Mangga Idaman

Mangga di halaman rumah tengah berbuah! Senangnya rasa hati. Hehe. Dan, aku pun men”cup” salah buahnya, tentunya dalam hati saja. Kutunggu-tunggu ia. “Duhai buah, cepatlah matang.” Dan, setiap pagi kuperhatikan ia selalu. Adakah ia baik-baik saja.
Pun begitu dengan pagi di hari raya qurban ini. Sepulang dari menyaksikan penyemblihan, aku kembali mengamati sang mangga. Tapi, sungguh terkejut aku. Buah itu lenyap! Tidak berada di tangkai itu seperti biasanya.

“Ikhlaskan saja.” kata ibu yang tiba-tiba telah ada di sampingku, persis di bawah pohon mangga. Sepertinya ibu dapat menebak ke mana arah pikiranku. “Tadi ibu melihat ada kayu yang digunakan untuk mengambil mangga itu. Sepertinya ada seseorang yang telah mengambilnya.” Rupanya bukan hanya aku, tapi ibu juga mengamati perkembangan sang mangga dan ternyata kami sama-sama kehilangan.

Akhirnya dengan tertawa kami memasuki rumah…
Dalam hati, aku menebak-nebak. Siapakah gerangan yang mengambil mangga itu?

Ini kali kedua mangga itu berbuah setelah 8 tahun. Pohonnya sudah tua dan ringkih. Dahulu, ketika kali pertama berbuah, mangga itu cukup jadi rebutan kami dan juga para tetangga. Karena, buahnya….alhamdulillaah manis sekali. Ah, barang kali anak-anak tetangga yang iseng main di sana.

Hanya saja aku terpikirkan satu hal. Mengenai makanan! Makanan, adalah sesuatu yang perlu kehati-hatian sangat tinggi! Halalan thoyyiban! Halal bukan hanya dari segi dzatnya, tapi juga cara memperolehnya.

“Hai umat manusia, makanlah dari apa yang ada di bumi ini secara halal dan baik…” (Qs. 2 : 168)

Jangan kira, memakan makanan haram dan yang tidak halal cara memperolehnya hanya akan menimbulkan dosa bagi si pengambilnya! Bahkan dampaknya sangatlah luas! Ia juga ngefek pada keluarga dan anak-anak serta cucu-cucunya. Bayangkanlah, makanan yang dimakan itu akan menjadi daging dan darah, yang akan terus mengalir hingga anak dan cucunya. Yaph! Makanan itu terus mengaliri darah hingga keturunannya. Maka, barang kali akan ada korelasi linear antara memburuknya perilaku generasi dengan makanan apa yang mereka kondumsi. Sebab, mereka tumbuh dengan sesuatu yang haram!

“Maka, hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.” (Qs. 80 : 24).

Masih ingat kisah seorang pemuda shalih yang dikabarkan adalah Ayahnya Imam Syafe’i. Terlepas dari shahih atau tidaknya kisah itu, tapi setidaknya kita telah diberikannya pelajaran tentang perlunya kehati-hatian dalam memakan sesuatu! Dalam kisah itu, sang pemuda yang merasa kelaparan, tiba-tiba melihat sebuah apel yang hanyut di sungai. Maka ia pun memakannya. Kemudian, ia begitu merasa bersalah, tatkala ingat kalau ia memakan sesuatu yang belum izin kepada pemiliknya. Bayangkan! Hanya apel yang hanyut saja, yang logikanya gak bakalan mungkin dijemput dipemilik lagi! Tapi apa yang si pemuda itu lakukan? Ia terus menelusuri hulu sungai, demi mencari si pemilik pohon. Pada akhirnya ia bertemu pemiliknya, dan meminta maaf bahwa ia telah memakan apel itu dan minta kerelaannya. Si pemilik itu baru akan memaafkan dan memberikan kerelaan atas apel itu asalkan mau menikahi putrinya yang tidak punya tangan, tidak punya kaki, tidak punya mata, telinga, mulut. Dan, pemuda itu menerima syarat yang berat itu demi keridhaan atas satu apel hanyut saja. Tapi apa? Ternyata istrinya sungguh cantik dan berakhlak mulia! (hehe, ini dikisahkan dalam nasyidnya Rabbani yah?). Dan sosok seperti apa yang lahir kemudian? Seorang Imam besar yang telah hafal AL Qur’an di usia belia 7 tahun, dan telah menjadi guru dalam usia 11 tahun! Barang kali, makanan juga memiliki korelasi linear dengan kecerdasan!

Setiap daging yang tumbuh dari barang haram, maka neraka itu lebih utama dengannya. (HR. Turmudzy dari Ka’ab bin ‘Ujrah).

Andai para koruptor negeri ini yang prestasi korupnya luar biasa ini, menyadari bahwa harta-harta haram yang dimakannya sungguh hanya akan membuat dirinya, keluarganya, anak cucunya menderita, bodoh dan memiliki akhlak yang begitu bobrok tentu mereka akan berhenti melakukan itu semua! Meskipun mereka kemudian membelanjakannya untuk menghidupi orang banyak atau dengan dalih “nanti aku sumbangkan di jalan Allah.”

“Barang siapa mendapatkan harta dari dosa, lalu dengannya ia bersilaturrahim atau bersedekah atau membelanjakannya (infak) di jalan Allah, maka Allah menghimpun seluruhnya itu kemudian Dia melemparkan ke dalam neraka. Dan Rasulullaah bersabda : Sebaik-baiknya agama adalah Al Wara’ (berhati-hatilah)” (HR. Abu Daud).

1 comment:

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked