Lembaran Kehidupan

Dalam rihlah blog (blogwalking) kali ini, aku terdapar di blognya Rusda Ulfa. Cihaaa….pada akhirnya, si Cu’ul bergabung jugak di dunia per-blog-an. Hehe. Ahlan wa Sahlan Cu’uuuuul…. Semoga betah. Hee…

Pada postingan pertamanya, begitu “nge-zugg” bagiku. Kamu bisa baca di sini. Tentang hidup dan analoginya dengan lembaran buku. Tentang episode hidup ini. Ah, begitu berkesan sekali nasihat ini bagiku. Ah, benar sekali…bahwa Allah selalu menyediakan lembaran baru tanpa noda untuk kita isi, seburuk apapun lembaran-lembaran sebelumnya. Subhanallaah…. Maha Agung Allah yang membentangkan seluas-luasnya pintu maghfirah di siang hari untuk kemaksiatan di malam sebelumnya, dan membentangkan seluas-luasnya magfirah di malam hari untuk kemaksiatan di siangnya.

Selayaknya sumber daya yang tak dapat diganti dan di daur ulang, waktu-waktu berlalu takkan pernah dapat dijemput. Yang tersisa hanyalah lembaran-lembaran yang telah tercatat oleh kiraman katibin yang suatu saat akan dipertanggungjawabkan. Setiap catatan, akan dihadirkan dan diputarkan kembali dengan sedetil-detilnya. Adakah yang lebih Maha Teliti selain persidangan-Nya?

Ah, tentang lembaran-lembaran yang telah berlalu itu. Bahkan sangat banyak coret moretnya. Terlalu banyak. Tak terhitung lagi. Belum. Masih belum layak untuk ditinggalkan sebagai jejak yang baik. Masih belum layak. Bahkan sangat jauh dari layak. Aku….dan buruknya lembaran lalu.

Sesungguhnya, banyak yang disesali. Banyak. Dhaif. Hina. Penuh debu. Penuh noda. Jika saja waktu bisa diputar, tentu setiap kita sangat ingin kembali menjemput hari-hari itu, untuk kemudian diperbaiki, direkonstruksi. Tapi sayang sekali, waktu tak dapat dijemput. Dan, tentu saja pintu kemana saja doraemon sama sekali tidak berlaku di sini.

Ah, tabiat manusia selalu begitu. Bahwa setelah nyata di hadapan mereka, tentang perbuatan mereka itu dan akibatnya, barulah memohon-mohon untuk dikembalikan. Ke dunia lagi, bahkan. Tapi, dapatkah? Tentu saja tidak! Lembaran yang telah berlalu, dengan segala kesalahannya, dengan segala noda yang tertinggal di sana, memang takkan pernah dapat dijemput. Kesalahan adalah sesuatu yang wajib untuk disesali. Tapi, bukan berarti hanya terpaku di sana yang akan melemahkan semangat kita. Ia-nya memang adalah sebuah kesalahan. Tapi, bukan berarti selamanya kita harus merasa begitu lemah dengan sebuah pembiaran dan kepasrahan tanpa makna. Justru, dengannya, jadi sebuah lecutan semangat….untuk mengisi lembar-lembar berikutnya dengan tinta terbaik. Dengan goresan terbaik pula. Yakinlah…bahwa selalu ada lembaran baru yang Allah bentangkan untuk hambahamba-Nya. Yakinlah….

Dari Anas ra. Berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : “Wahai anak Adam, selama kamu berdo’a dan berharap kepada-Ku niscaya Aku amouni dosa yang telah kamu lakukan, dan aku tidak mempedulikan betapa banyaknya. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu bagaikan awan di langit kemudian kamu minta ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampuni kamu. Wahai anak Adam, sesungguhnya seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa seisi bumi, kemudian kamu menghadap Aku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun maka Aku akan mengampuni dosa yang seisi bumi itu. (HR. At Tarmudzy)



Dari Abu Musa ra., dari Nabi saw., beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah ta’ala membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu siang, dan Ia membentangkan tangan-Nya pada siang untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada waktu malam; sehingga matahari terbit dari barat (pada hari kiamat).” (HR. Muslim)

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked