Alhamdulillaah, segenap syukur kepada Allah Ta'ala,
Telah lahir anak ke-3 kami, perempuan, Normal, 13-09-2018/3 Muharram 1440H jam 2.09 waktu Saudi (GMT+3) di DR Sulaiman Al Habib Ar Rayyan Hospital, Riyadh dengan BB/TB 3.180 kg/52 cm.
Mohon do'anya agar menjadi anak yang shalihah, bertaqwa, sehat, qurrata' a'yun, dan menambah bobot kebaikan pada dunia...
❤❤❤❤❤
Ketika menulis ini, adalah 10 jam setelah kelahiran anak ketiga kami, Maryam. Sudah leyeh-leyeh di bed dengan suhu pendingin ruangan yang kata Abu Aafiya sangat dingin, tapi terasa gak begitu dingin bagiku. Hehehe.
Setiap kelahiran, jangankan dari individu (ibu) yang berbeda, dari individu yang sama pun ceritanya bisa berbeda. Begitupun dengan kisah kelahiran kali ini.
Sedikit kilas balik, dulu pas anak pertama kami Aafiya, aku mengalami pembukaan 1 sejak 2 hari sebelum lahiran. Aafiya termasuk baby yang pre-term karena lahir di usia kehamilan 35 minggu. Kontraksi yang aku rasakan paling 'dahsyat' memang pas Aafiya sih yaa. Karena air ketubannya banyak. Jam 10 malam mengalami pecah ketuban. Setelah pecah ketuban, nyerinya makin berasaaa banget sampai aku sempat bilang, "udah ga tahan lagi". Petidin yang golongan narkotik aja ga ngaruh sama sekali sebagai pain killer. Tapi, ketika pembukaan lengkap, Aafiya lahir dengan sangat mudah alhamdulillaah... Cuma 2x mengejan. Itupun yang pertama kali mengejan karena aku salah mengejan. Hehe... Aafiya lahirnya juga kecil, 2.115 kg sahajaa... Dan sempat menginap di NICU semalaman untuk diobservasi.
Berbeda dengan Aafiya, pas lahiran Aasiya aku datang ke ER (emergency room) juga karena "penasaran" apakah kontraksi yang aku rasakan adalah labor pain bukan kontraksi palsu. Datang-datang masi bisa senyam-senyum. Nyerinya baru sedikit. Ehhh ternyata sudah pembukaan 3. Ketika ditransfer ke LDR (labor and delivery room), dipecahkan ketubannya oleh dokter (salah satu cara "mengakselerasi" persalinan adalah dengan metode memecahkan ketuban), baru deh nyerinya mulai menguat hingga sakiiiitt banget banget di mana aku meremas tangan suami sampai berubah jadi warna ungu 😆. Tapi sakit kontraksi pas lahiran Aasiya ga sesakit pas Aafiya deh. Alhamdulillaah. Cumaa, pas mengejannya lumayaan sih... agak sedikit lebih lama dari pada Aafiya. Sekitar 5x mengejan. Beratnya juga lebih berat; 3.150 kg di usia kehamilan persis 37 minggu (versi HPHT).
Pas baby Maryam ini, lebih banyaaak ceritanya. Dan totally berbeda dengan kisah kelahiran uni-uni nya. Baby Maryam paling sering ngajakin bundanya ke ER dan berakhir dengan PHP ekekekeke... Pas hamil anak ketiga ini, rekor ke ER sebanyak 5x! Ma shaa Allah...
Ke ER pertama kali pas minggu ke 26, kala itu aku merasakan nyeri yang nonstop seharian. Tepat di hari ke-23 Ramadhan. Setelah diobservasi alhamdulillah semuanya baik. Ke ER kedua adalah di minggu ke-35 di Idul Adha 1439 H (sudah aku ceritakan di postingan sebelumnya). Waktu itu aku merasakan nyeri kontraksi juga. Tapii, masi kontraksi palsu kayaknya. Nginep di RS karena ada indikasi detak jantung bayi yang tinggi. Sejak minggu ke-35 ini aku sudah merasakan nyeri kontraksi palsu ini.
Di minggu ke 36-37, nyeri kontraksi makin sering. Masih kontraksi palsu sebenarnya. Tapi, kontraksi palsu rasa asli hehe. Katanyaa, konpal dapat menghilang dengan beraktifitas atau beristirahat. Tapi aku merasakan nyeri yang ilang timbul sampai ke area punggung bawah. Juga nyeri di perut bawah dan area tulang paha. Mengingat anak2 sebelumnya lahir di usia kehamilan yang lebih cepat (35 & 37 week), maka aku pikir ini juga waktunya lahiran. Eehhh, pas sampai di RS setelah masuk ke ER malah nyerinya ilaaang. Kata dokter, aku sudah pembukaan 1. Aku tanya, seberapa lama lagi sampai pembukaan full? Kata dokternya, bisa 1-2 hari. Jadi, aku diperbolehkan untuk melakukan aktifitas seperti biasa.
Jika pas hamil Aafiya aku banyak jalan lalu anaknya lahir cepat, maka pas di Aasiya aku ga melakukan aktifitas banyak berjalan lagi untuk menghindari lahir cepat hehe. Aku pikir yg sekarang juga sama. Makanya santai aja ga memperbanyak aktifitas jalan kaki. Eehh ga taunya pembukaan 1 nya lamaa banget. Ada sekitar 9 hari. Di sinilah akhirnya kami baru start untuk memperbanyak jalan kaki. Sehari sekitar 3 km di jogging area taman Raudah. Selain itu, aku juga menggunakan birthing ball untuk bounching di atasnya.
Sempat merasa sedikit "frustate" dengan pembukaan 1 yang ga nambah-nambah. Kontraksinya hilang timbul. Tapi nyeri perut bawah berasa terus. Kayak ada sesuatu yang menyesakki tulang pelvis. Hehe... Kontraksi palsu rasa asli masi terus berasa. Tapi, kadang menghilang juga sih...
Naah, di minggu ke-38, aku merasakan kontraksi lagi yang lebih dari sebelum-sebelumnya. Datang lagi ke ER. Sampai perawat ER bilang, "hah? Kamu lagiiii???" Kekekeke. Kebetulan ketemu perawat yang sama yg lagi jaga di ER. Tapiiii, seperti sebelumnyaa ketika di ER, taraaa... kontraksinya ilang! Cuma ada 1 kontraksi yang asli, sisanya masi belum. Tapi polanya sudah mulai kelihatan. Kata dokternya, pembukaan sudah bertambah jadi 2. Dokternya bilang, bisa jadi cepet niih karena pola kontraksi sudah mulai kelihatan.
Di sini ga bisa sering2 ngecek bukaan tentunya. Ga bisa capcus pergi ke bidan terdekat hanya buat ngecek pembukaan. Datengnya yaa langsung ke ER rumah sakit. Daaan, kalau semisal belum ada kemajuan rasanya down lagi deeeh... 😆.
Ternyata pembukaan 2 juga berlangsung lamaaa. Yang awalnya aku pikir 1-2 hari bakal lahiran ternyata molor jadi 4 hari! Hari minggu-rabu. Nah kemarin (hari Rabu) aku merasakan pas pagi-pagi dini hari kontraksinya mulai agak teratur tiap 10 menit. Tapii, pas abis subuh sampai siang ilang timbul lagiii. Aku berpikir, "ahh ini paling kontraksi palsu lagi." Capek juga kaan bolak balik ke ER terus dan kalo harus pulang lagi, masi kontraksi palsu, itu bikin sedikit down heuheu... Sorenya sudah tiap 5 menit sekali. Tapi nyerinya yaa gitu-gitu ajaa. Ga yang nyelekit banget gituuh.. hehe. Aku WA suami, kata Abu Aafiya, yuks siap2 pulang ngantor langsung berangkat ke RS. Aku masi sempet nyuci piring, beberes kamar Anak-anak, mencuci baju, memandikan anak-anak. Begitu suami pulang, kontraksinya ilang lagiiii. Ya salaaam. Aku masi berpikir ini kontraksi palsu lagi kalii.. Jadii, ga ada pola yang teratur gitu lho.
Naah aku masi sempat tuh, ngerjain desain selebaran acara semarak muharam. Hihi... Tapi, pas ngedesain ini, kembali aku rasakan kontraksi yang lebih sakit dari sebelumnya. Pas enggak kontraksi masi bisa senyam senyum sih. Pas kontraksi udah meringis, hihi. Karena polanya yang masi belum beraturan, kadang rentang 5 menit, kadang 10 menit, kadang 7 menit trus 15 menit. Ga jelas banget kaaan... Makanya masi maju mundur untuk berangkat ke RS. Masi ngulur waktu dulu untuk memastikan kontraksinya bener-bener asli atau masi palsu rasa asli lagi. Hehehehe...
Karena sakitnya yang sudah lumayan berasa, meskipun kontraksinya masi ga reguler intervalnya, akhirnya kami berangkatlah ke RS. Selama di perjalanan ke RS, nyerinya mulai bertambah. Kata suami, "ini udah beda nih nyerinya." Dari remasan tangan, suami mendeteksi 'tingkat nyeri' yang aku rasakan. Di RS, nyari toilet dulu. Jalan dari toilet ke ER lumayan juga, aku sempat merasakan 3x nyeri. Pas di ER, mungkin mukaku udah kayak orang yang nyeri banget kali yaaa. Hihi... Masuk ER obgyene no 1, dicek sama dokternya sudah bukaan 3 menuju 4. "Hah? Baru Bukaan 3 nyerinya udah segini? Gimana entar bukaan 9?" Aku mencelos. Seingatku dulu pas lahiran Aasiya, bukaan 3 itu aku masi bisa ketawa ketiwi deeh.
Dokter ER memutuskan aku ke ruang bersalin malam ini juga (jam menunjukkan hampir jam 12 malam). Uniknya lagii, pas di ER malah kontraksinya yang tadi lumayan sering, jadi ilang lagi, cuma ada 1 kontraksi yang tinggi (diamati dari CTG). Aku mbatin, "hah? Koq setiap ke ER kontraksinya ga ada siih?" Tapi karena dokter sudah memutuskan untuk menginap di RS, jadi aku sedikit lebih tenang. Ga harus bolak-balik lagi.
Pas ke LDR (aku dapat ruangan di LDR 5, ruangan yang persis sama ketika lahiran Aafiya dulu. Kalau pas lahiran Aasiya ruangannya LDR 12), aku masi bisa senyam senyum dan belum ada lagi kontraksi sejak di ER. Tapi pas di cek sama dokternya, sudah bukaan 4.
"She's progress fast" komen dokternya. Aku senang banget ma shaa Allah kalo memang progressnya cepat. Pas dicek di LDR sudah bukaan 4. Tak lama kemudian bukaan 5. Dan... ma shaa Allah... aku benar-benar ga nyangka kalo dalam waktu 1.5 jam bukaannya sudah lengkap!! Aku sampai melongo pas dokternya bilang "completed"! Bisa dibilang ini kontraksi "paling menyenangkan" dari ketiga kehamilan yang aku rasakan. Aku ga menyangka secepat itu, alhamdulillaah. Mungkin karena nyerinya dah dicicil dr sebulan yang lalu yaa hehehe...
Perjuangan yang sesungguhnya pas lahiran Maryam adalah pas mengejan. Nge-push nya lamaaa bangeeett ga keluar-keluar anaknya. Ya Rohman. Lebih dari 10x mengejan kayaknya. Daan, menghabiskan tenaga banget.. ma shaa Allah. Setelah perjuangan panjang mengejan, lahirlah baby Maryam di jam 2.09 di usia kehamilan persis 39 week (versi HPHT), alhamdulillaah tsumma Alhamdulillaah...
Teknik "take a deep breath" benar-benar sangat membantu untuk mengurangi nyeri kontraksi. Alhamdulillaah. Aku juga lahiran bukan dengan konsultan yang biasa aku cek up karena dokternya ga bisa datang kalo tengah malam. Digantikan oleh konsultan lain yang in shaa Allah sama oke nya. Dokter asli Saudi. Dulu sempat nyeletuk sama suami pengen lahiran sama dokter Saudi (konsultan yang sebelumnya kebangsaan pakistani), alhamdulillah Allah kabulkan. Aku suka sama dokternya meskipun baru ketemu di ruang bersalin. Dokternya easy banget dan asyik, ma shaa Allah.
Akhir kata, tiada kata yang pantas aku ucapkan selain segenap kesyukuran kehadirat-Nya. Alhamdulillaah... Alhamdulillaah.... Alhamdulillaah bini'mah.
=====
Jazakallahu khair katsir ya Zaujiy, yang selalu siaga dan ada untukku ketika melewati perjuangan ini... Uhibbuka fillah ❤