Teori Parenting


Ada banyaaak sekai teori parenting di muka bumi ini. Jika ibu-ibu jaman dulu susah mengakses informasi dan keilmuan, zaman sekarang malah sebaliknya. Informasi itu sangat banyaaaaak sekali beredar! Sampai-sampai bingung mana yang harus diambil karena kadang sebagian bertentangan satu sama lainnya.

Tapi, informasi yang banyak itu, terkadang adalah informasi yang terpisah-pisah. Seperti kepingan puzzle yang berserakan. Bingung bagaimana menyatukannya. Ketika mendapat informasi tertentu, begitu bersemangat menerapkan tapi sayangnya tidak long lasting. Tidak bertahan lama. Kembali lagi ke titik semula.

Aku, ketika sebagai praktisi (dibanding dulu sebagai komentator aja alias pengamat hehe) merasakan betapaaa manis "teori" yang dulu aku tuliskan itu tapi... pada pelaksanannya memang tak mudah! Tak mudah! Akhirnya aku sampai pada kesimpulan; meskipun semua cinta ibu di dunia ini untuk anaknya adalah hampir sempurna, tapi ... tak ada ibu yang sempurna. Sehebat apapun ia, pasti ia pernah melakukan kesalahan terhadap anaknya. Karena memang, manusia sejatinya adalah makluk yang lemah. Sama sekali tidak sempurna.

Cara ibu mencintai, ungkapan cintanya, tidak selalu selaras dengan sesuatu yang baik untuk anaknya. Semisal ibu dengan dalih cinta anaknya lalu memberikan segala yang anaknya mau tentu bukan hal yang baik untuk anaknya. Atau, ibu yang sangat menyayangi anaknya, ingin melindunginya selalu, bisa saja jatuh kepada over protective sehingga apapun yang anak inginkan dilarang. Maka cinta juga butuh belajar. Butuh belajar tentang bagaimana yang baik dan semestinya dalam mendidik mereka.


Tapi, belajar saja tidak cukup ternyata. Seorang ibu dengan segudang ilmu parenting sekalipun, ternyata belum sepenuhnya bisa mengasuh anaknya dengan menerapkan segala ilmu dan teori yang dia punya tersebut. Misal, saat dikuasai emosi negatif dan amarah, apakah sang ibu dapat rasional menerapkan teori parentingnya yang segudang? Tidak. Tidak cukup dengan teori saja. Harus latihan. Harus terus berlatih. Bertumbuh.

Selain berlatih untuk menerapkan, ada satu lagi yang terpenting dan jauh lebih penting dari teori parenting! Yaitu iman. Percayalah, kondisi iman kita sebagai ibu sangat sangat menentukan bagaimana kita bersikap kepada anak. Ketika iman melemah, mungkin kita mudah untuk "menyambut" rayuan syaithan untuk berbuat akhlak yang kurang terpuji baik dalam perkataan maupun perbuatan ketika marah kepada anak. Tapi ketika iman kita dalam kondisi full charge, biasanya kita lebih mudah untuk mengendalikan diri. Iman adalah bentengnya. Tentu tanpa menafikan ilmu pengetahuan tentang pengasuhan juga.

Satu lagi yang sering terlupa adalah ... bahwasannya kita mungkin secara tak sadar "menyandarkan" kepada ilmu atau teori saja. Padahal ada satu hal sangat penting lainnya yang membuat kegiatan pengasuhan itu lebih baik, yaitu do'a. Do'a agar dimudahkan dalam mengasuh anak, dalam mendidik mereka dan membimbing mereka. Jangan pernah merasa jumawa dengan banyaknya ilmu dan hebatnya praktek. Justru kita harus menyandarkan segenap urusan ini kepada Allah. Memohon kepada-Nya agar baik akhlak dan lisan kita dalam mendidik anak. Sungguh, ketika berhasil, itu bukan karena kita hebat dalam mendidik anak. Bukan karena banyaknya ilmu kita. Melainkan karena Allah-lah yang memudahkan kita.


Semoga Allah menjadikan anak-anak kita shalih/shalihah dan mushlih. Merekalah harapan kita ketika kita tiada. Do'a-do'a mereka yang kita harapkan ketika kita tak lagi dapat melakukan amal shalih, terbujur kaku di bawah tanah. Smoga Allah mudahkan kita dalam mendidik mereka, anak-anak kita. Sebab akan ada masa orang tua lari dari anaknya di yaumil hisab kelak. Ketika ada hak-hak mereka yang belum kita tunaikan di saat kita mampu menunaikannya tapi kita melalaikannya. Astaghfirullaaah.

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked