Guru oh Guru

Beberapa pekan ini, anak-anak punya kegiatan baru yaitu belajar berenang. Belajar berenang mengikut dari kegiatan extrakulikuker di al Faris International School. Suami paling bersemangat mengajak anak-anak ikut kelas renang ini yang 'hanya' 2x sepekan yaitu pas week end (jum'at dan sabtu). Sebenernya, ada opsi weekday juga tapi agak susah karena selain anak-anak sekolah, ayahnya juga udah ngantor.
Di kelas renang ini, anak-anak benar-benar diajarkan dari basicnya. Dasar-dasarnya banget. Dari 0. Aku melihat, kelebihan belajar dengan guru professional itu adalah ketika belajar dari hal yang benar-benar prinsip dasar itu sangat besar dibanding hanya berlatih begitu saja, yang hanya sekedar nyemplung-nyemplung kolam aja. Jadi, dengan basic yang kuat dan pemahaman yang benar-benar OK, in shaa Allah ke depan akan melekat di mereka. Berbeda dengan yang hanya belajar begitu saja, tanpa tutor yang profesional, maka hasilny tidak semaksimal ketika ketika tutornya benar-benar mengerti prinsip dasar dan dari mana hendak memulai mengajarkan.

Bukan hanya dalam hal belajar berenang. Tapi dalam banyak hal di kehidupan. Contohnya aku. Aku suka menjahit (meski awalnya karena pengen bikin gamis anak-anak aja). Tapi aku hanya bisa belajar otodidag di yutub dari 0. Bisakah aku? Alhamdulillaah bisa. Tapi tidak sebaik yang benar-benar sekolah menjahit atau sekolah mode gitu.

Orang-orang yang hobi olah raga, misal badminton atau futsal ataupun basket. Mereka hobi dan suka. Enjoy memainkannya. Tapi, tetap saja--meskipun mereka menyukainya hingga high end sekalipun--takkan bisa menjadi atlit tanpa pelatih profesional. Meskipun, tak bisa dinafikan bahwasannya melakukan karena hobi dan belajar otodidag itu juga bukan berarti enggak bisa sama sekali. Tapi enggak bisa kayak atlit profesional. Bisa jadi mereka melakukannya hanya sekedar hobi tanpa mengetahui tekniknya dari basic banget.

Mungkin berlaku juga buat orang yang belajar menyetir. Orang yang bisa menyetir lalu mengajarkannya kepada orang lain, mungkin dalam hal mengajarkan tidak akan sebaik orang yang mengajarkannsecara profesional. Ketika mendengarkan cerita teman yang sekolah menyetir di sini, mereka mengatakan bahwa diajarkan dari hal yang sangat basic yang mana ketika suami² mereka yang mengajarkan, tidak seperti itu. 

Aku juga ingin mengajarkan anak-anak bagaimana menggunakan photoshop, corel, painttool sai dan software desain lainnya tapi kadang aku bingung memulai dari mana untuk mengajarkannya. Karena, aku sendiri kuga belajarnya autodidag. Tidak mengetahui basic-basicnya dan bagaimana cara mengajarkannya.

Aku masih ingat bagaimana aku benar-benar kesulitan mengajarkan si kakak (anak pertama kami) membaca dulunya. Gimana biar kata Ba-du dibacanya Badu. Berulang mengajarkan tapi anaknya ga ngerti-ngerti. Bukan karena aku ga pinter membaca. Bukan karena kakak tidak pinter menangkap pelajaran. Tapi, satu-satunya alasan adalah karena aku yang TIDAK PANDAI MENGAJARKAN. Aku tidak mengerti basic-basic BAGAIMANA CARA mengajarkan membaca. Ketika kakak belajar dengan gurunya di mana ngajarinnya bukan bahasa indonesia melainkan english yang lebih susah dari pada bahasa Indonesia, kakak alhamdulillah termasuk di antara yang tercepat bisa membaca di kelasnya. ((Karena kebetulan memamg kakak sekolah di sekolah internasional yang bahasa pengantarnya adalah english dan juga arabic tanpa ada bahasa indonesia sama sekali di sekolah)). Bahasa indonesia lebih mudah karena hanya membaca yang tertulis. Sementara bahasa inggris berbeda antara yang tertulis dan yang dibaca. Misal kenapa B-U-S dibaca BAS bukan BUS. Kenapa L-I-K-E dibaca LAIK bukan LIK atau LIKI atau LIKE. Itu kan sebenernya lebih complicated dibanding bahasa indonesia. Aku bisa frustate ngajarin kakak reading sedangkan yang bahasa Indonesia aja ga bisa ngajarin. Apalagi english. Tapi, beda dengan para guru di sekolah. Karena gurunya kakak di Sekolah adalah oramg BISA DAN MENGERTI CARA MENGAJARKAN MEMBACA, maka anak-anaknya kemudian bisa membaca. Metode membaca dengan phoenic (yang diajarkan guru kakak di sekolah) kemudian dia impelentasikan ke bahasa Indonesia jadi si kakak bisa belajar bahasa Indonesia sekaligus alhamdulillah ma shaa Allah tabaarakallah.. Jadi, kakak sekarang alhamdulillaah bisa membaca 3 bahasa sekaligus yaitu English, Bahasa Indonesia dan Arrabic. Di kelas kakak juga belajar bahasa Prancis. Tapi masih yang dasaaaarr bangeeett. Belum dituntut untuk bisa baca.

Sampai di sini aku berkesimpulan bahwasannya betapa besar peran seorang guru dalam mengajarkan kita (dalam hal apapun itu!). Guru di sekolah, guru renang, guru menyetir, guru les jahit, coach atlit professional, tentor, dan sebagainya; mereka adalah guru-guru yang telah berbagi ilmu kepada kita dan memiliki jasa yang amat sangat besaaar. Dan sungguh jasa guru itu tak ternilai. Beruntungnya --meski tidak semua guru sejahtera secara ekonomi--mereka memiliki banyak tabungan akhirat. Ilmu-ilmu bermanfaat yang mereka ajarkan (dengan ikhlas) akan menjadi investasintak ternilai di hari di mana manusia sangat butuh dengan segenap kebaikan yang dia kerjakan di dunia. Agar selamat. Agar timbangan di yaumil mizan tidak bergeser ke kiri. 

⚫⚪⚫⚪⚫⚪⚫⚪

Sungguh, dalam urusan dunia saja, kita butuh belajar. Kita butuh guru. Lalu bagaimana dengan urusan akhirat yang menjadi bekal panjang kita? Kita takkan pernah bisa mengerti (apalagi mengerjakan amalnya) kalau kita tidak berilmu dan tidak pula mau mengikuti majlis ilmu. Kita tidak akan pernah bisa baca al Qur'an dengan baik dan benar jika kita tidak belajar dari seorang guru. Semoga kita tetap bersemangat mencari ilmu untuk keselamatan kita terutama di akhirat sana dan juga di dunia 💕💕❤.

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked