Belajar Berdamai dari Mereka


Hwaaaaa….senangnyaaa, hari ni jumpa banyak anak-anak. Huummm…, refreshing tingkat tinggi niih. Bener2 refreshing. Tawa ceria mereka. Wajah-wajah tak berdosa. Wajah-wajah tanpa masalah. Dan hari-hari mereka, adalah kegembiraan.




Aku jadi banyak blajar dari kebahagiaan mereka. Dari dua bahasa yang mereka gunakan, yaitu tawa dan tangis. Belajar dari mereka bagaimana mereka membangun sebuah pertemanan. Dengan egosentris masing-masing yang masih sama-sama tinggi. Waaaa…, ‘berteman’ dengan mereka benar-benar sangat menyenangkan (hehe, berhasil melupakanku sejenak pada setumpuk tugas2 kuliah yang menunggak minta dikerjain)




Huummm…, mari sejenak belajar dari anak-anak bagaimana mereka “berdamai”. Berkelahi sesama teman adalah hal yang lumrah di kalangan anak-anak, bukan? (Lagi2 soal egosentris, ngerasa diri selalu bener bagi anak-anak itu masih sangat tinggi, barang kali yaaah?). Tapi, secepat apa mereka bertengkar, secepat itu pula mereka berdamai.




Aku jadi ingat suatu kejadian, di mana dua ibu-ibu saling bertetangga, dan anak-anak mereka seumuran juga saling bermain di salah satu halaman rumah. Lalu, tak dinyana, terdengar tangis kedua anak itu membahana membelah dunia (hahay, lebay banget!). Sontak, kedua ibu itu keluar mendengar tangis anak mereka. Ada yang masi pake daster dengan jepit2 gulungan rambut dan wajah penuh masker, dan yang lain, tangannya masi dipenuhi busa detergen.

Anak pertama (sebut saja Melati) teriak : “Mamaaaaa…, mainankuuuuu…huk..huk…diambil diaaaaa.” Ia nangis sambil nunjuk-nunjuk ke arah anak yang satu lagi (sebut saja namanya Mawar) yang lagi pegang sebuah boneka.

Merasa tak rela dituduh Melati, Mawar membela diri sambil memeluk erat mainannya, “Ini punyakuuuu…, Bunda!” teriaknya, juga disertai tangis.

Apa yang terjadi kemudian???

Bukannya menenangkan anaknya, malah kedua ibu itu terlibat emosi dan malah ikutan bertengkar.

“Heh.., Bu Dahlia! Kalo ngurus anak itu yang becus! Masa’ mainan anakku dicuri gitu! Pasti kamu mengajarkan anakmu mencuri yaah???”
“Enak saja Bu Anggrek bilang gitu! Kamu tuuh yang gak becus mengurus anak! Ini mainan, papanya yang belikan, tauk!”
“AAaaaaah! Alasan! Sini, kembalikan!”
“Enak sajaaaa!”
“#$%^&^*(*&%$#!!!”
“%$#@^&*^%$#@+=.....!!!!!”

Dan perseteruan itu pun semakin seru, lalu berujung pada aksi saling jambak-jambakan. Tinggallah Mawar dan Melati pada bengong ngeliyatin mama-mama mereka pada jambak-jambakan. Serta merta tangis keduanya langsung brenti dan berganti dengan keheranan yang amat sangat.

Eeeh…, pas sorenya, Mawar dan Melati udah kembali berteman dengan akrab dan main boneka sama-sama lagi, sementara Bu Dahlia dan Bu Anggrek masih sama-sama tersulut emosi. Masih sama-sama saling buang muka. Padahal, anak2 mereka udah berdamai dengan sendirinya.

Hehehehehe….

Mari, belajar berdamai dari anak-anak…^_^








0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked