Mari bercerita tentang Summer in Riyadh ;)
Kalau di Indonesia ada 2 musim; yaitu musim hujan dan musim kemarau, maka di Riyadh juga ada dua musim; yaitu Summer dan Winter alias musim panas dan musim dingin. Sebenarnya ada juga musim semi alias spring... tapi menurutku ini lebih ke musim peralihan :).
Di Indonesia, perubahan musim menurutku signifikan pada ada atau tidaknya hujan. Musim hujan yaa di mana-mana hujan. Ke mana-mana mesti sedia payung. Siap-siap menghadapi becek dan banjir untuk wilayah tertentu. Hehe... Kalau musim kemarau signifikan dirasakan oleh para petani. Kemarau berarti keringnya lahan tanaman. Tapi sekarang musim tidak menentu. Kadang hujaaan... tetiba panas. Ga ada lagi yang namanya "ber" (september, oktober, november, desember) berkaitan erat dengan sedia ember untuk atap yang bocor. Hihihihi... Dulu waktu kecil sering banget menampung hujan yang masuk lewat lubang paku di atap rumah.... :D
Akan tetapi perubahan musim ini tidaklah signifikan jika diukur dengan perbedaan suhu. Musim hujan, suhu tidaklah sampai belasan derjat. Musim kemarau juga tak sampai 40-an derjat. Range perbedaan suhunya berkisar 10-15º C saja. Maksimum 20º C deeh. Hehe...
Nah perbedaan suhu yang sangat extrim ini aku rasakan di Riyadh. Di sini, perbedaan suhu antara musim panas dan musim dingin sangatlah signifikan. Musim dingin bisa sampai 0º C, tapi musim panas bisa sampai 50º C. Range perbedaan suhunya mencapai 40-50º C.
Selama di Riyadh aku menjumpai masing-masing 2x musim dingin dan 2x pula musim panas. Musim dingin di tahun 2013 hingga awal 2014 terasa lebih panjang. Di Desember 2013 dinginnya sudah menusuk tulang... hehe... Suhu kala itu adalah sekitar 3º C. Akan tetapi di akhir tahun 2014 ini suhu masih berkisar 4-6º C... tapi di bulan Januari lalu mencapai 0º C. Lebih singkat.... tapi lebih dingin. Brrrhh...
Musim panas tahun ini terasa lebih panas dari tahun lalu. Tahun lalu, di bulan Mei hingga awal Juni suhu tertinggi adalah 38º C (masi awwalan untuk musim panas). Tapi, tahun ini di akhir Mei, suhu sudah mencapai 43º C. Bahkan penunjuk suhu yang ada di pinggiran jalan menampilkan angka yang lebih dahsyat yaitu 50,8º C. Aku siang terik itu kebetulan berada di luar rumah dan panasnyaaa sungguh menggigit... Ya salaaam...
Dan dikabarkan lagi, Ramadhan tahun ini, Arab Saudi mengalami gelombang panas yang tinggi. Kabarnya bisa mencapai 65º C. Tapi semoga tidak sampai segitu yaaah... Aamiin yaa Allah...
Perbedaan signifikan antara Indonesia dan Riyadh adalah soal humidity atau kelembaban. Di Saudi, humidity sangatlah rendah... yaitu di bawah 10 % (yang aku capture itu di Riyadh humidity 7%). Sedangkan di Indonesia (yang aku capture itu di kampungku; Muaralabuh) humidity mencapai 91%. Aku meng-capture nya di saat bersamaan :)
Dengan humidity yang rendah ini, terasa amat sangat kering. Menjemur baju (padahal cuma dalam rumah, ga kena matahari) jika dibiarkan terus (tidak diangkat jemurannya) bahan-bahan abaya indonesia bisa kering seperti kerupuk. Hihihi... Kulit-kulit kita pun butuh nutrisi karena keriiing bangeeet. Butuh pelembab.
Naaah... adalah ujian yang amat sangat berat puasa Ramadhan di sini... Dengan suhu yang sangat panas (45-50º C) dan lama puasa mencapai hampir 16 jam (sekitar 15 jam 40 menit) sungguh bukan suatu yang mudah. Jika di Indonesia (di kampungku) aku sahur jam 4 hingga jam setengah 5), di sini aku sahur jam 2.30 pagi. Jam 5 sudah terbit matahari dan sudah benderang ;). Tapi, semakin berat perjuangannya... semoga semakin manis buahnya. Aamiin yaa Allah...
Alhamdulillaah sebentar lagi Ramadhan... Allahumma balighna ramadhan.... Ramadhan kareem. Semoga Allah sampaikan kita ke bulan yang penuh barokah ini. Aamiin yaa Rabb...
♥♡♥Marhaban yaa Ramadhan♥♡♥
there is significant difference p < 0.05 *terpengaruhsamaseseorang*
ReplyDelete