Kesempatan Kedua

Alhamdulillaah…
Alhamdulillaah ya Rabb…
Segenap kesyukuran kusampaikan pada-Mu ya Alloh, atas KESEMPATAN yang Engkau berikan sekali lagi untukku ya Alloh….

Dua peristiwa yang hanya dipisahkan oleh jangka waktu 48 jam ini benar-benar memberikan sentakkan dan pelajaran berharga bagiku, akan berharganya sisa-sisa waktu yang kupunya. Tentang apa sesungguhnya esensi hidupku. Dan tentang bagaimana ending kehidupan yang berakhir dengan sebuah senyuman manis… dengan kalimah “Laa Ilaha illalloh…”. Sungguh, tiadalah yang kurindui dari akhir dan ending kehidupan ini selain dengan kalimat itu. Ya Alloh, hamba mohonkan pada-Mu ya Rabb, jadikanlah penutup hari-hariku adalah dengan pentutupan yang baik ya Alloh. Sungguh, diri ini…masih sangat jauh dari baik ya Rabb… Masih sangat jauh dari baik. Tak ada yang dapat menjamin, akan bagaimana dan seperti apa akhir dan ending dari kehidupan ini. Sungguh tak seorangpun dapat menjaminnya…

Baru 48 jam yang lalu, aku hampir-hampir saja menghadang maut, kali ini…kembali Alloh hadirkan pengingat dan reminders lagi, yang sungguh tak jauh beda.

Sore ini, ba’da asyar, aku hendak menghadiri halaqoh. Di persimpangan Jawi-jawi (simpang dari jalan kecil dari rumahku menuju jalan raya), aku berbelok ke arah kanan dan tiba-tiba saja seperti ada sesuatu yang sangat kuat mendorongku dari arah belakang. Padahal, aku sudah menyebrang dengan sangat hati-hati, dan estimasiku tidak meleset. Aku sudah melaju dengan kecepatan sedang sekitar empat atau lima meter di jalur kiri, jalur yang seharusnya.

Aku dan motorku terpental ke sisi kiri jalan. Ada seonggok batako tengah menantiku di sana. Allahu akbarr! Dunia terasa berputar beberapa kali. Kepalaku rasanya terbentur pada batako. Alhamdulillaah, aku mengenakan helm, sehingga kepala terlindungi.

Laa ilaaha illalloh…
Allahu akbar!

Beberapa saat saja, semua orang mengerumuniku. Sang penabrak yang tadi mendorong motorku sangat kuat, juga tergeletak di jalan dengan posisi kepala menyentuh jalan dan motornya pun ikut terguling, tapi tak jauh dari dia. Pemuda pengendara itu nyaris tak bergerak. Tubuhnya diangkat ke pinggir jalan, ada sedikit darah. Ya Alloh….

Aku berusaha bangkit dari posisiku yang berbantalkan batako. Terasa nyeri di kepala kanan bagian belakang dan kaki kananku. Ya Alloh… Lagi-lagi aku berpikir, apakah ini adalah ending dari kehidupanku… Ya Alloh…

Orang-orang mengelilingiku, dan bertanya “Bagaimana?” Beberapa saksi mata meminta untuk segera di antar ke rumah sakit saja. Sebagian menahan, agar urusan ini diselesaikan dulu. Si penabrak harus bertanggungjawab dulu! Allahu akbar…

Simpang tiga Jawi-jawi itu sering juga disebut simpang Baygon. Entah kenapa disebut dengan nama simpang Baygon. Tapi, angka kecelakaan di sana memang cukup tinggi. Sudah berkali-kali kecelakaan terjadi di sana. Dan juga entah berapa orang yang meregang nyawa di dana. Aku sering menyaksikan pecahan kaca dan mobil penyok serta sisa darah di tempat itu.

Alhamdulillaah…aku mengenakan helm. Jika tidak, sungguh…aku tidak tahu bagaimana nasibku. Sangat mungkin, ini akan menjadi ending dari hidupku. Sebab, aku sering kali menyaksikan kecelakaan dengan memar di dalam kepala. Sahabatku di Farmasi, adek tingkatku di Farmasi, juru masak di sekolahku di SMA dulunya, meninggal akibat inflamasi dan infeksi yang terjadi di dalam kepala. Memang, tidak ada luka di badan. Bahkan juga tak ada luka luar di kepala. Tapi, lukanya ada di dalam. Terjadi reaksi inflamasi lalu terjadi infeksi.

Kadang, banyak yang mengenakan helm hanya karna takut polisi saja. Padahal, helm itu juga adalah demi keselamatan si pengendara. Bukankah aturan itu dibuat untuk menyelamatkan? Pelajaran berharganya adalah ketika kita menjalankan aturan bukan sebab siapapun tapi atas kesadaran bahwa itu akan menyelamatkan, maka kita akan jumpai kemanfaatan besar di dalamnya. Itu baru aturan manusia. Apalagi aturan Alloh dan Rasul-Nya. Selama kita ikuti aturan dan rambu-rambunya, insya Alloh kita akan selamat. Dua wasiat Rasulullaah buat kita, Al Qur’an dan sunnah, yang selama kita berpegang teguh pada keduanya, maka kita akan selamat dalam mengarungi dunia ini…

Dari rentang peristiwa ini, sungguh… ada segenap kesyukuran bahwa dengannya aku jadi sangat mengerti akan berharganya sisa-sisa waktu yang Alloh jatahkan. Dua kali sudah Alloh berikan kesempatan. Ya, NIKMAT KESEMPATAN untuk kembali berbenah diri. Sungguh sangat berharga waktu yang tersisa. Akankah disiakan? Sementara kita tak pernah tahu, akan seperti apa ending kehidupan ini.

Sungguh, peristiwa beruntun ini, ketika dua kali nyaris berhadapan dengan maut, meninggalkan sebuah muhasabah bagi diriku. Sungguh… Membuat kembali mengevaluasi diri… Dan sungguh, pelajaran kali ini sungguh sangat jauh menyentuh palung terdalam di hatiku. Tentang berharganya nikmat kESEMPATAN. Tentang berharganya waktu yang kupunya. Akankah disiakan? Akankah disiakan? Sementara dunia ini bukanlah segala-galanya… Hanya sebuah persinggahan sementara yang jika tak berhati-hati dengan senda guraunya dan permainannya, maka akan ada penyesalan panjang yang tak berkesudahan, ketika segala sesuatunya dibalaskan.

Tentang sisa waktu yang kita punya lagi, sungguh tak seorang pun dapat meng-estimasinya. Sungguh tak seorang pun dapat memprediksinya. Lalu, apakah masih ada alasan untuk menyia-nyiakan kesejenakkan waktu ini, setelah dua kali Alloh berikan kesempatan? Sungguh….kita tak pernah punya alasan lagi untuk itu….

Sungguh, dunia dengan kesejenakkannya, bukanlah esensi dari hidup ini, walau bukan berarti kita mesti meninggalkan dunia. Ada jangka yang begitu panjang yang akan kita lewati setelahnya. Maka, jika cita-cita kita adalah sejauh itu, jauh melintasi dunia, maka…dunia pun kemudian menjadi sesuatu yang niscaya akan dilintasi. Tapi, jika hanya sampai berujung pada kesejenakkan dunia saja, bahan bakar kita tentu takkan pernah mencukupi untuk menempuh perjalanan panjang itu.

Ya Alloh…Trima kasih ya Rabb, atas KESEMPATAN kedua yang Engkau berikan untuk berbenah diri. Sungguh tak ada yang dipunyai diri ini selain kedhaifan di hadapan-Mu ya Rabb… Hamba mohonkan kepada-Mu ya Alloh…akhir dari kesejenakkan dunia ini adalah dengan sebaik-baiknya ending ya Robb… Tak ada yang dapat menjamin diri ini ya Alloh selain Engkau…


Simpang Jawi-jawi, Solok Selatan 21 April 2010
_________________________________________
Sumber gambar di sini

2 comments:

  1. Kakak baik-baik aja kan? Ada cedera kak?

    ReplyDelete
  2. fifaaaaaaaaaaaah...
    asyiik..asyiik..ada Bu dokter...
    alhamdulillaah baik2 ajah Fah..
    ada cidera...di kaki dan kepala....kenapa yah Fah, koq kakinya masih belom pulih...gak memar lagi, tapi berasa sakit di dalam....mesti rontgen gak yah? mohon nasihat dari Bu dokter...^^

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked