Ceritera Ramadhan 1432 H


Ramadhan Mubarook… Bahagiaaaanyaaa….
Heuu…, karena lagi ‘sibuk’, jadinya belum sempat meng-apdet blogku. Sebenarnya ada banyak kisah yang ingin kubagi padamu semua. Tapi, aku belum sempat untuk menuliskannya. Jadinya, sebagiannya menguap entah ke mana langitnya. Heuu…

Kisah Ramadhan. Hmm…ada hal ingin kuceritakan padamu. Pertama, lagi-lagi soal tarwih kilat khusus. Masya Allah. Ternyata begitu sulit merubahnya. Al Fatihah yang hanya satu nafas, dengan makhraj yang (cukup) amburadul. Sebenarnya aku juga bukan orang yang faqih yaah,hanya saja, telingaku terasa ganjil saja mendengarnya. Tiadalah salah jumlah rakaat 8 atau 20 (toh itu hanya menyoal khilafiyah saja. ada banyak pendapat tentangnya), namun apalah guna mengejar dua puluh jika dua puluh rakaat terselesaikan hanya dalam waktu seperempat jam? Masya Allah… Aku sudah berupaya untuk bicara sama pengurusnya, biar agak pelanan dikit bacanya. Biar sholatnya bisa kita nikmati. Bukan Cuma gerakan berdiri-duduk lalu salam, begitu saja. Tapii, sejauh ini belumlah terasa perubahan yang signifikan.

Pernah suatu ketika, yang jadi imamnya adalah seorang pemuda pencinta Al Qur’an. Dia adalah salah satu mahasiswa di sebuah ma’had (entah itu institute, aku juga ndak begitu tahu namanya). Ketika dia membaca dengan makhraj yang benar, ghunnah dan mad  yang benar dan konsisten. Juga tidak kilat khusus. Akan tetapi, yang terjadi malah jama’ah yang semula mencapai 4-5 shaf, hanya tersisa satu setengah shaf saja. “Maleh ambo mah, lamo bana.” Begitu alasannnya… Masya Allah…

Ada lagi kisah lain. Ini soal merapatkan shaf. Shaf yang begitu jarang-jarang. Dan tak sedikitpun bersedia untuk bergeser. Padahal, Rasulullaah sudah tuntunkan bukan, bahwa merapatkan shaf itu adalah dengan bertemu antara kaki dan kaki, lengan dan lengan.
“Bu, geser Bu. Ini masih kosong.” Begitu lebih kurang yang kukatakan pada ibu-ibu di shaf sebelah. Si ibu menjawab, “Ini juga sudah bergeser tadi. Saya malas kalo rapat-rapat begitu! Panas dan gerah!”
Duuh…duuhh…

Lain lagi cerita ini. Suatu ketika tengah ke belakang, betapa terhenyaknya ketika  mendapati jamaah yang susunan shafnya aneh. Satu di pojok. Lalu bolong  kira-kira untuk 5 orang. Lalu, ada shaf lagi sekitar lima orang. Lalu bolong  lagi, dan ada shaf lagi sekitar 7 orang. Ini shafnya bagaimana?? Hadeuuhh… Ketika ditanya dan dikatakan ke si ibunya, “Tadi shaf ini penuh kok. Tapiii, karena anak-anak itu pada ndak sholat lagi, Cuma sampai 8 rakaat saja, makanya jadi bolong-bolong.”
“Bukannya jadi terputus shaf nya, Bu?”
“Ah, ndak lah. Kan tadi ada anak-anaknya. Sekarang aja yang ndak ada.”
“Kenapa tak bergeser saja, Bu?”
“Saya senang di sini. Kalo rapat-rapat begitu, gerah. Makanya saya mojok di sini sendiri.”
tuing…tuing…tuing…

Ya Allah, mungkin karena mereka belum mengerti! Tapi, bukankah tugas kita untuk mengingatkan? Dan bukankah yang akan dimintai tanyanya nanti adalah kita, “kenapa tidak mengingatkan dan memberi tahu?”
Waaah, masya Allah…

Sungguh, sebenarnya diri ini pun belumlah faqih dengan ilmunya. Sungguh, diriku pun belumlah memiliki ilmu. Oleh karenanya, aku juga tidak memiliki cara untuk mengingatkannya. Jika secara langsung, aku sudah berupaya untuk member tahu, tapii…jawabannya yah begitu. Apalagi, bagi si ibu-ibu, aku ini kan masih anak bau kencur. (heuu…abis masak gado-gado kaliiii… hihi). Maksudnya, dalam frame berpikir masyarakat pada umumnya, “Orang tua adalah selalu benar. Inilah tradisi dari nenek moyang dulunya. Lantas, kamuu anak yang beru lahir kemarin, berani-beraninya menyalahkan kami!”

Ya, butuh pembenahan yang perlahan. Begitu yang dikatakan ustadz Yassin LC, ketika ditanyai soal ini. Sebab, tidak mungkin kita menyampaikannya dan memberitahukan jika justru akan membuat masyarakat antipati, jika justru akan merusak ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah adalah sesuatu yang wajib, sementara tarwih adalah sesuatu yang sunat. Mengapa harus mengorbankan yang wajib untuk yang sunat?

Ini adalah tantangan untuk kita semua. Membenahinya secara bersama-sama. Membangun kedekatan hati terlebih dahulu. Lalu, memperbaiki yang salah…

Maafkan aku jika ada yang salah dari ‘protes’ku kali ini (sebab aku hari ini, hanya bisa menuliskannya di sini), dan aku belumlah memiliki banyak ilmu. Aku juga bukanlah orang faqih. Jadi, apa yang kusampaikan ini, hanyalah sebab aku masih dangkal ilmunya. Mungkin engkau punya cara yang lebih baik. Mungkin engkau dapat lebih bijaksana dalam menyikapinya. Maka, bersediakah engkau membaginya untukku? Bersediakah engkau mengingatkan aku?

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked