Emak Farida



Hehehe….
(lho koq ketawa duluan yah?) hihi.
Ini sebuah crita saaahhhaaajaa. Ini tentang kuliah KONSELING PASIEN. Jadi, di akhir kuliah Pak Khairil Armal, S.Si, Apt, Sp FRS,  ngasih kami sebuah kasus dan diperagakan. Kasusnya tentang seorang Ibu yg bernama Farida, berumur 56 tahun, terdiagnosa hiperurisemia, dikasi terapi Indometacin 3X1 hari 1 kapsul. Kolkisin 3 X1 hari 1 tablet dan vitamin Neurodex 1X1 hari tablet.

“Siapa yang mau jadi konselor dan apotekernya?” Tanya Bapak. Kak Mestika angkat tangan.
“lalu, yang jadi pasien? Ada yg namanya Farida di sini?”
“Gaaaak paaaak.” Koor teman2 sekelas. “Yg ada Farizal Pak.”
“Yak, silahkan Bu Farizal.”
“Farizal itu cowoook Pak…”
“OOoo…, lalu siapa yang bersedia?”
“Pak..si Fathel saja Pak.” Tiba-tiba barisan depan angkat bicara.
“Ihh.., tak mau laah!” aku mengelak.
“Ayo lah Thel, ayolah…Fathel saja.” Kata teman2 yg lain.
Huff..hufff, akhirnya kuterima juga peran itu.

Dalam hati, ku berspekulasi.
“Hmm…, jika aku pake bahasa Indonesia, tentulah…akan  tegang. Aaaaah…, ku pakai bahasa Minang saja lah!”

Naaaah…,
Akhirnya aku berperan jadi emak-emak.


Wuihhhh…., aku benar2 menikamti peran jadi amai-amai Farida umur 56 tahun. Waqaqaqaqa.
Kata Pak Armal, “perannya pas banget! konseling memang harus dibawakan bahasa mereka. Bukan dengan bahasa medis yg ribet!” hehee.
Abiiis, dah lama banget ga drama. Jadi, benar2 menikmati peran dadakan ini. Hihihi.
“apo se karajo di rumah Buk? Dima ibuk karajo?” Tanya kak Mestik, pura2nya samaamai2 ni.
“Ambo di rumah2 se nyo buk.”
“Ndak ado ibuk kalua gai doh?”
“Lai, ka pasa sakali-kali nyo’hee.”
Hahahahahahahahahahahaha.
Teman2 sekelas jadi terpingkal abisa-bisan.
Hehehe, nyenangin ati orang berpahala kaan yaah? Hihihi.
Bahkan ada yg iseng bilang, “Lah cocok jadi amai-amai mah Thel!” waqaqaqaqaqa


Hehehe….
Lalu? Hikmahnya apa?

Banyak hikmah yg kuperoleh dari kuliah KONSELING yang berkesan ini. Pertama, aku memang harus benar2 paham dengan FARMAKOTERAPI jika tak ingin profesiku termarginalkan.
Kedua, konseling itu sebenarnya lahan DF (baca : da’wah fardiyah) yg besuaaar sangat! Karena, kita berhadapan dengan orang yang butuh untuk diarahkan! Dan, kepercayaan pasien nyaris 100 %, bukan? Dan, jika sudah dipercayai, biyasanya…orang2 akan menerima apa yg kita sampaikan.
Maka, alangkah baiknya menyampaikan sebuah konseling, selain sebagai seorang professional, juga mesti birruuuuh!
Ketiga, jika mau DF, maka alangkah lebih baiknya gunakan bahasa mereka. Gunakan bahasa yg mudah dipahami!

Aihh, semoga suatu saat terwujud. Semoga aku memang jadi seorang konseling yg paham dengan ilmuku.
Waaaa, aku harus berjibaku dan jungkir balik blajar FARMAKOTERAPI niiiiihhh…

Semangat!!!
Semangat!!!!
Hamasah!!!!!!

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked