Sahabat, seperti yang pernah kita ceritakan
sebelumnya, bahwa kita sangaaat jarang menghitung betapa berharganya waktu kita
kecuali jika berada di atas taxi. Ya, sebab sebanyak waktu yang kita habiskan, akan dihargai
dengan sekian rupiah. Maka, memang tak perlu heran jika kita tak ingin
membuang-buang waktu dengan muter-muter dulu kecuali karena aturan jalan yang
membuat demikian. Tapi, diwaktu-waktu yang lain, kita (terutama diriku sendiri)
amat sangat jarang menghargai waktu kita.
Dan kini, tamu agung itu telah datang. Tamu
yang begitu mulia. Alangkah meruginya, jika kita melewati Ramadhan mulia dengan
segala kesia-siaan. Sungguh, betapa berharganya setiap waktu yang kita punya
saat ini. Di mana Allah membentangkan sluas-luasnya keampunan dan ganjaran amal
yang dilipat gandakan berkali-kali…
Ah, sahabat… Jika kita adalah seorang
pedagang, maka pastilah kita akan mengeluarkan apapun yang bisa keluarkan,
menjual apapun yang kita jual ketika kita mendapati di suatu masa
segala-galanya dihargai berpuluh kali lipat. Jika biasanya kita menjual satu
butir telur dengan harga seribu rupiah, maka ketika ada masa di mana kita dapat
menjualnya dengan harga tujuh puluh ribu rupiah, bukankah kita akan bergegas
untuk menjual apapun, dan bukankah yang terbayang dipelupuk mata kita adalah
keuntungan yang berlipat-lipat? Dan, ada pula masa di mana seluruh hutang dan
kesalahan kita dibebaskan… Bukankah kita dengan segera mengambil kesempatan
ini?
Sungguh, Ramadhan menyediakan jauuh lebih
banyak dari itu. Ganjaran yang berlipat-lipat dari setiap amalan yang kita
lakukan. Selain itu, Dia juga membentangkan segenap keampuan atas segala
dosa-dosa dan kesalahan kita yang telah berlalu…. Masya Allah… Betapa
menggiurkannya. Dan bukankah ini adalah kesempatan yang setiap detiknya sangat
merugi untuk disia-siakan. Jika keuntungan di dunia saja kita sudah begitu
keras mengejarnya, apalagi keuntungan untuk hari kita setelah dunia yang lebih
abadi. Hari di mana nasib kita ditentukan pada kebahagiaan yang tak
berkesudahankah, ataukah kesengsaraan yang tak berujung? Na’udzubillaah jika
keadaan kedua yang menjadi nasib kita nantinya…
Aahh, sahabat. Sungguh, Ramadhan mulia
adalah hadiah yang agung dari Allah yang teramat sangat berharga untuk kita sia-siakan.
Waktu-waktu yang terlalu berharga untuk kita habiskan hanya dengan
tidur-tiduran, hanya dengan fesbukan, hanya dengan berlalai di depan televisi, hanya
dengan SMS-SMS gokil, hanya dengan mendengarkan music-musik yang melalaikan,
hanya dengan kegiatan-kegiatan yang sia-sia. Ah, bukan berarti tidak boleh
tidur, atau online, SMS, atau menonton. Akan tetapi, selama ada kemanfaatan
yang bisa kita peroleh darinya, itu tentulah tidak mengapa. Akan tetapi,
kesempatan ini amatlah sangat berharga untuk kita sia-siakan… Dan belum tentu
kita memiliki kesempatan yang sama di tahun yang akan datang. Siapakah yang
dapat menjamin umur kita akan sampai pada masa ke depan?
Sungguh, betapa celakanya ketika Allah
melebarkan bentangan keampunan yang seluas-luasnya, namun ketika kita kluar
dari Ramadhan, kita tak mendapatkan keampunan. Sungguh, betapa celakanya ketika
ganjaran amalan berlipat ganda, namun tak satu pun amalan kita yang berarti di
hadapan-Nya. Betapa celakanya, ketika kita ber-Ramadhan, tapi hanya haus, lapar
dan lelah saja yang kita dapatkan. Betapa amat sangat meruginya…
Sahabat… Mari kita berdo’a pada Allah, agar
amalan-amalan kita diterima-Nya. Mari kita manfaatkan waktu yang teramat
berharga ini dengan amalan yang hanya mengharap pahala-Nya saja. Mengharap
Ridho-Nya saja… Mari kita saling mengingatkan ketika salah satu di antara
saudara kita, ketika aku, ketika dia, dan ketika ada yang sedang lalai dan tersalah.Mari
kita berlomba-lomba dalam menciptakan prestasi-prestasi kebajikan. Sahabat,
tentu engkau mau bukan?
Teteup semangat ngeblog... puasa-puasa tatap nulis... *chayoo...
ReplyDelete@Da Yori : hehehe...iyaaa Da... Chayoooo....^^
ReplyDelete