Pohon Ringkih Itu...

Teman, aku ingin bercerita padamu. Tentang sebatang pohon Sunkist yang tumbuh di halaman. Pohon Sunkist itu sudah cukup tua umurnya, sehingga ‘penampakannya’ (loh? Ko penampakan yah? Hihi, maksudnya, posturnya! Iih, postur lagi! Batangnya!) sudah begitu ringkih. Malah ada yang bersisa hanya ranting-rantingnya saja. Ia telah lelah dimakan usia.

Tapi, sungguh menakjubkan si pohon itu. Kendatipun ringkih dan meranggas, tapi, satu hal saja,ia masih saja menghasilkan buah! Masih saja! Subhanallaah!

Dan, buah itu bukan buah ‘ecek-ecek’ yang sekedarnya saja. Buahnya, subhanallaah, manis! Serasa air gula! Meskipun batangnya ringkih, tapi, buahnya manis! Sungguh, apakah saripatinya sudah tersedot untuk menghasilkan buah yang lebat dan manis saja, sementara tubuhnya batangnya begitu ringkihnya?

Mari belajar dari sang Sunkist yang ringkih.

Aku teringat akan nasihatnya ustadz Rahmat Abdullah (semoga Allah merahmati beliau)…
“Dakwah adalah cinta, cinta yang akan meminta semua dari dirimu, sampai pikiranmu, perhatianmu. Berjalan, duduk dan tidurmu, bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang da’wah. Lagi-lagi memang seperti itu da’wah, menyedot saripati energimu sampai tulang belulang.”

Seperti sang Sunkist, meski ringkih, ia memberikan buah-buah terbaiknya, untuk kemanfaatan. Bahkan, saripati untuk dirinya pun tersedot! Selaras dengan nasihat yang ustadz sampaikan…

Sampai di sini, aku tercenung. Sungguh…
Apa yang kuberikan, bahkan belum apa-apa. Jangankan, saripati hingga belulang!
Aku belumlah apa-apa, bahkan tak cukup dengan kata ‘sedikit’ tentang apa yang telah kuberikan!

Ah, Barang kali, ini sebuah refleksi saja…
Sebagai sekelumit muhasabah…untukku, untukmu dan untuk kita semua…

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked