Nasib Sekotak Rempah-Rempah

Pas lagi beberes di dapur, tetiba Aafiya mencoba membuka kulkas, meraih isinya, daaan...
"Braaak..." Sekotak rempah-rempah persediaan bumbu buat sepekan jatuh berserakan di lantai.
"Ya Salaam, shalihah bunda!!!" Aku spontan setengah berteriak. Speechless. Kebayang itu si rempah-rempah penuh perjuangan untuk menguleknya (meskipun menggunakan food processor, tapi ngirisnya dan merajangnya menjadi potongan kecil-kecil kan butuh perjuangan juga). Apalagi untuk emak Aafiya yang memang tidak terlalu hobby menghabiskan waktu di dapur. Heuuu...
Dengan polosnya Aafiya bilang, "tumpaaah..." Wajah innocentnya bikin emaknya cuma bilang, "tumpah ya nak, yuk kita bersihin." Berhubung Aafiya nda sengaja menumpahkannya, emaknya masi legowo dan tidak esmosi. Hihi...

Sembari membersihkan sisa rempah yang berserakan di lantai, terjadi kejadian kedua. Sebotol susu cokelat juga  sdah berserakan di lantai dan sedang dimain-mainkan Aafiya. Kali ini rmak Aafiya cukup "tersulut" esmosinya hihi. "Aafiyaaaa... Udahan buka-buka kulkasnya yaaa. Mana tangannya? Yuk bersihin!" Sebelum tangan mungil itu mendarat di mulutnya, emak Aafiya buru-buru ngelap.
Padahal tadinya udah kebayang-bayang di benak, setelah bersihin si rempah-rempah ini, mau menikmati si susu coklat ituuh. Hiks...



Ya, begitulah yang namanya rejeki (rizki).
Jika Allah takdirkan sampai di tangan, maka apapun rintangannya akan tetap dapat dinikmati. Tapi, jika bukan takdirnya menjadi milik kita, sudah di tangan sekalipun akan terlepas.
Ada banyak hal yang sesungguhnya "sekedar lewat" saja di tangan kita. Bukan untuk kita. Tapi hanya mampir sejenak di tangan kita.


Sering kali, kecintaan kita pada dunia membuat kita terlena. Tak ingin rugi sedikitpun. Padahal kerugian yang sesungguhnya adalah ketika kita jauh dari-Nya. Astaghfirullaah... Astaghfirullaah... Mungkin karena kecintaan pada dunia itulah yang membuat kita semakin jauh dari-Nya. Astaghfirullaah... Astaghfirullaah...


Ah, harta dunia ini hanyalah sementara, duhai diri. Jika memang ditakdirkan menjadi rizki, sungguh ia takkan bisa dicegah oleh sesiapapun sebesar apapun upayanya. Sebaliknya, jika Allah takdirkan bukan rizki, sekuat apapun upaya, takkan pernah jadi milikmu, wahai diri.
Jangan, jangan, sungguh jangan engkau letakkan dunia di hatimu, wahai diri. Dunia cukuplah di dalam genggaman dan letakkan akhirat di hati. Itulah kemenangan dan keuntungan yang sesungguhnya.


Segeralah berbenah wahai diri.
Sebelum segala kefanaan dan kesementaraan ini berakhir dan engkau masih berniat untuk bertaubat. Masih berniat dan belum menyelenggarakannya.
Bersegaralah wahai diri. Sebelum engkau terlambat, dan penyesalan itu jauh melewati dimensi kesementaraan dunia; na'udzubillah...

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked