Menu Spesial Hari Ini

Dahulu, semasa masih kuliah (kek yang udah lama tamat ajah niih..hihihi), menu favorit di kafe Mertua (baca : kantin Mintuo) Fak. Farmasi Unand adalah….ayam balado ijau. Hehe. Diriku kaga tau niih, namanya apah. Hee….*paraah. Belakangan baru tau kalo itu adalah sejenis Gulai Koto Gadang (hmm…Koto Gadang ini di Payakumbuh apah Batusangkar yak? Soalnya menu beginian, biasanya ada di acara berhelat a.k.a baraleknya orang-orang Batu Sangka). Sudah lama sekaliiiii rasanya tidak mencicipi menu yang satu ini. Sllllrreeeppph….ngiler…xixixi….

Kalo biasanya masak yang biasa-biasa, kali ini nak masak yang diluar kebiasaan. Hee…. Walhasil, berbekal ilmu kirologi (logi : ilmu dan kiro : kira-kira), akhirnya nak chuba berinovasi dengan gulai Koto Gadang ini, meski pun resepnya tak dapat dikualifikasi dan divalidasi di bagian divisi quality assurance alias tak bisa dijamin orisinalitasnya. Hihihi. Namanya juga inovasi tadi yaah. (halaaaah….nyari alasan pulak. Bilang ajah kaga tau resep aselinya. Hihi).

Hayuuuuk….cmimiiiiwww…mulai memasak gulai koto gadang (yang tak terjamin orisinilitas resepnyaaa…alias resep inovasi karangan sendiriii. Hihi). Tapi….tapi…, namanya “gulai”, ko ndak pake santan yah?! Aihh…bagus lah yaah, biar ndak tinggi kolesterol darahnya. Konon kabarnya, urang Minang banyak yang kenak Stroke, akibat makanannya yang bersantan dan tinggi kolesterol begitu. Padahal, sebenarnya, pan bukan makanannya yang berkolesterol kan yah? Tapiiiii, lebih tepatnya…makanan yang mengandung lemak akan membuat zat itu direaksikan oleh tubuh membentuk kolestrol, LDL yang tinggi, HDL yang rendah, lalu trigliserida yang tinggi (heuu…jadi macam kuliah farmakoterapi dan biokimia ajah..hihi).

Pertama-tama, bumbu-bumbunya diuleg dulu. Lebih bagus, kalo bumbunya giling sendiri, lebih berasaaa…dan lebih terjamin kualitasnya. Dan lebih bagus lagi, kalo tanaman sendiriiiii. Yah, bumbunya standarlaah….jahe, lengkuas, sedikit kunyit…diuleg ampe halus. Lalu, berbagai daun-daunan beraroma terapi (halaaah), semacam daun ruku-ruku, daun salam, serai, daun limau puruik, daun kunyit (tapiii, kelima bahan ini tak perlu ikutan diuleg). Siapin juga cabe ijo yang lagi-lagi lebih baik diuleg sendiri. Gak usah beli yang instan di pasaran. Owkeeeeh??? Siiiiiiiiiippp…. Eits….sebisa mungkin kaga usah pake penyedap deh. Hee…. Soalnya aye mah kaga biasaaa pake penyedap. (jadii gak sedaap dong yah? Aihh..bellooom tentuuuuuu!! Cihaaa….)

Lalu, si ayam…di cuci…diberesin kulitnya, dan dimasak dulu dengan sedikit jahe, bawang putih dan lengkuas yang sudah diuleg. Biar bumbunya meressaaaaappp hingga lapisan terdalam. Tujuannya jugak, menghilangkan amis. Trus jugaa, lebihh slrreeeeppppp daah. Kalo udah berubah warna si ayamnya, menjadi agak kecoklatan dan agak pucat, baru deh diangkat. Setelah itu, digoreng sikit biar lebih gimanaaa geetuuuh. Setelah itu, tumiskan bawang putih dan bawang merah (kaya judul dongeng yah? Hee), masukin bumbu-bumbu yang sudah diuleg tadi, plus para dedaunan….aduk-aduk sebentar…baru masukin si ayam yang udah digoreng selayang pandang tadii. Aduk ampe mateng. Daaaan…..taraaaaaaaaaaaaaaaaa…..siap disajikaaaan.

Mau??
Mau??
Mau??
Mau??
Mau??

Hehe….

Ini niiih, hasilnyaaaa…
Mau?? hehehe d^_^b



slllreeeeppphh...^^ 



2 comments:

  1. wooooowwww....kayaknya maknyuzzzz to hehehehhe


    salam persahabatan ya sobat....... dr MENONE

    ReplyDelete
  2. hehe....makasih mas Menone..^^
    salam persahabatan juga....

    *hmm....kadang-kadang bentuk emang menipu yah Mas? bentuknya maknyuzzz,,, rasanya ampyuuuun...hihi..becandaaa

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked