi mengulang di tahun berikutnya. Tapi, tidak lulus ujian di dunia menuju "kelulusan" di akhirat? Apakah kita dapat mengulangnya atau kembali lagi ke dunia? Tentu tidak!!! Tetapi, kenapa masih saja lengah? Kenapa masih saja lupa? Kenapa masih saja lalai?
Wahai diriku yang menulis ini; setiap kesempatan kebaikan yang telah engkau lewatkan padahal engkau bisa melakukannya, setiap waktu yang telah engkau buang sia-sia, PASTI kelak akan engkau sangat sesali! Sekali lagi, Pasti kelak akan sangat engkau SESALKAN! Karena tidak pernah engkau bisa menjemput kesempatan dan waktu yang berlalu tersebut.

Wahai diriku yang menulis ini; mumpung engkau masih berada di atas tanah, maka perbaikilah yang tersisa. Agar tidak bertambah penyesalan tersebut. Sebab, jika engkau telah berada di bawah tanah; maka waktumu telah habis. Time is over. Dan takkan dapat bertambah lagi perbekalanmu, kecuali amal jariyah yang engkau persiapkan sebelum dimasukkan ke dalam tanah. Apakah sudah engkau persiapkan?

Wahai diriku yang menulis ini; hanya di dunia (yang amat sebentar ini) tempatnya beramal. Tempat engkau menanam. Kelak, ketika engkau sudah sampai di akhirat, tak ada lagi tempat menanam. Ia adalah tempat menuai apa yang telah engkau tanam. Surga dan neraka adalah alam di akhirat sana. Tapi, kuncinya ada di dunia. Jika baik amalmu, berat timbangan kebaikanmu, maka engkau akan mendapatkan kebahagiaan. Dan sebaliknya, jika amal burukmulah yang berat (na'udzubillaah, semoga Allah lindungi), maka itulah kerugian yang amat nyata.

Wahai diriku yang menuliskan ini; di dunia ini tidak ada kebahagiaan yang abadi, maupun kesengsaraan yang berketerusan. Kebahagiaan, pasti diwarnai dengan kesusahan dan kesedihan. Kesengsaraan pun, juga diselingin dengan kesenangan dan kemudahan. Tapi, di akhirat kelak, hanya ada 2 pilihan; kenikmatan tertinggi yang tiada kesudahannya atau kesengsaraan terburuk yang tiada akhirnya. Tentang bagaimana endingnya; di dunia inilah tempat mempersiapkannya.

Wahai diriku yang menuliskan ini; tiadalah engkau dapat menempuh jalan yang benar, kecuali dengan pertolongan Allah. Tiadalah engkau dapat menapaki jalan yang lurus, kecuali atas hidayah taufik-Nya. Maka, sandarkan dan senantiasalah meminta pertolongan-Nya saja. Atas setiap detik-detik yang engkau miliki, agar senantiasa berada di koridor yang DIA Ridha saja. Cukup DIA saja.

#menasihati diri
#pengingat
#dunia ini singkat

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked