Wajah

Dalam beberapa kali perjalanan…aku selaluuuuu sajaaaa ditanya, “sekolah di mana?”. Ini pertanyaan lazim yang bahkan sudah akrab di telinga. Hadeuuuh….deuh…deuh…. Jika sudah dilayangkan pertanyaan begini, aku hanya bisa tertawa atawa nyengir. Lalu bilang, “saya sudah tamat.”

“Haa? Sudah tamat?”

Biasanya, komentar seperti ini adalah susulan dari pertanyaan pertama. Hehe. Bosan juga untuk menjelaskan.

Barang kali, jika aku pake seragam SMP atau SMA, mungkin masih banyak yang percaya. Hee… Kalo aku ngikut SENAMPTN, SIMAK, UMB, UM dan sejenisnya, mungkin aku takkan dicurigai, meskipun sudah melewati angka 24 tahun. Huwaaaah….bisa dong, jadi joki! Ups! Taaak….tak akan, insya Allah. Hihi.

Tapiiii, ada satu kali kejadian, di mana estimasi orang-orang meleset jauhh. Yang biasanya aku dikira anak sekolahan, kali ini malah disangka TUKANG OJEK. Gubraaaaakkkk! Apa tampang aye, lebih mirip tukang ojek ketimbang apoteker yah? Hihi. Kejadiannya begini, suatu hari aku melewati jalan yang biasa dilalui. Dari kejauahan, aku melihat seorang wanita tua yang berjalan terseok-seok, membawa beban berat. Kebetulan sekali, aku sendirian, jadiii…apa salahnya coba, menawarkan tumpangan kepada wanita tua itu.

Kutanya, “Nio kamano Buk?”
Beliau menjawab, “Indak…indak…mokasi lah nak.” (ini jawaban penolakan untuk tukang ojek, biasanya).
Aku, pasang tampang bingung, sambil melanjutkan perjalanan. Hee….akhirnya, aku jadi tertawa sendiri sepanjang perjalanan. Hmm…baru nyadar, kalo kalimat “Nio kamano?” itu adalah kalimat yang biasa diucapkan tukang ojek jika hendak menawarkan sewa di kampungku. Dan lagi, di kampungku tukang ojek bukan hanya melulu laki-laki, tapi banyak juga yang perempuan. Makanya aku dikira tukang ojek. Hadeuuh… Tapi, masa’ iya sih yah? Wong aye sudah rapih-rapih begini. Gak pake jirong (baca : bergo) lagiii. Bawa ransel lagi. Kenapa di kira tukang ojek yaah?! Hihi.

Hmm…wajah. Perwajahan.
Menjadi apapun kita, sebenarnya bisa saja. mau jadi anak sekolah. Mau jadi tukang ojek. Mau jadi politisi. Mau berwajah apapuuuun. Seperti G*yus yang memainkan banyak peran. Hanya saja…kebenaran insya Allah akan selalu menang! Kebenaran, tetap akan terkuak. Sepintar apapun sang pelaku menyembunyikan wajah. Jika pun kemudian ia berhasil menyembunyikannya dari manusia dan dari pengadilan manusia. Tapii, ia takkan pernah bisa menyembunyikannya di hadapan Allah, di persidangan yang Maha Teliti.

--------------------

sumber gambar di sini

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked