Cinta Naja

sayaaaaang ^o^
Ini pertemuan kali keduaku dengan gadis kecil umur sembilan tahun itu. Naja namanya. Ia adalah cucu dari seorang nenek yang anaknya adalah tetangga dekat kakak perempuan dari mama sahabat baik ibuku (hihi…ribeeet bet yak! Sengajaaaa….!! wkwkwk). Tapiii….berasa sudah lama sekali mengenalnya. Aku menyukai keceriaan gadis kecil itu. Ia yang ramah dan selalu ceriaaa…

Bukan hanya itu, ia juga “mewarisi” kegombalanku. Hihihi. Baru dua kali berjumpa, ia sudah bilang, “Naja sayaaaang banget sama Ka Fathel”. Bahkan dia membuat sepucuk surat untuukku yang isinya “Naja cinta Ka Fathel”. Hee….ada-ada saja. Bikin GR ajah nih anak. Hihi.

Pernah juga dia bilang begini… “Kakak itu cantiiiiiik deh kayak bidadari” (hueeeekks… masa tukang gombal digombaliii…hihi..gak ngaruh….gak ngaruhhh). Sambungnya kemudian, “….tapiiii, kayak bidadari dijatuhin dari loteng!” Gubraaaak…..!! Tuing…tuing…. Kalo dijatuhin dari loteng, bukan cantik namanya, tapi babak belurrr. Dan si Naja, malah cekikikan. Hadeuuh….deuh…deuh….

Uhmm….
Tentang cinta dan mengatakan cinta. Meski banyak yang seperti Naja, bahwa mereka dengan mudahnya dapat mengatakan cinta….Tapi ternyata, tak sedikit juga yah yang SULIT untuk menyatakan cinta. Ternyata, mengatakan cinta, bagi sebagian orang, bukan perkara mudah.
Maka jangan heran, jika ada sebuah keluarga yang telah 5 tahun menikah, tapi tak pernah sekali pun terucap kata cinta. Sampai-sampai, mereka saling meragukan cinta di antara mereka. Benarkah ini karena cinta, atau hanya kewajiban belaka? Juga tak perlu heran, jika ada sebuah keluarga yang bercerai hanya karena kata cinta yang tak terucap. Masya Allah… 

Suatu hari, salah satu kakak tingkat di kampusku pernah aku “godain”… hihi. Waktu itu, kami lagi asyik-asyikan ngeliyat photo-photo kluarga kakak tersebut. Ia dan suaminya. Lalu, iseng aku nyeletuk…, “Uniiii…kok ndak ada ‘lope-lope’nya. Kayak musuhan ihh…” Kataku sambil nyengir. Si uni menjawab, “uni gak biasa bilang cinta, Thel. Haduuh…gimana gituh yah? Berraaattt ajah rasanya, meskipun sama suami sendiri. Maluuu…”
Deuh…deuh…

Di tempat lain, seseorang juga bercerita padaku, “bagiku, cintaku pada kakakku…ataupun cinta kakakku padaku, hanya dengan tindakan saja. Tindakkan yang menunjukkan rasa cinta. Tapi kami tak biasa untuk mengungkapkan cinta. Aihh…geli saja rasanyaa…”

Aihh….
Siapapun yang kita cinta, apakah orang tua, sahabat, kakak dan adik kita, juga mungkin soulmate hidup (bagi nyang udah bekeluarga)….semua berhak dengan cinta kita. Pun dengan ungkapan cinta. Sebab cintaa…tak cukup dengan aksi nyata saja. Juga kata-kata. Seperti Rasulullah yang tidak hanya membuktikan cinta Beliau pada ummatnya dengan tindak nyata, tapi juga kata-kata. Allah juga mengatakan cinta…pada hamba yang dicintai-Nya dengan cara-Nya yang Maha Agung… Dalam riwayat Muslim dikatakan, Sesungguhnya bila Allah ta’ala mencintai seseorang maka Allah memanggil Jibril dan berfirman, “Sesungguhnya Aku mencintai Fulan, maka cintailah ia.” Kemudian Jibril mencintai orang itu. Setelah itu Jibril berkata pada penduduk langit, ““Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia.” Kemudian penghuni langit mencintainya. Dan kecintaan itu diteruskan ke penduduk bumi.

Selalu begitu. Cinta selalu membutuhkan kata. Tidak seperti perasaan-perasaan lain, cinta lebih membutuhkan kata dari pada apapun. Maka ketika cinta terkembang dalam jiwa, tiba-tiba kita rasakan sebuah dorongan yang tak terbendung untuk menyatakannya. Sorot mata takkan sanggup menyatakan semuanya. Tidak mungkin memang. Dua bola mata kita terlalu kecil untuk mewakili semua makna yang membuncah di laut jiwa saat badai cinta datang. Mata hanya sanggup menyampaikan sinyal pesan bahwa ada badai di laut jiwa. Hanya itu. Sebab adalah gelombang-gelombang makna yang menggores langit hati, maka jadilah pelangi; goresnnya kuat, warnanya terang, paduannya rumit, tapi semua nyata. Indah.
(Cinta Terkembang Jadi Kata, Ustadz Anis Matta, 2008)

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked