Bagi para Bapak-Bapak yang punya istri tidak doyan shopping, sungguh itu adalah anugrah. Selamat! Anda beruntung! Tolong jangan sia-siakan istri sholeha macam ini 😁.
Setidaknya, tidak perlu pusing melihat rekening terkuras di pusat perbelanjaan atau di marketplace atau minimal tidak perlu memantau olshop yang di follow Istri Anda 😂.
Bagi bapak-bapak yang punya istri suka shopping, tak perlu berkecil hati. Itu artinya, Anda memiliki istri yang normal karena mungkin pada fitrahnya (beneran ga yaa pada fitrahnya kekekeke) wanita doyan shopping--minimal window shopping-- 😂
Bagi bapak-bapak yang punya istri suka shopping, tak perlu berkecil hati. Itu artinya, Anda memiliki istri yang normal karena mungkin pada fitrahnya (beneran ga yaa pada fitrahnya kekekeke) wanita doyan shopping--minimal window shopping-- 😂
Look inside the wardrobe; what did you buy?!?! (Gambar ini punya hak cipta lho yaaa meskipun ga pakek watermark.. so, ga boleh dicomooottt tanpa seijin emak Aafiya 😛) |
Sebenarnya tujuan tulisan ini sih bukan buat bapak-bapak para suami. Ini sebenarnya tujuannya buat istri dan khususnya buat diri sendiri... Karena meskipun orang banyak menyebutku dengan panggilan "Pak, Mas, Bang..." yang sukses bikin upset berat, aku pada kenyataannya perempuan sejati sekaligus seorang istri--alhamdulillaah. Yang memanggil dengan panggilan Pak, Mas, Bang itu pastilah orang yang tidak mengenaliku sama sekali, soo... no need to be very very upset 😅😆.
Well, back to topic, gimana bikin istri ga doyan shopping. Sedikit cerita, dulu aku termasuk yang agak doyan shopping pas baru-baru di sini... Ya, shoppingnya yang MODIS emang. (Baca: Modis = modal diskon). Kalo ga diskon sih ogah! (Emak perhitungan teteeep sih! Wkwkwkwk). Aku yang baru-baru melek merek kelas menengah dan agak atas dikit, jadi rada euforia gituh liat si Zara lagi diskon 80%, atau si Charles and Keith lagi special offer kebangetan. Langsung ijo ehh merah-merah lope deh mata kalo liat mall pada special offer. Kurang lebih kayak gini emotnya (😍)... wkwkwkwk... Dasar emak-emak emang kurang kerjaan kali yaaa aku... Astaghfirullaah...
Akhirnyaaa, itu baju udah selemari! Sepatu udah beberapa pasang. Ya salaaam... Astaghfirullah... Parah! Yaa, itu dulu sih... Duluuu... Sampai akhirnya Abu Aafiya beliin mesin jahit. Sejak ada mesin jahit, kebiasaan nenteng belanjaan yang diskon banyak berkurang (kalo kata Abu Aafiya sih no significant difference alias P > 0.05, tapi aku pribadi merasakan berkurangnya minat memburu diskonan wkwkwk). Paling kaos buat pakaian anak-anak doang yang dibeli. Satu dua baju princess. Tapi ga se euforia dulu. Tapii, sayangnya sedikit beralih ke beli raw materialnya alias kain yang belum dijahit, walaupun ga seheboh sebelumnya sih. Karena kain jarang diskon. Yaa syukurlaah... Bagus buat kantong emak Aafiya! 😂🙊
[Kesimpulan pertama: Tips agar istri ga doyan shopping adalah belikan mesin jahit! Ga perlu yang mahal. Yang 2nd juga boleh. Ga perlu yang Heavy Duty ala pabrik fashion, yang simple buat pemula juga cukuplaahh.Gapapa lah invest 700rb-1jt an dari pada tiap bulan minta beli gamis selembar 500rb plus khimarnya 100rb. Kekekekeke...]
Alhamdulillah, sampailah aku di masa di mana, aku cuma minat beli selembar fitness t-sirt dan selembar baju buat di rumah dalam hitungan 1 tahun terakhir. Prestasi banget yaaa... Biasanya pulang selalu bawa tentengan.. *Tutup muka pakek niqob*
Meskipun kadang masih sulit menahan godaan untuk coat dan jaket-jaket cantik (karena aku coat and jacket lover), tapi godaan-godaan lain alhamdulillah sudah lumayan well-managed lah. Tidak euforia lagi liat diskonan ampe 80% sekalipun. Toh akhirnya coat itu ga jadi juga mampir di kasir, alhamdulillah...
Pada akhirnya mencapai titik saturasi juga. Sembari kontempelasi, aku ingin menertawakan diri sendiri aja rasanya melihat ke-euforia-an aku dulu. Apa sih yang sebenarnya aku cari dengan diskonan itu? Apakah aku benar-benar butuh atau sekedar ingin semata? Dan--astaghfirullah--aku disadarkan kemudian dengan hisab barang-barang ini kelak. Jika itu sebuah kebutuhan, maka aku sudah punya jawabannya. Bagaimana jika ingin semata, dan hanya dipakai sekali dua kali lalu tersimpan hingga berdebu? Bagaimana dengan hisabnya kelak?! Bukankah simpanan-simpanan ini yang kelak akan memperpanjang dan memperlama hitunganku? Ahhh... Astaghfirullah... Lama aku terdiam speachless ketika ada yang mengingatkan soal ini.
[Jadi, tips kedua: Ingatkan kalo perlu SWOT dulu sebelum beli sesuatu apakah memang benar-benar dipakai, apakah benar-benar butuh, apakah tidak keinginan sesaat, lalu jangan lupa ingatkan juga soal hisabnya jika tak dipakai nantinya. (ini mah sebenarnya buat diri sendiri hehe). Jadi, kita bisa lebih woles melihat tulisan merah besar "Discount up to 80%" kecuali benar-benar dibutuhkan. Kalo lagi butuh dan itu lagi diskon berarti 'Anda sedang beruntung!' Kekekek....]
Ah dunia, sampai ke manapun dikejar takkan pernah bisa memenuhi rasa puas kita. Selalu saja... selalu saja... menggoda. Setelah kita mendapatkan sesuatu yang menggebu ingin dicapai sebelumnya, pasti akan ada gradualnya. Ingin lebih lagi. Dan lebih lagi. Begitulah hakikatnya dunia. Padahal, merugilah kita yang ymengumpulkan dunia sementara ia pasti akan ditinggalkan. Alangkah sia-sianya segala simpanan dunia. Nikmatnya hanyalah secuil. Bahkan tidak lebih dari selembar sayap nyamuk dibandingkan akhirat. Ibarat perjalanan, begitulah dunia. Hanya perjalanan yang sebentar saja. Alangkah ruginya perjalanan jika bekal kita terlalu banyak dihabiskan di pertengahan, sementara ketika sampai di tujuan, kita tak lagi punya apa-apa; na'udzubillah...
[Jadi, tips kedua: Ingatkan kalo perlu SWOT dulu sebelum beli sesuatu apakah memang benar-benar dipakai, apakah benar-benar butuh, apakah tidak keinginan sesaat, lalu jangan lupa ingatkan juga soal hisabnya jika tak dipakai nantinya. (ini mah sebenarnya buat diri sendiri hehe). Jadi, kita bisa lebih woles melihat tulisan merah besar "Discount up to 80%" kecuali benar-benar dibutuhkan. Kalo lagi butuh dan itu lagi diskon berarti 'Anda sedang beruntung!' Kekekek....]
Ah dunia, sampai ke manapun dikejar takkan pernah bisa memenuhi rasa puas kita. Selalu saja... selalu saja... menggoda. Setelah kita mendapatkan sesuatu yang menggebu ingin dicapai sebelumnya, pasti akan ada gradualnya. Ingin lebih lagi. Dan lebih lagi. Begitulah hakikatnya dunia. Padahal, merugilah kita yang ymengumpulkan dunia sementara ia pasti akan ditinggalkan. Alangkah sia-sianya segala simpanan dunia. Nikmatnya hanyalah secuil. Bahkan tidak lebih dari selembar sayap nyamuk dibandingkan akhirat. Ibarat perjalanan, begitulah dunia. Hanya perjalanan yang sebentar saja. Alangkah ruginya perjalanan jika bekal kita terlalu banyak dihabiskan di pertengahan, sementara ketika sampai di tujuan, kita tak lagi punya apa-apa; na'udzubillah...
Mulai berbenah!
Membenahi isi wardrobe, isi rak sepatu, dan juga kitchen cabinet di dapur.
Mulai seleksi, mana yang benar-benar dipakai dan mana yang dulu cuma tergoda diskonan. Jika pakaian dan peralatan masih layak, boleh disumbangkan. Jika tidak, maka bisa turun pangkat jadi kain lap 😂.
Pun begitu baju anak-anak, baju bapak e anak-anak. Big Thanks dah untuk Mba Marie Kondo yang sudah berbagi inspirasi. Harusnya seorang muslim yaa yang lebih dahulu mempraktekkannya yaa...😆
Perjalanan masih panjang, proses berbenah masih banyaaak...
Bahkan baru mulai 5-10%...
Tapii, step by step... step by step...
Semangaaaaattt!!!
*Ada yang mau ikutandan bantuin bebenah?*
Mulai seleksi, mana yang benar-benar dipakai dan mana yang dulu cuma tergoda diskonan. Jika pakaian dan peralatan masih layak, boleh disumbangkan. Jika tidak, maka bisa turun pangkat jadi kain lap 😂.
Pun begitu baju anak-anak, baju bapak e anak-anak. Big Thanks dah untuk Mba Marie Kondo yang sudah berbagi inspirasi. Harusnya seorang muslim yaa yang lebih dahulu mempraktekkannya yaa...😆
Perjalanan masih panjang, proses berbenah masih banyaaak...
Bahkan baru mulai 5-10%...
Tapii, step by step... step by step...
Semangaaaaattt!!!
*Ada yang mau ikutan
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked