HIPERTROPI, ATROPI atau TROPI BERGILIR???


Ini sebuah pertanyaan : “Sobat, tau hipertropi atau atropi tak?”

Jika yg ditanya mahasiswa2 yang berbau health (waaah.., emang health ada baunya yah?hihihi), mereka tentu segera menjawab, “ya iyaa laaah, tau dong!”. Paling banter ngejawab, “Hummm.., apa yah? Rasa2nya pernah dengar, tapii..lupa. Ntar, aku liyat Dorland dulu.” Hehe.

Tapi, jika ditanya kepada selain itu, mungkin jawabannya akan berbeda. “Yaa kagak tau lah! Mungkin yang kamu maksud itu tropi, alias piala bergilir kali?” Hahahaha.

Okeh..okeh…, sedikit kujelaskan.
Hipertropi adalah adanya aktivitas yang kuat dari otot (terlalu sering beraktivitas secara kuat) sehingga terjadi PEMBESARAN OTOT…
Apa contoh?
Tau atlet kan? (ya iyaalaaah, hihihi). Spesifiknya adalah atlet angkat besi. Liyatkan tangannya berotot gituh? Ototnya besssuuuaaarr..sangat!!
Nah, jika senantiasa digunain secara adequate untuk beraktifitas macam angkat besi, maka otot itu akan membesar. Peristiwa inilah yang dikenal dengan hipertropi.


Sebaliknya, atropi adalah penurunan bobot otot karena tidak dipergunakan untuk aktivitas. Jadi, ototnya mengalami penyusutan gituh. Contohnya? Pernah liyat orang yang di korsi roda kan? Pada umumnya yg di korsi roda itu kan kakinya pada mengecil semua tuuh. Itu, karena ototnya kagak digunakan. Nah, inilah atropi itu.

Sekarang…Sekarang…coba bayangkan, jika yang mengalami atropi dan hipertropi itu adalah OTAK? Otak yang sering digunakan makin cerdas dan yang jarang digunain makin bloon. Hahahahaha.



Ups!
Bukan ini esensi tulisanku…
Tapi, ektrapolasi dari peristiwa alam ini terhadap keseharian kita. Terhadap hidup kita.

Ini analog sekali dengan sebuah dunia interaksi (spesifiknya antara makhluk yang bernama laki-laki dan perempuan, alias ikhwan dan akhwat).
Huuumm…, begini. Fenomena dunia maya, maupun dunia nyata yang semakin mencair….seiring dengan mencairnya kutub utara dan selatan akibat global warming. (Halaaaah..ga nyambung deeeh!) pembahasan ini pun kembali mencuat ke permukaan. Tampaknya, mulai “membudaya” dan menjadi “ghazwul fikry” ala dunia Ikhwan akhwat dimana interaksi yg cair itu adalah hal yang sangat lumrah dan terlihat biyasa-biyasa saaahaajaaa. Tak terbedakan lagi antara orang yang paham hijab dengan orang yang anteng saja dalam hal interaksi. Wuihh…, parahnya!
(ehm..ehm…, ini sebenarnya jugah nyindir diri sendiri).

Eeehh…, qta batasi dulu di dunia mayanya yaaah. Dunia awang-awang. Soal hijab yang kian melebur perlahan itu loooh. Sebenarnya, ada sisi baiknya juga dengan mulai “leburnya” ini. Ekslusifme itu bisa sedikit berdilatasi. Namun, ternyata efeknya juga men-dilatasi-kan soal interaksi itu. Tengoklah,,, tengoklah,,, ikhwan dan akhwat yang SMS-an sampai jam 12 hingga jam 1 malam (tidak banyak, tapi ADA!). yang di FBnya udah “tancap gas”, comment2 yg bersliweran lalu-lalaang tanpa liyat rambu2 dulu. Atau, lain-lain yang serupa tapi tak sama.

Sekarang, beranjak pada sebuah persepsi atas suatu sikap!
Perempuan itu, telah ditakdirkannya punya Rasa yang kelewat Gede alias terlalu gampang ke-Gede Rasa-an, (atau disingkat ke-GR-an). Ini kata pakar psikologi atau orang yg paham soal kejiwaan looh. Diriku Cuma ngutip doang. Ia, sangat mudah ‘terjatuh’ oleh sebait “perhatian”, apalagi dari laki-laki.

Dan parahnya, sesuatu yang bagi laki-laki dianggap biasa-biasa saja, bahkan ga terpikir malah sampai ke arah sana, oleh perempuan kebanyakan diterjemahkan berbeda.
Walau hanya sebuah komentar di hmm…FB misalnya.
Contoh :
Status Melati : “Aaah…, tolongin gue dong. Lagi apes nih.”
Coment oleh Badu : Apes knapa coy?
Si Melati : @Badu : HP gue ilang
Badu : @ Melati : Haaa? Siapa yang curi?
Melati : @Badu : kalau gue tau, yaa gue minta lah!
Badu : @ Melati : Haha. Peace.

Sejenak kemudian, status Melati : “Senang.”
Badu langsung koment : “Di sini senang…di sana senang..”

Kemudian , status Melati : “Horre”
Badu langsung in lagi : “bahagia banget lo.”

Besoknya gitu lagi, Melati bikin status : “Duh, bosen gue. Ngantuk. Dosennya kagak kluar2.”
Badu langsung koment : “Yuuk, chatting sm gw saja.”


Begitu seterusnya dan seterusnya…

Apapun yang terjadi, Melati langsung curhat sm FB nya, dan Badu selalu mejadi yang ‘Terdepan’ untuk berkomentar.

Lalu, apa yang terjadi?
Versi Badu (dan laki-laki kebanyakan) : itu adalah hal yang biasa-biasa saja.
Versi Melati (dan perempuan kebanyakan) : itu adalah sebagai bentuk perhatian.
“Waaaah…, kayaknya Badu tu suka deeh sama gue. Buktinya, stiap up date status, dia selalu paling pertama berkomentar.”

Pun begitu halnya antara makhluk yang bernama ikhwan dan akhwat meski dengan versi bahasa yang berbeda. Namun, intinya tetap sama saja. Ini hanya satu dari sekian banyak contoh dunia maya. Gak Cuma FB loh, bisa FS, bisa YM, dan banyak lagi yang lain.

Tentang studi kasus di atas, aku pernah mendengar langsung hal seperti itu. Si perempuan ke-GR-an, lha, di laki-lakinya gak ada apa-apa. Atau, kasus bisa terjadi sebaliknya!! Tapi versinya beda. Bukan sebagai perhatian, tapi sebentuk penghargaan dan pengakuan eksistensi. Bagi laki-laki kebanyakan, ini yang mendominasi. Jika saja sudah diberi penghargaan (di-bertekuklutut-kan. Hehe, bahasa yg aneh), maka biyasanya laki-laki akan berpikir ‘ada apa-apa’, meskipun perempuannya gak bilang ada apa-apa.

Tapi, baik itu pengakuan eksistensi dan sebuah rasa penghargaan (bagi laki-laki), maupun sebentuk perhatian (bagi perempuan) keduanya sama-sama di picu oleh satu hal yaitu : interaksi yang intens. (catat, jika ini telah meloncati koridor yang dibolehkan-Nya. Kalau untuk urusan muamalah mah it’s okay!)

Makanya, dengan adanya hipertropi, terjadi pembesaran otot. Dengan adanya interaksi yang bersifat “hipertropi”, maka akan terjadi peleburan hijab itu. Yang tak terbedakan lagi. Membengkakan pada sel-sel hijab!
Sebaliknya, jika tiada interaksi, maka ia akan menjadi atropi, akan terkikis begitu saja.
Nah…nah…, jika berada dalam koridor-Nya, masih dalam batas kewajaran, maka ia akan berjalan normal adanya layaknya otot yang normal.

Maka, untuk hal2 yang berkaitan dengan meleburnya hijab, salah satu obat mujarabnya adalah dengan “meng-atropi-kan” interaksi itu hingga kemudian ia kembali pada zero condition.


Allahu’alam…
Aiiihhhh, jadi ngaur ini tulisan. Tapi tak ape lah. Mudah2an ada yg bisa dipetik dari analog ini. Setidaknya, ini untuk mengingatkan diriku sendiri .



9 comments:

  1. Hipertropi atau tropi bergilir, selalu menjadi tulisan yang nangkring di popular post ya kak.

    ReplyDelete
  2. شكراكثيراأختيالأكبر

    ReplyDelete
  3. ijin copy ya...
    jazakumullah khoir

    ReplyDelete
  4. Kunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal - hal yang Anda takuti.
    tetap semangat tinggi untuk jalani hari ini ya gan ! ditunggu kunjungannya :D

    ReplyDelete
  5. siippp, sepakatttt...insya Allah yaa

    ReplyDelete
  6. wah tulisannya keren..

    kunjungin juga: fidrafid.blogspot.com

    ReplyDelete
  7. Terimakasih infonya semoga berma.faat

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked