Kalau boleh jujur, dulu pas di kampungku yang damai, ketika pengen sesuatu makanan, aku lebih prefer untuk beli saja. Tidak terpikir sedikitpun untuk bikin sendiri, wong, penjualnya bertebaran di mana-mana. Mau soto, segera ngacir ke penjual soto. Mau Bakso, tinggal cau ke Jembatan 1. Mau sate Padang, rasanya jarang sekali aku melewatkan sate Pak Wo Mowek (sate yang paling enak sedunia bagiku *lebay*), tinggal starter motor dan beli deeh. Mau Martabak Telor (di kampungku namanya martabak mesir, ga tau apakah emang bener berasal dari Mesir. Tapi yang pasti, ga dibikin di Mesir, soalnya aku belinya di Mualab, wkwkwk), tinggal beli di depan Cuaca. Heuu... Apaaa ajah, tinggal beli. Dan lagi, mobilitas tidak seterbatas di sini.
Nah, oleh sebab mobilitas yang terbatas dan tidak semua menu yang kita pengen available di Riyadh, tidak ada jalan lain bagiku ketika menginginkan suatu makanan, mau gau mau, HARUS BIKIN SENDIRI, dengan bahan-bahan seadanya. Yaa, terpaksa kreatif deeh, walaupun sebenernya aku sudah kreatif juga. Ups... Maksudnya, walaupun aku ga ada kreatip-kreatipnya soal bikin makanan. Sebagai contoh nyata; suatu ketika aku lagi bener-bener amat sangat pengen makan Limpiang Abuih (hehe, ini makanan khas Mualab yang bahkan ga aku temuin di Jakarta sekalipun, wong di kota Padang aja kayaknya ga ada, hehe). Karena sangat bisa dipastikan tidak ada Limpiang Abuih di sini, aku mau ga mau harus bikin, meski pembungkusnya yang semestinya daun pisang (yang juga belum aku temukan di sini), mesti diganti dengan cake cup. Ya, lumayanlaa, yang penting bisa makan Limpiang Abuih, meski rasanya ga sekualified Limpiang Abuih made in Mualab.
Martabak Telor karya pertama :) |
Nah, seperti 3 hari terakhir ini, aku lagi pengeeeeennn bangeeett makan Martabak Telor (yaa Martabak Mesir lah, kalo bahasa kampungku). Ga ada jalan lain selain mesti bikin sendiri. Akhirnya... tarraaaa... jadi deehhh Martabak Telor ala Fathel :). Pelajaran berharga; terkadang ada kondisi tertentu yang membuat kita mau tak mau harus bisa. Suka ga suka tapi harus, sehingga sesuatu yang sebelumnya tidak kita bisa (bahkan tidak terpikirkan sebetikpun), ternyata kita bisa menjadi buah karya. Dan tanpa kita sadari, kadang itu membuat kita malah menyukainya, seperti hobby baruku : MEMASAK. Hehe...
Pelajaran kedua; aku mau berbagi resepnya. Resep membuat Martabak Telor.
- Kulit martabak (aku pake kulit sambosa, soalnya buru-buru, nda nemu spring roll, hee...)
- Daging 300 gram, dipotong dadu 1 cm (sebelumnya sudah direbus dulu)
- Bawang bombay 1 siung besar (diiris tipis)
- Bawang putih 4 siung (dihaluskan)
- Bawang merah 8 siung (dihaluskan)
- Daun Bawang 5 batang (diiris tipis)
- Seledri 5 batang (diiris tipis)
- Merica 1/2 sdm (dihaluskan)
- Ketumbar 1/2 sdm (dihaluskan)
- Kemiri 3 buah (dihaluskan)
- Jahe 1,5 cm (dihaluskan)
- Telur 4 butir (dikocok)
- Santan 100 ml
- Garam secukupnya
- Minyak secukupnya untuk menumis
Bahan kuah/acar :
- cuka 1 sdm
- kecap manis 1 sdm (aku ga suka banyak kecap. Kalau mau lebih banyak, juga boleh)
- bawang merah 1 siung, diiris
- air yang udah matang 100 ml
- timun, iris dadu kecil-kecil
- cabe rawit iris kecil-kecil
(semua bahan diaduk jadi satu)
Cara Membuat :
- Tumis semua bumbu yang dihaluskan, lalu masukan daging, tambahkan santan, diaduk sampai air santan mengering, lalu sisihkan.
- Telur dikocok, lalu masukan bawang bombay, daun bawang dan seledri yang sudah diiris. Setelah itu masukan bahan-bahan yang sudah ditumis tadi, lalu diaduk-aduk.
- Masukan adonan ke dalam kulit, lalu lipat persegi, lalu digoreng pada api kecil (minyaknya ga usah banyak, sedikiiiiitt ajaah)
- Martabak siap dihidangkan beserta acarnya :)
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked