Penitipan Obsesi

Akhir-akhir ini, aku lebih sering OL dibandingkan sebelumnya. Tapi, anehnya, justru nulisnya lagi mandeg. Heuu... Kabar-kabarnya, otakku tak bisa diajak berkompromi untuk dua konsenstrasi. Hehe. Kayak tombol ON-OFF gituh. Kalo sudah intens dan "ON" di ngedesain , pasti deh tombol "NULIS" nya jadi "OFF". Kalo intens dan  "ON" di nulis, tombol "NgeDESAIN" nya yang "OFF". Heuu... [Pembahasan yang agak sedikit ngaur].Abisnya, aku bingung jugak, bagemana yak istilahnya dan bagaimana membahasakannya. Hehe.

Ah iya, aku punya cerita. Ini tentang PENERIMAAN RAPORT. Yak, karena lagi musim-musimnya mau liburan yang dimulakan dengan pembagian raport kan yah.
Ya, jelas saja bukan aku yang menerima raport, karena aku bukan anak sekolahan lagi. Tapi, adek-adekku.

Entah karena aku adalah sosok yang "idealis", atau entah bagaimana, tapi yang jelas, aku begitu sulit untuk berdamai dengan sebuah "kekalahan", sebenarnya. Meski pada akhirnya aku juga begitu banyak berteman dengan kegagalan dan kekalahan. Hehe (kesiyaaaan...>.<)
[Agak] Sulit bagiku untuk menerima kenyataan bahwa mereka tidak memperoleh capaian seperti yang kami semua harapkan. Jauh. Sangat jauh. Bahkan, ini semua tak pernah ada dalam kamusku selama ini. Hehe, idealis yak?! --> Agak sih. Heuu...

Kemudian, dari sinilah aku belajar (kalo dulu hanya dari teori saja), kali ini dari kisah nyata nya langsung, bahwa kita TAK BOLEH MENITIPKAN SEBUAH OBSESI BESAR pada ADIK/ANAK kita, sebesar apapun harapan kita agar mereka memperoleh yang terbaik. Sebab nilai kognitif bukan satu-satunya parameter kecerdasan. Sebab kita tak hidup di jaman yang sama dengan mereka. Sebab bakat dan minat kita berbeda dengan mereka. Sebab, menitipkan obsesi dan harapan besar itu jauh lebih membebankan (bahkan membunuh) mereka dari pada kesakitan yang nyata sekalipun. Sebab, membiarkan mereka bertumbuh dengan potensi mereka sendiri adalah lebih meng-eksplorasi segala potensi mereka dari pada memaksakan sesuatu yang sama sekali tak mereka minati. Dan, ada banyak sebab lainnya....

Sesungguhnya, ingin sekali aku berkata,
"Aduuuh, Dek... Koq cuma dapet segini sih? Seharusnya kamu belajar lebih giat lagi. Masa' sih cuma segini nih? Katanya anak unggulan..."
Tapi, kutahan kata-kata itu agar tak keluar... Sebab, kata-kata itu PASTI AKAN SANGAT MEMBUNUH...AKAN SANGAT MEMBEBANI MEREKA...dan PASTI AKAN MEMBUAT MEREKA BERTAMBAH TERPURUK...
Yang keluar, justru adalah sebuah apresiasi...
"Waah, masya Allah dek. Kaka yakin, kamu bisa lebih baik.... Sebab, yang Kaka tau, kamu adalah anak yang cerdas... Yang ini sudah baik, tapi....ke depan, insya Allah PAsti Bisa Lebih baik dari ini..."

Ayah dan Ibu juga, tak menghakimi mereka dengan berkata, "Aaah, rendah sekali! Mengapa sih begini?" Sebuah motivasi justru. Bahkan, tetap disalami dan diucapkan, "SELAMAT!", sembari diiringi dengan motivasi agar kesalahan-kesalahan dan kelalaian-kelalaian di hari kemarin tak terulang lagi di masa mendatang."
--> Dari sinilah aku belajar...
--> Sungguh, sebuah pelajaran berharga sekali bagiku, dan menjadi sebuah catatan tersendiri bagiku...hari ini... (maka, aku berharap, semoga engkau pun begitu....)

Ya, belajar untuk tidak menitipkan obsesi kita... Dan MENUMBUHKAN serta MENGEMBANGKAN mereka dengan MOTIVASI.... MOTIVASI untuk MENJADI LEBIH BAIK LAGI...

Allahu'alam...

#Hehe, barang kali, pemahamanku soal ini masihlah sangat dangkal... Jadi, jika engkau punya   pendapat yang berbeda, ataupun sebuah masukan yang membangun, aku dengan senang hati menerimanya dan sangat apreciate dengan hal itu....
#Semoga bermanfaat....

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked