Living in Riyadh (part 13): Naman as a Morning Activity
Semoga Syahid Wahai Tamu Allah
The Prophet صلى الله عليه وسلم:
'The one who dies beneath a collapsed building is a martyr '
Ahmad (23804), Abu Dawood (3111) and al-Nasaa’i (1846) from Jaabir ibn ‘Ateek (may Allah be pleased with him)
Classed as saheeh by al-Albaani in Saheeh Abi Dawood.
May Allah accept them. Aameen, best place to die.
Source:
https://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2015/09/11/Scores-killed-in-Makkah-crane-collapse.html
***
A man is state of Ihram was brought to the Messenger of Allah ﷺ and he was thrown by his camel and has his neck broken and had died. He then said: ((Wash him with water and Sidr, shroud him in his two garments (that he was wearing for Ihram) but do not cover his head, for he will be raised on the Day of Resurrection reciting the Talbiyah.)) Agreed upon
Muslim 1206 a
Bukhari 1265
****
Good message at the right time. Wallahi, I wish to be among the dead there. As Rasoolullah said that if you wish to have your death in a sacred place wish that you die in Madhina. Imagine the status of the dead..
1) they are hujjaj,
2) some of them are in ihraam,
4) they are in Haram (the house of Allah and the most sacred place on the universe)
5) they died on a Friday
6) they are reciting the tarbiyah
7) some of them are performing tawaaf
Allahu akbar..Allahu akbar...can anyone ask for a better death....Subhanallah....May Allah swt grant us a death that will be earn is the glad tidings when our soul reaches our CREATOR..Aameen Ya rabbul aalameen
*****
Grup-grup wa di beberapa komunitas di Riyadh sedang dihebohkan dg berita duka yang berasal dari Makkah. Sebagaimana diketahui saat ini sedang ada renovasi masjidil haraam dan mataf dikelilingi oleh alat-alat berat. Adanya badai pasir yang dahsyat menyebabkan alat berat sekelas crane jatuh dan menimpa jamaah. Ada puluhan bahkan ratusan korbannya...
Ya Allah... semoga Allah mengkaruniakan mereka syahid... sebagaimana hadits di atas. Aamiin yaa Rabb...
******
Ah...
Kematian itu tak ada notifikasi sebelumnya tentang kapan dan di mana...
Beruntunglah orang-orang yang kembali kepada-Nya dalam keadaan sebaik-baiknya--husnul khatimah..
Sungguh... ketika tawaf... hati sedang tunduk setunduk-tunduknya di hadapan Rabb, Allah... dan di saat itulah mereka kembali kepada-Nya... betapa beruntungnya mereka...
*******
Semoga akhir kehidupan kita adalah sebaik-baik penutup...
Sungguh... untuk dapat pelayanan terbaik di hotel berkelas saja, ada harga yang harus dibayar.
Lantas, bagaimana mungkin aku berharap surga dengan amalan yang pas-pasan? Surga jauuuuhh lebih mahal dari itu, wahai diriku..
Astaghfirullaah...
Berani 'Salah'
Alhamdulillaah aku telah beberapa hari mengikuti sekolah di Daar Adh Dhikr. In syaa Allah pekan depan ada i'tibar alias postest alias ulangan. Nah setelah ulangan in syaa Allah libur panjang hajj. Horee.. #ehh.. :D :P
Ini hanya postingan singkat... sekedar refleksi saja. Beberapa hari mengikuti kelas, ada perbadaan signifikan antara pendidikan yang aku pernah rasakan di indonesia dengan orang-orang dari luar indonesia. Secara statistik p < 0,005 pake analisa Mc. Nemar (ihh apaan siih... ahahaha)... becandaaa..
Perbedaan signifikan itu adalah tentang "berani salah".
Dulu semenjak jaman SD (entah itu di SD-ku saja), ketika guru berkata, "hayo anak-anak siapa yang mau maju kedepan (atau siapa yang bisa menjawab)...silahkan ngacung" sang guru pun mengajukan pertanyaan. Rata-rata murid-murid pada diam dan malu-malu untuk mengacungkan tangan. Surut sebelum berjuang. Kenapa?
Karena kita lebih sering membudayakan "cimeeh" alias cemooh-an ketika jawaban kita salah. Kita tidak berani maju ke depan atau mengacungkan jari menjawab pertanyaan karena kita TIDAK "BERANI SALAH". Paradigma yang terbentuk adalah "nanti kalau aku salah jawab, diketawain."
Kadang bukan hanya di kalangan siswa, sebagian oknum pahlawan tanpa tanda jasa pun (catat: hanya sebagian) juga ikut menambah daftar panjang keterpurukan ini dengan kata-kata semisal, "kamu itu... masa' begini aja ga bisa." Murid dituntut untuk perfect dan benar. Ga boleh salah. Padahal, kalo udah benar dan pintar... ga perlu sekolah lagi kaan.. Justru dari salah lah kita lebih banyak belajar.
Nah itulah bedanya. Teman-teman sekelasku, aktif dan berebutan unjuk jari ketika sang guru bertanya atau meminta sesuatu misal hiwar atau percakapan..
Yaa.. semacam revolusi lah bagi diriku sendiri terutama terlebih dahulu agar berani salah.. :)