Sudah lama tidak corat-coret di blog. Heuu... Makin langka ajah nih tulisan yak? Heuu.... Padahal nih yaaa, pengeeeen bangeeetttt nuliisss gituuuuhh... Trus, pas lagi pengen-pengennya, kaga bisa onlen atau ada yang sedang dikerjain. Pas udah nyediain waktu buat nulis, malah kaga muncul2 idenya. Hadeuuhh.....
Mari kita cerita-ceritasesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting iniih. hehe...
Seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya, bahwasannya aku tidaak terlalu sukaa dipanggil "Bu" gituuuhh, maka aku masih berkisah tentang topik itu saat ini, tapi dengan versi yang beda.
Hemm, kalo sekarang sih aku gak keberatan banget dipanggil "Bu" lagi, soalnya emang udah jadi Ibu (rumah tangga), hehehe... Kalo dulu, isi borang di e-ticket itu Ms sekarang jadi Mrs, dan kalo dulu ditulis Nn sekarang jadi Ny, hihi... <-- penting gituuhhh diceritain -_-"
Mengenai ketidaksukaan dipanggil "Bu" sebenarnya aku bukan satu-satunya loh yaa. Banyak ternyata teman-teman seumuransepermainan yang juga dipanggil "Bu". Tapi, panggilan untukku agaknya memang kontroversial. Pasalnya, selain sering dikira Ibu-ibu, aku juga sering dikira anak kuliahan yang masih S1 dan pernah dua kali dikira anak SMA setelah aku menikah. Ma syaa Allah... Tapi paling sering sih emang dikira anak kuliahan S1--selain ibu-ibu. Hehe...
Suatu ketika, aku lagi duduk nungguin adekku di sekolahnya. Trus, pas lagi duduk, lewatlah ibu-ibu dan mengira aku anak sekolahan di situ. Asyiiikk, lebih muda 10 tahun! Aku bersorak-sorai dalam hati. Hihi. Pernah juga aku jalan ke pasar tradisional di kampungku bareng adekku. Trus, ibu-ibu penjualnya SKSD gituuuh, nanya ke adekku, "Sekolah di MAN yah dek?", "Enggaak... di SMA 1" jawab adekku. Trus si ibunya kepo, "Kalo temennya, sekolah di mana? di SMA juga?" dijawab adekku, "Udah kuliah Bu". Si ibu, "Lha, kuliah di mana? IAIN? semester berapa?" (si ibunya kepo abisss -_-"), "Udah lulus." "Ohh, udah lulus thoo. Kirain masih kuliah. Ntar mau kerja di mana? Ikut tes PNS yak?". Beuuhhh....
Tapi, satu hal yang harus aku sadari adalah bahwasannya, tak peduli orang akan mengira aku ibu-ibu umur tiga puluhan atau sebaliknya anak SMA atau kuliahan yang masi 17-an atau 22-an, tak akan sedikit pun menambah atau mengurangi usiaku. Waktu akan tetap berjalan, tak peduli seberapapun estimasi orang-orang terhadap usia. Jadi, semestinya aku tidak perlu fokus pada panggilan "Bu" itu. Semestinya yang menjadi fokus adalah ke mana saja waktu-waktu yang dijatahkan Allah aku gunakan. Adakah untuk menambah beratnya timbangan amal kebaikan ataukah justru sebaliknya, penuh kesiaan? Astaghfirullaah... Astaghfirullaah...
Smoga ini menjadi reminder bagiku terutama, dan semoga juga bagimu yang sudah terjebak membaca tulisan ini... Hehe...
Mari kita cerita-cerita
Seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya, bahwasannya aku tidaak terlalu sukaa dipanggil "Bu" gituuuhh, maka aku masih berkisah tentang topik itu saat ini, tapi dengan versi yang beda.
Hemm, kalo sekarang sih aku gak keberatan banget dipanggil "Bu" lagi, soalnya emang udah jadi Ibu (rumah tangga), hehehe... Kalo dulu, isi borang di e-ticket itu Ms sekarang jadi Mrs, dan kalo dulu ditulis Nn sekarang jadi Ny, hihi... <-- penting gituuhhh diceritain -_-"
Mengenai ketidaksukaan dipanggil "Bu" sebenarnya aku bukan satu-satunya loh yaa. Banyak ternyata teman-teman seumuran
Suatu ketika, aku lagi duduk nungguin adekku di sekolahnya. Trus, pas lagi duduk, lewatlah ibu-ibu dan mengira aku anak sekolahan di situ. Asyiiikk, lebih muda 10 tahun! Aku bersorak-sorai dalam hati. Hihi. Pernah juga aku jalan ke pasar tradisional di kampungku bareng adekku. Trus, ibu-ibu penjualnya SKSD gituuuh, nanya ke adekku, "Sekolah di MAN yah dek?", "Enggaak... di SMA 1" jawab adekku. Trus si ibunya kepo, "Kalo temennya, sekolah di mana? di SMA juga?" dijawab adekku, "Udah kuliah Bu". Si ibu, "Lha, kuliah di mana? IAIN? semester berapa?" (si ibunya kepo abisss -_-"), "Udah lulus." "Ohh, udah lulus thoo. Kirain masih kuliah. Ntar mau kerja di mana? Ikut tes PNS yak?". Beuuhhh....
Tapi, satu hal yang harus aku sadari adalah bahwasannya, tak peduli orang akan mengira aku ibu-ibu umur tiga puluhan atau sebaliknya anak SMA atau kuliahan yang masi 17-an atau 22-an, tak akan sedikit pun menambah atau mengurangi usiaku. Waktu akan tetap berjalan, tak peduli seberapapun estimasi orang-orang terhadap usia. Jadi, semestinya aku tidak perlu fokus pada panggilan "Bu" itu. Semestinya yang menjadi fokus adalah ke mana saja waktu-waktu yang dijatahkan Allah aku gunakan. Adakah untuk menambah beratnya timbangan amal kebaikan ataukah justru sebaliknya, penuh kesiaan? Astaghfirullaah... Astaghfirullaah...
Smoga ini menjadi reminder bagiku terutama, dan semoga juga bagimu yang sudah terjebak membaca tulisan ini... Hehe...