Alhamdulillaah, tsumma alhamdulillaah...
Sungguh, tak ada perbendaharaan kata-kata lagi yang dapat mewakili segenap rasa di hati ini.
Kesyukuran kepada Rabb, yang telah mempertemukan kami dalam ikatan pernikahan. Sungguh, ini adalah sunnah rasul-Nya yang indah. Bagaimana indahnya? Mungkin aku bukanlah orang yang berkafaah untuk menuliskannya dan lagi engkau semua mungkin sudah dapat membacanya dari berbagai buku. Akan tetapi, indahnya hanyalah bisa dirasakan oleh orang-orang yang mengalaminya. Hehe. Seumpama seseorang mendeskripsikan bagaimana manisnya buah delima. Oke, semua orang mungkin akan bersepakat bahwa delima itu manis. Akan tetapi, tentang bagaimana rasanya, hanya orang-orang yang pernah menyicipinya sajalah yang dapat merasakannya. Pun begitu dengan pernikahan. Maka, mungkin banyak yang menyesali : mengapa tidak dari dulu saja? hihi :D
Sekali lagi, aku bukanlah orang yang faqih untuk menjelaskan mengenai pernikahan, karena kami masihlah "bau kencur" alias "pendatang baru" yang masihlah miskin pengalaman. Tapi, ijinkanlah aku sekedar bercerita. Ya, sekedar bercerita saja. Siapapun boleh mengoreksi jika sekiranya ada di antara apa yang kutuliskan ini terdapat kesalahan. Dan sungguh, aku berterima kasih atas itu.
Pernikahan itu...
Mempertemukan dua jiwa, untuk kemudian menjadi "satu". Dulu aku pernah membaca (aku lupa siapa author nya), mengapa hati tak diciptakan sepasang sebagaimana tangan, mata, telinga, kaki? Karena Allah menciptakan pasangannya di hati sosok yang lain. Maka, menjadi belahan jiwa lah ia.
Ma Sha Allah, kadang aku menjadi sangat takjub. Aku, seperti mengenalnya--sosok yang alhamdulillaah telah menjadi belahan jiwaku dan telah aku cintai sepenuhnya di lokus spesial di hatiku--selama bertahun-tahun. "Jiwa-jiwa itu ibarat prajurit yang berperang, yang saling mengenal akan saling menyapa, dan yang tak saling mengenal akan saling menjauh," Sabda Rasulullaah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Kesesuaian jiwa, mungkin begitulah istilahnya. Seperti satu sayap, yang melengkapi sayap lainnya, untuk kemudian terbang mengarungi kehidupan.
Aku begitu takjub, ketika menyadari bahwa aku seperti mengenal suamiku sekian lama. Padahal, barulah hitungan hari dan sebelumnya mungkin kami tidak begitu saling mengenal. Bahkan, meski satu SMA dan satu asrama, kami hanya sekedar tahu (bahkan dia hanya tahu namaku saja, tak lebih dari itu. Kalau aku, lebih banyak tahu sebab pembicaraan tentang dia sih sudah jadi konsumsi publik asrama waktu itu. hehehe, 'afwan Da, no mention :D). Tapi kemudian, pernikahan membuatnya mengalami transformasi yang luar biasa. Lebih dari sekedar tahu. Bahwa aku seperti telah mengenalnya begitu lama. Ma sha Allah...
Pernikahan itu...
Bukan hanya mempertemukan dua orang anak manusia, tapi juga keluarga besar.
Ya, karena pernikahan itu juga berarti mempertemukan dua keluarga. Ini juga adalah sebuah transformasi. Membuat kita tak hanya memiliki satu ibu, tapi dua ibu sekaligus.Sungguh, posisinya menjadi sama adanya. Sekaligus, mendapat saudara sekaligus. Sebelumnya tak mengenal, kemudian menjadi saudara. Bukan hanya itu, pernikahan juga akan mempertemukan kita pada banyak keluarga lainnya. Semuanya, serta merta menjadi keluarga kita juga. Ma sha Allah... sungguh indahnyaa...
Pernikahan itu...
adalah penerimaan yang menyeluruh. Penerimaan atas segala kelebihan, segala kekurangan dan segala apa yang ada pada dirinya. Sebagaimana diri kita bukanlah sosok sempurna dan masih memiliki banyak rombengan. Dan justru di sanalah letak indahnya pernikahan, bahwa masing-masing telah menjadi pakaian bagi pasangannya. Saling menutupi, saling menggenapkan kekurangan, saling meng-enpower segala potensi dan kelebihan. Ini adalah penggabungan dua potensi dan pe-minimalisir-an dua kumparan kekurangan. Indah sekali...
Pernikahan itu...
Indah, karena di sanalah bermuaranya rasa. Tempat memuarakan rasa. Jika sebelumnya mencintai adalah sesuatu yang berupaya untuk diminimilisir dan dialihkan, maka inilah saatnya untuk mencurahkan segenap rasa itu. Karena cinta...butuh diucapkan (ini versi akuu saja sih, hehe :D). Ya, meski cinta bukan sekedar kata, tapi cinta itu memang perlu untuk dikatakan. Maka pernikahan membuat kata cinta menjadi bumbu indah kehidupan.
Pernikahan itu...
adalah di mana segenap kata kerja cinta bekerja. Mencintai, adalah sebuah pekerjaan yang indah. Mencintai itu... adalah berupaya memberikan yang terbaik bagi yang dicintanya, tanpa pamrih. Mencintai adalah sebuah pekerjaan. Dalam mencintai, akan ada saling memahami, menguatkan, menanggung beban, menyayangi, mendukung, menyemangati, dan segenap kata kerja cinta lainnya.
Pernikahan itu...
Semoga semakin mendekatkan diri kita pada-Nya, bukan sebaliknya. Karena dengan pernikahan, in sha Allah menjadi genaplah diin itu. Semakin memperbanyak peluang ibadah. Bahkan sesuatu yang sebelumnya haram untuk dilakukan pun, kemudian malah diganjar pahala. Itu hanyalah didapati dengan adanya pernikahan. Bahkan, sesuguh senyuman sekalipun, juga bernilai pahala. Dan telah ada seseorang yang mengingatkan diri kita, lebih dari pada apa yang kita dapati sebelumnya. Ini sungguh adalah hal yang terindah dari sebuah pernikahan. Meski diriku ini masihlah sangat jauh, semoga hal ini semakin memotivasi diriku, dirinya, dan siapapun itu, untuk menjadi lebih baik dari diri kita sebelumnya.
Dan pernikahan itu...
adalah sebuah pengharapan terbesar, agar pertemuan ini, bukan berhenti sampai kefanaan dunia ini belaka, tapi semoga hingga ke surga-Nya. Keluarga yang barokah, sakinah (saling menentramkan), mawaddah (penuh cinta), warohmah (penuh kasih sayang) hingga ke surga-Nya. Aamiin... Allahumma aamiin....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
subhanallah :)
ReplyDeleteMa sha Allah ... Semoga pernikahan kita dibarokahi Allah dunia akhirat...aamiin..
ReplyDeletebarakallah, kakak kakaaaaakkk :)
ReplyDelete@eS eS : :)
ReplyDelete@Mulki : Aamiin... SYukran yah Bu Dokter :)
@My Lovely Hubby : Aamiin... Syukran Cinta :)
subhanallah..
ReplyDeleteEh ada Imel. Eheeemm Meeell... *kedipkedipmata ;)
ReplyDelete