Andilau (ANtara DILema dan galAU)

Deuuhh... besok insya Allah sudah kembali ke kota perjuangan. Entah kenapa, terasa sangaaatt beraaatt. Dan setiap membayangkan bahwa kami akan berpisah dalam jarak dan waktu, aku selalu galau. Aku di Depok. Ibu di Solok. Ayah di Payakumbuh. Uluf di Padang. Dan Adek dan Liyah di Solsel. Hwaaa.... Betapa, momen libur menjadi momen yang sangat berharga untukku bisa berkumpul bersama. Dan, mungkin itu akan lama masanya bisa terwujud (jika Allah masih meminjamkan umur untuk kami)...

Sejujurnya, setiap aku membayangkan itu semua, aku selalu dilanda andilau (antara dilema dan galau). Aku sebenarnya berharap bisa mewujudkan cita-cita kecilku (ya, cita-cita kecil dan sederhana, sebab aku punya cita-cita yang jauh lebih besar dari itu insya Allah. Hehe) yaitu menimba ilmu jika sudah lulus nanti (sebagai seorang praktisi) di rumah sakit besaaarr (hihihi, cita-cita yang berdilatasi jauuhh...dari aku yang sebelumnya). Tapi, sepertinya itu akan menjadi pilihan terakhir, mengingat akulah satu-satunya di antara kami yang memiliki kesempatan (dan jika mau memilih) untuk pulang setelah selesai kuliah nanti. Tapi, mungkin akan banyak orang-orang heran, mengapa harus memaksakan diri untuk tinggal sementara aku (semisalnya) memiliki kesempatan untuk belajar sebagai seorang praktisi (dan itu mungkin sulit dilakukan di kampung halaman?) Ya, aku punya alasan lain dan itu mungkin bagi sebagian orang kedengaran sangat cengeng. Hehe... Tapi, aku mungkin takkan meng-aminkan dan meng-iyakan semua pendapat orang. Sebab, meskipun bertujuan baik, belum tentu semua pendapat itu menjadi cocok adanya jika diterapkan pada kondisi yang berbeda. Sama seperti tidak semua rumus cepat matematika bisa diaplikasikan pada semua soal. Hee...

Tapi, mungkin itu hanya sebuah persoalan kecil (tapi bikin galau, hehe). Ini masih belum apa-apa, dan mungkin akan terlihat sangat konyol, jika dibandingkan dengan saudara-saudara kita di Gaza, yang jika hari ini mereka masih bisa bertemu ibu mereka, ayah mereka, tapi esok mungkin sudah tiada. Esok telah syahid menjemput surga. Perpisahan itu menjadi nyata adanya. Dan mungkin kita perlu bersedih, bahwa kita mungkin tak memiliki kesempatan yang sama seperti mereka untuk mengakhiri kehidupan yang penuh senda gurau ini dengan cara yang manis.

Dan lagi, aku harus berdiri pada satu prinsip, bahwa berada di atas dunia ini, hanyalah fana belaka. Setiap kita memiliki obsesi dunia, maka setiap itu pula ia akan terus menyeret kita pada obsesi-obsesi berikutnya. Maka, yang perlu dikembalikan adalah apa niat kita berbuat? Dan lagi, perpisahan adalah sesuatu yang niscaya... Perpisahan dengan dunia adalah sesuatu yang Pasti adanya....

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked