The Luckiest Wife

=======ANTARA NIKMAT DAN SYAHAWAT
Bila seseorang mencari pasangan hidupnya dominan unsur syahawatnya, maka menikah baginya hanyalah kesengsaraan, bukan kenikmatan. Nikmatnya hanya beberapa menit dalam satu atau dua bulan pertama. Setelah itu yang ada hanyalah penderitaan. Bila istri sudah hamil, kenikmatan mulai berkurang. Apalagi kalau hamilnya bermasalah. Setidaknya rasa mual, tidak suka dengan aroma tertentu, muntah-muntah tiap sebentar, tidak berselera dengan makanan tertentu dan berbagai permasalahan lainnya. Apalagi kalau sampai terbaring, harus istirahat, sering pendarahan dan lain-lain.

Maka suami akan berubah menjadi pelayan istri. Menyiapkan makanan sendiri, mengurus rumah, mencarikan alternatif makanan bagi istri yang lagi tidak berselera makan. Tak jarang ada suami yang harus menggendong istrinya dari kasur kesumur dan sebaliknya. Mengangkatnya ke mobil dan tiap sebentar harus pergi ke dokter. Kalau sekali-sekali mungkin masih bisa dikerjakan dengan senang, kalau hampir tiap hari seperti itu, tentulah itu beban yang berat.

Apalagi bagi sang istri. Kondisi hamil telah membuat perubahan-perubahan pisik, jiwa dan emosional. Berbagai kepayahan akan dia tanggung dalam jangka waktu yang panjang. Selama masa hamil sampai melahirkan, hingga tuntasnya masa menyusukan. Lebih kurang 3 tahun lamanya. Karenanya, para pengumbar syahawat tidak berminat untuk menikah, karena itu penderitaan. Kalaupun menikah, biasanya tidak bertahan lama. Kalaupun bertahan lama, biasanya diselipi dengan selingkuh dan sejenisnya.

Sebaliknya, bila mencari pasangan hidup dominan karena ketaatan kepada Allah, karena ingin menegakkan agama Allah, karena semangat untuk menghidupkan sunnah Rasulullah, maka pernikahan adalah nikmat yang sangat besar. Semua aktivitasnya menjadi amal shaleh dan berbuah pahala. Bersalaman, saling bertatapan, bercanda, bergaul suami istri dan sejenisnya menjadi ibadah dan berpahala. Hamil, melahirkan, menyusukan, merawat anak-anak, memasak, mencuci, membersihkan rumah, demam dan sakit, suami melayani istri, istri merawat suami dan menghadapi berbagai himpitan hidup berumah tangga, semua itu bernilai kebaikan. Karena itulah ia menjadi nikmat...

“Nikah itu termasuk sunnahku... barang siapa yang tidak mengamalkan sunnahku, maka ia bukan bagian dariku.... “ (HR Ibnu Majah, dishahihkan oleh AlBany)

Maka suami akan berubah menjadi pelayan istri. Menyiapkan makanan sendiri, mengurus rumah, mencarikan alternatif makanan bagi istri yang lagi tidak berselera makan. Tak jarang ada suami yang harus menggendong istrinya dari kasur kesumur dan sebaliknya. Mengangkatnya ke mobil dan tiap sebentar harus pergi ke dokter. Kalau sekali-sekali mungkin masih bisa dikerjakan dengan senang, kalau hampir tiap hari seperti itu, tentulah itu beban yang berat.
Apalagi bagi sang istri. Kondisi hamil telah membuat perubahan-perubahan pisik, jiwa dan emosional. Berbagai kepayahan akan dia tanggung dalam jangka waktu yang panjang. Selama masa hamil sampai melahirkan, hingga tuntasnya masa menyusukan. Lebih kurang 3 tahun lamanya. Karenanya, para pengumbar syahawat tidak berminat untuk menikah, karena itu penderitaan. Kalaupun menikah, biasanya tidak bertahan lama. Kalaupun bertahan lama, biasanya diselipi dengan selingkuh dan sejenisnya.
Sebaliknya, bila mencari pasangan hidup dominan karena ketaatan kepada Allah, karena ingin menegakkan agama Allah, karena semangat untuk menghidupkan sunnah Rasulullah, maka pernikahan adalah nikmat yang sangat besar. Semua aktivitasnya menjadi amal shaleh dan berbuah pahala. Bersalaman, saling bertatapan, bercanda, bergaul suami istri dan sejenisnya menjadi ibadah dan berpahala. Hamil, melahirkan, menyusukan, merawat anak-anak, memasak, mencuci, membersihkan rumah, demam dan sakit, suami melayani istri, istri merawat suami dan menghadapi berbagai himpitan hidup berumah tangga, semua itu bernilai kebaikan. Karena itulah ia menjadi nikmat...
“Nikah itu termasuk sunnahku... barang siapa yang tidak mengamalkan sunnahku, maka ia bukan bagian dariku.... “ (HR Ibnu Majah, dishahihkan oleh AlBany)

Sumber fb ust. Irsyad Safar
=========

Alhamdulillaah ya Allah...
Segenap syukur ke hadirat Allah atas segala curahan nikmatnya... Allah karuniakan kepadaku suami terbaik yang--in syaa Allah--menjadikan pernikahan sebagai jalan untuk ketaatan kepada-Nya. Aku tau, tidak mudah bagi seorang suami yang menghadapi kondisi kehamilan istri yang cukup berat. Selain harus tetap bekerja layaknya biasanya, dengan kondisi yang demikian seorang suami "diharuskan" menambahi beban pekerjaan rumah yang biasanya dilakoni istri seperti halnya memasak, mencuci, membereskan rumah, dan semua pekerjaan rutin di rumah lainnya. Aku tau, tidak semua laki-laki mau turun tangan. Tapi alhamdulillaah, aku bersyukur kepada Allah, di saat kondisiku yang lemah karena mual muntah berat, suami siap men-support-ku. Bahkan hingga menyuapiku makan (meskipun lebih banyak lenyap si apettite). Mendampingiku ketika bolak-balik ke kamar mandi untuk muntah. Menguatkanku, memotivasiku agar senantiasa kuat melewati periode berat itu. Kadang, sungguh tidak tega, membiarkan suamiku tercinta masak, mencuci, dll... yang pasti beliau sudah sangat lelah seharian di kantor. Tapi, sosok terbaikku itu selalu meyakinkanku bahwa kita saling support dan itu adalah salah satu bentuk support tersebut. Jazakallaahu khair katsiro, Cinta...

Maka, tidak berlebihan jika aku menyatakan bahwa I'm the luckiest wife.... :)
I'm the luckiest wife...

^__^

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked