Karya-Karya Anak Bangsa



Alhamdulillaah…, aku berkesempatan membahas tulisan adik-adik SMP dan SMA. Secara informal siiih sebenarnya. Heehee, bukan membahas EYD nya, apalagi kesastraannya.

Dari karya-karya itu, aku mendapatkan begituuu banyak pelajaran. Banyak sekali! Makanya aku ingin share di blog ini.

Hal yang ingin kugaris bawahi adalah, sungguh, betapa hebatnya ghozwul fikry itu, betapa hebatnya mereka yang di ujung lorong sono mengubah cara berpikir para remaja. Betapa suksesnya mereka membuat cara berpikir remaja, jauuuh dari kebudayaan islam, dari bagaimana seorang remaja islam yang sesungguhnya.

Sesuatu yang semestinya aneh, jadi biasa-biasa saja. Dan sesuatu yang seharusnya biasa-biasa saja, malah menjadi aneh! Ck..ck…ck…, segitu jauhkah umat Islam dijauhkan dari agamanya? Membenarkan kebiasaan. Bukan membiasakan kebenaran!

Media tulis adalah salah satu sarana untuk itu. Sarana untuk menyebarluaskan fikroh tersebut.

Baiklah, mari kita sedikit singgung soal karya tersebut.
Huumm…, sebelumnya, aku bukan bermaksud hendak menghina-hina (heee, apa sih bahasanya?) suatu karya. Bagiku, sebuah karya tetaplah sesuatu yang patut diapresiasi. Sekarang, bagaimana kita menciptakan karya itu fikrohnya menjadi lebih islami. Itu saja.

Karya ini ditulis oleh seorang yang menduduki bangku kelas 2 SMA (kelas 11 sekarang yaah? Heee, maklum, diriku kan orang jaman baheulak yang masih memakai system kurikulum ’94. Hehe).

Dua cerpen dengan cerita yang…menurutku teramat sangat klise dan klasik, untuk jaman2nya pubertas. Tentang bagaimana mereka mempersepsi cinta. Habiiiss, tema-tema seperti ini selalu saja ada. Tak pernah kering! Makanya aku bilang klise.

Cerpen pertama, mengkisahkan seorang gadis SMP yang manis kemudian karena suatu acara ulang tahun sekolah bertemu dengan seorang cowo, anak SMA, yang super duper kiyut, sang ketua panitia. Dan, akhirnya saling menyukai. Lalu, pacaran. Dan, tiga tahun kemudian, ketika sang cewe imut sudah SMA dan sang cowo udah kuliyah. Mereka terpisah dan pacaran jarak jauh. Lalu, masing2 punya godaan tersendiri. Sang cewe’ ditembak (haaa, mati dong! Pake pluru apa siih?hihi) sama sahabatnya sendiri. Sementara sang cowo’ jugah disukai oleh seorang cewe’ di kampusnya. Nah, cewe si tokoh utama ini merasa cemburuu, dan nekad melakukan aksi ugal-ugalan dengan sepeda motor, kemudian akhirnya kecelakaan. Sebelum meninggal, sang cowo mengungkapkan sebuah puisi yang waaaah bisa membuat itu cewe imut melambung ke langit ke tujuh. Lalu, ia pun meninggal dengan tenang setelah mengatakan, “kutunggu kau di surga.”

Cerpen kedua, masih dengan tema yang hampir sama. Lagi-lagi soal cinta, dan persepsi tentang cinta! Ndak usahlah diriku bikinkan lagi sinopsisnya yah, karena seperti yang udah kubilang sebelumnya, temanya sama! Pacaran! Mantan. Cemburu. Dunia gemerlap. Harta kekayaan. Kehidupan yang mewah. (kadang diriku suka heran, kenapa setiap karya2 baru oleh penulis baru selaluuu saja ceritanya adalah seorang gadis remaja yang tinggal di istana mewah??? Kenapa cobaa? Apakah pengaruh pilem-pilem yang kebanyakan menampilkan kehidupan anak orang kaya gituuuh? Aaah, auk ‘ah. Elap! Hihi)

Masya Allah,
Segitu jauhkah persepsi generasi muda ini diubah? Segitu jauhkah?? Bukankah cerpen2 macam itu adalah cerpen2 yang “terlihat biasa2 saja” di kalangan remaja??? Segitu jauhkah pembelotan kebudayaan dan fikroh islam itu terlihat biyasa-biyasa saja?
 >> Aku tak ingin menyalahkan sang penulis cerpen tersebut. Dan bukan pula merasa lebih baik darinya. Bukaaaan! Karena, kalo boleh jujur, aku pun pernah menulis cerpen2 sejenis dulunya. Puluhan malah jumlahnya. Ketika persepsiku tentang cinta teramat sangat dangkal. (aiihhh…, aku tak mau berlama-lama mengenang masa buram itu!!). Sekarang, adalah PR kita semua untuk merubah persepsi itu. Bersama-sama. Bahwa, yang perlu dibenahi itu sebenarnya bukanlah karyanya, bukanlah hasil tulisannya, tapii, fikroh para penulisnya.

Sekarang, aku ingin mengajakmu tersenyum dengan sebuah karya yang lain. Karya yang ditulis oleh seorang anak SMP kelas 3. (sekarang namanya kelas 9 yaaah? Hehe).

Ya Allah, aku rindu pada-Mu Rabb. Ya Allah, aku ingin selalu dekat dengan-Mu. Ya Allah, akhir-akhir ini, aku merasakan ibadahku mengalami penurunan. Padahal, aku benar-benar ingin meniru sahabat (yang aku lupa namanya), bahwa ia selalu menjalankan ibadah secara konsisten. Aku teringat pada cerita ustadz bahwasannya, sahabat tersebut terlihat biasa-biasa saja, namun, ia memiliki amalan unggulan yang dilaksanakannya terus menerus. Apakah ini karena ada hijab antara aku dengan-Mu ya Rabb? Ya Allah, jangan adakan hijab antara aku dengan-Mu ya Allah. Aku ingin senantiasa dekat dengan-Mu. Aku senantiasa ingin mencintai-Mu.

Masya Allah…, luar biyasa!
Subhanallaah… subhanallaah…
Ketika aku membacanya, aku merasakan getaran itu. Aku terharu membacanya.
Subhanallaah…
Aku, di masa dan umur yang sama kala itu, masih menuliskan cerita-cerita konyol yang begitu merendahkan cinta. Aaahh…

Jika harus membandingkan dua karya ini, maka cobalah lihat. Tentu kita sangat merindukan karya-karya yang tertulis oleh penulis yang kedua, bukan? Para remaja-remaja shalih yang jugah menuliskan fikroh yang shalih. Maka, setidaknya ada peran yang kita lakukan di sana. Untuk ini. sekecil apapun itu…

Kemaren, aku menyaksikan pemandangan yang miris. Sebenarnya sudah sering siih, melihat hal yang sama. Seorang anak SMP yang tampangnya masih imut2, manis, kiyut, kayaknya baru tamat SD. Masih kelas 7. Membeli rokok di kaki lima. Dan, dengan gaya yang sepertinya sudah sangat berpengalaman sekali, ia menghisapnya. Sebenarnya, mau nekad menegur itu anak. Mau nanyain kenapa merokok. Sayang, dia keburu kabur, naik angkot.

Jika semua remaja seperti ini, akan dibawa kemana bangsa ini kelak?

Tapiii, insya Allah harapan itu masih ada! Seperti halnya karya, ikhwan kelas 3 SMP tersebut di atas.


Bukankah ini PR kita semua?
Mari…, mari…., ambil bagian!

5 comments:

  1. ice:

    kakak..cerpen anak smp tu 'like this' bgt lah...

    emg bener2 kuat sekali pengaruh media itu kak, sedih sekali melihat sepupu c yang baru sd-smp yang canduuu bgt sm acara2 TV yg tdk mendidik, ya...walo dulu c jg pernah suka nonton TV tp setidaknya ga sampe keblablasan ampe lupa belajar, tapi anak2 yg mayoritas kan terlena dg itu semua..
    apalagi internet...
    uuuuwwww spechless ngeliat pkembangan skrg, untung aja pas c UN dulu fb ga semewabah skrg...wuii... ga kebayang... btpa addictednya remaja skrg dg FB

    ReplyDelete
  2. subhanallah,, si anak 3 SMP..mud2 jadi gen 14..

    ReplyDelete
  3. @ Ice :
    yaa..bener...bener Ce..
    mudah2an ke depan, bursa informasi menjadi lebih baik lagi...
    Mudah2an semakin berkembang media informasi...

    @Ojik :
    iyyaahh.., aamiiin,
    Spakat ojik..
    ^___^

    ReplyDelete
  4. :f
    ya.. kemaren ketika membaca karya2 peserta lomba CERPEN ISLAMI SMU juga menemukan hal yang sama. cerita hanya seputar tema : pacaran, cinta segitiga, sel*ngkuh, sahabat yang jadi pacar.. lalu islami nya dimana? ternyata "islami" nya hanya pada namanya saja, ada nama Aisyah, Fatimah, Ahmad, Yusuf dll.. tapi tetap pacaran

    ReplyDelete
  5. potret remaja masa kini bg...

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked