Nah, ada satu nyanyinya yang membuat aku geli sendiri...
Lebih kurang isinya begini...
"Bakso Bulat seperti Bola Pingpong...
Jadi anak janganlah suka bohong...
Kalau bohong, digigit sapi ompong..."
Pernah denger?
Kurasa sih pernah, karena nyanyi ini cukup familiar di kalangan anak-anak. Hayooo.... semua kamu pasti pernah jadi anak-anak kan yah? Hihihi... :D
Hemm...kalo diperhatikan dengan seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, bukankah ada sesuatu yang aneh dari lagu itu? Semacam kontradiksi gituuhh?
Mari simak kembali kata-katanya :
"Jadi anak janganlah suka bohong...
Kalau bohong, digigit sapi ompong..."
Hemm....aku sudah garis bawahi kata-kata yang menurutku agak sedikit menggelikan.
Jadi anak, jangan suka bohong. Ya, itu bagus, itu bener.
Tapi malah kalimat berikutnya membuat nasihat sebagus "jadi anak jangan suka bohong" menjadi tak bermakna karena nyanyi tersebut malah NGAJARIN BOHONG.
Coba, mana ada sapi yang doyan sama orang. Sapi mah senengnya gigit rumput, bukan gigit orang! Kalo kamu pernah liat sapi gigit anak orang, tolong kabari aku, biar aku klarifikasi tulisan ini. Heuu....
Itu kebohongan yang pertama...
Mari kita menuju ke kebohongan yang kedua.
Okelah, anggap si sapi nya memang demen nge-gigit anak-anak, lhaa... sapinya kan OMPONG. Mana punya gigi buat nge-gigit. Bayi yang belum punya gigi ajah bisanya cuma makan bubur atau nasi tim. Nenek-nenek ompong juga makanannya pastilah makanan lunak. Lahh, bagaimana sapi ompong bisa nge-gigit anak-anak yang tentu saja lebih keras dari bubur. Srigala yang punya gigi tajam saja, belum tentu bisa menghabiskan tulang belulang manusia. Apalagi sapi yang ompong. Nah loohh....
Lagu itu menasihatkan agar anak jangan suka bohong. Tapi, lagu itu sendiri sebenernya adalah demonstrasi sebuah kebohongan yang secara tak langsung ngajarin anak bohong. Kenapa? Karena anak-anak biasanya tak begitu acuh dengan kata-kata, semisal "Nak, ayuk rajin sholat, nak ayok rajin nabung.", jika tidak diikuti dengan tindakan nyata. Jika hanya dikatakan "Jangan bohong" maka itu tak akan cukup karena mereka lebih senang MENIRU TINDAKAN yang dilakukan lingkungannya. Jika kita bilang, "Nak, ayuuk sholat." tapi kita sendiri kaga sholat, maka jangan harap anak akan shalat. Itulah yang kumaksud bahwa anak akan acuh dengan sekedar kata-kata saja. Maka, ketika kita ngajarin anak jangan bohong trus dengan terang-terangan langsung mengajarkan kebohongan, maka yang diperoleh si anak adalah justru BELAJAR BOHONG.
Hemm....setidaknya kisah yang menggelikan ini cukup jadi pelajaran buat kita, bahwa mengajarkan anak, bukan hanya sekedar kata-kata. Ngajarin anak, adalah dengan tindak nyata. Bahwa keluarga sebagai lingkungan mini yang paling memberi pengaruh pada anak harusla memberikan teladan yang baik.
Jangan pernah ajarin anak untuk jujur jika kau malah membisikan pada anak, "Jika si IBu X itu datang, bilang ibu lagi ndak di rumah yaa Nak." Secara langsung, kau telah mengajari anakmu berbohong.
#hehe, ini lagu kedua yang aku kritik setelah lagu kasidah yang ini. Hihi
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked