The Romantic Couple

the romantic couple
Setiap kali melewati jalan buruk arah menuju kampung sebelah, perhatianku selalu tersedot pada sepasang lelaki dan perempuan tua yang tentu sama sekali tak lagi bisa disebut pengantin baru. Keduanya kurasa sudah mencapai umur 75 hingga 80 tahun. Tapi, selalu ada yang menarik. Bahwa, beliau berdua masih terlihat begitu romantic di usia yang telah senja. Sesuatu yang tampak aneh di kampungku. Entah di negeri lain.

Entah oleh sebab apa, di usia-usia uzur 75 atau 80 tahun, jarang sekali ada pasangan suami istri yang mau bersama-sama, di kampungku. Bahkan, mereka lebih memilih kamar yang terpisah. Merasa jengah jika tinggal berdua saja di rumah sementara anak menantu serta cucunya tak di rumah. Aku tak tahu, sebab apa, kultur ini berkembang. Aku juga tak mengerti, mengapa budaya seperti ini ada di kampungku. Mungkin perlu penelitian lebih jauh. Hehe. Dan, tampaknya, sepasang kakek nenek yang menyita perhatianku itu bukanlah bagian dari kultur itu.

Pada beliau berdua, bagiku ada decak kagum tersendiri, di antara banyak pasangan muda lainnya yang baru mengarungi sepuluh hingga belasan tahun (bahkan ada yang kurang dari sepuluh tahun), begitu mudahnya melepas akad sacral itu di pengadilan. Sesuatu yang halal namun dibenci Alloh. Jangan dikira, selama berpuluh-puluh tahun mereka menikah, tak pernah ada rasa tak enak. Sebab, hampir menjadi sesuatu yang absurd itu terjadi. Tapi, bagaimanakah mereka mengelola ini semua dengan begitu apiknya, hingga mereka masih saja terlihat seperti pasangan muda lainnya di umur yang begitu tua? Masya Alloh, sungguh, kali ini aku begitu terkagum.

Lain lagi cerita, tentang seorang janda yang kini sudah tua dan pikun, yang ditinggal pergi oleh suaminya di kala ia masih berumur sekitar 40 –an tahun. Wanita itu cantik. Dan, bisa saja ia memilih menikah setelah suaminya pergi selama-lamanya. Tapi, tidak bagi perempuan itu. Kenangan bersama suaminya, adalah sesuatu bagian terindah dalam hidupnya, yang baginya takkan tergantikan oleh laki-laki manapun lagi. Hingga kini, ketika ia telah menjadi pikun di makan usia, satu-satunya cerita masa lalu yang masih lekang diingatannya, dan selalu menjadi cerita yang tak pernah bosan untuk ia ceritakan adalah tentang suaminya yang luar biasa. Menjadikannya seolah sebagai wanita paling berbahagia dan merasa paling cantik di dunia. Selebihnya, ia bahkan tak lagi ingat apa-apa.

Dua kisah di usia senja itu, sesungguhnya bagiku cukup mewakilkan bahwa banyak kisah yang mencapai endingnya dengan bahagia. Tak selalu sad ending seperti kisah-kisahku sebelumnya. Dan ini semua memberikan pelajaran kepadaku, bahwa kebahagiaan itu tergantung bagaimana masing-masing men-sintesanya. Dan hal yang terpenting tentu saja, selama kita masih berjalan dalam koridor-Nya, segalanya adalah dalam kedaan baik, dengan dua penyikapan terhadap dua keadaan. Syukur dalam kebahagiaan dan nikmat-Nya, dan sabar dalam kesedihan dan ujian-Nya. Selagi kita masih berpegang teguh dengan itu semua, sungguh kenikmatan dan ketentraman hati dapat kita reguk, sesulit apapun keadaan kita. Allahu’alam.

2 comments:

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked