Sex Education for Children

Ini kali kedua aku ikut di seminar parenting bukan sebagai peserta melainkan sebagai asisten psikolog (wkwkwk, gayaaa cuy!). Yaah, asisten nteu resmina atuh nyak. Pertama di PIAR Padang, lalu kedua ini di SDIT Rahmaniyah, Depok. Yang pertama membahas soal dunia remaja, perkembangannya, karakteristiknya dan bagaimana pola asuh anak remaja. Lalu, yang kedua ini, tentang sex education untuk anak-anak pra remaja. Pra-remaja itu adalah umur 10 hingga 13 tahun. Sekitar kelas 5 SD hingga kelas VII SMP.

Banyak orang mengira, sex education atau pendidikan seks adalah hal yang sangat tabu untuk dibicarakan. Ia cukup menjadi rahasia orang dewasa saja. Anak-anak dibungkam dengan pernyataan, “entar juga ngerti sendiri!” ketika mereka bertanya. Padahal, justru inilah yang ternyata menyebabkan banyaknya penyimpangan sex dan ‘kebobolan’ serta penyelewengan seks yang sama sekali tak terduga. Kenapa? Karena rasa keingintahuan sang anak, membuat ia mencari-cari dari berbagai sumber, apalagi tak didapat pendidikannya oleh orang tuanya. Apalagi di era teknologi informasi yang semakin canggih sehingga memudahkan akses bagi siapa saja yang ingin mencari sesuatu. Maka, jangan heran, jika tiba-tiba tersiar berita tentang anak-anak baik yang kelihatannya patuh-patuh wae, ternyata sudah hamil di luar nikah. Entah sudah berapa pula yang menggugurkan kandungannya, agar tak ketahuan orang tua. Dan yang lebih parahnya lagi, ada pula yang merasa begitu biasa-biasa saja (tak ada rasa malu maupun bersalah) ketika anaknya hamil di luar nikah (astaghfirullaah, Cuma bisa mengurut dada doang. Dan ini kejadiannya tak jauh pula dari rumahku).

Jadi? Ternyata penting yaah? Iya! Penting!
So, seperti apa saja pendidikan yang diberikan pada sang anak?
Baiklah, aku sedikit berbagi tips (halaaah, gaya! Kayak pahaaaaam ajah! Hehe). Enggak ding! Aku pun masih tak berilmu lah. Hanya saja, aku ingin sedikit share tentang apa yang diceritakan dalam seminar tersebut. Mudah-mudahan bermanfaat. (Mungkin agak sedikit vulgar dan blak-blakan. Tapii, sekali lagi, ini PENTING untuk anak-anak. Jika kita ingin generasi selanjutnya adalah lebih baik, insya Alloh. Amiin)

Terhadap anak pra-remaja, seperti apakah pendidikan seks untuk mereka?
Sebagai orang tua maupun pendidik, yang mesti kita lakukan adalah…sharing dengan mereka. Bahwa, sebentar lagi mereka akan menghadapi masa yang disebut masa remaja. Lalu, bagaimana kah ciri-cirinyaaa? Perlu dijelaskan pada anak, bahwa di masa ini, mereka akan menghadapi banyak sekali perubahan-perubahan. Pertama di segi fisik. Bagi yang perempuan, akan mengalami perubahan fisik di berbagai hal. Dan, akan mengalami yang namanya menstruasi. Jelaskan juga pada mereka, bahwa setelah itu terjadi, mereka akan menanggung dosanya sendiri. Lalu, jelaskan pula perubahan psikologis yang akan terjadi. Seperti, rasa dan kecendrungan pada lawan jenis, yang kemudian harus di-cover dengan bingkai agama, agar tidak terjadi salah pergaulan. Bahkan, perlu dijelaskan pula kepada mereka, bahwa setelah mengalami masa menstruasi, mereka bisa saja hamil, jika terlibat pergaulan bebas. (baru-baru ini, tak jauh dari rumahku, anak kelas 1 SMP, hamil di luar nikah! Sungguh, membahayakan, bukan!?)

Juga pada anak laki-laki. Jelaskan pula pada mereka bahwa mereka juga akan mengalami perubahan-perubahan di segi fisik, maupun psikis. Mulai dari suara yang berubah. Lalu, adanya perubahan pada tubuh mereka. Lalu, fantasi-fantasi dan mimpi. Adanya kecendrungan pada anak perempuan yang perlu discover dalam bingkai diin. Ini perlu dijelaskan pada mereka, agar mereka tidak salah dalam menyikapinya dan memuaskan rasa ingin tahu dengan mencari-carinya di berbagai sumber. Sama seperti anak perempuan, perlu dijelaskan juga bahwa setelah ini mereka akan menanggung dosa mereka sendiri.

Sedikit banyaknya, hal tersebutlah yang perlu disampaikan pada anak-anak kita. Apalagi sebagai orang tua. Jangan sampai sungkan untuk membicarakan ini dengan anak di masa pra-remaja mereka. Sebab dengan begini, insya Alloh, orang tua membantu anak dalam mematangkan pribadi mereka. Banyak orang tua yang menganggap “entar si anak tahu sendiri.” Ternyata, pemahaman ini SALAH! Sebab, bukankah anak-anak kita tak pernah diberikan arahan dan petunjuk tentang ini? Dan, banyak pula orang tua yang menganggap anak-anak remaja itu sudah besar. “Ah, biarlah, dia kan sudah besar.” Padahal, arahan orang tua itu adalah sangat penting ketika mereka sedang mencari jati diri mereka.

Yaaah… Barang kali orang tua, juga perlu membekali diri dengan ilmu untuk disampaikan pada sang anak. Yah, intinya, jadi orang tua cerdas lah! Hee… Banyak koq buku-buku islami yang mengajarkan tentang ini. Boleh minjam, tapi kalo bisa punya sendiri. Hehe. Perlu anggaran tiap bulan kali yaah, buat beli buku yang dibutuhkan, bagi si orang tua, maupun si anak. (hehe, macam paham kalilah aku nii. Tapi, tak lah, aku pun masih sikit sangat ilmunya, dan masih sedang belajar pun! Jadi, tak paham-paham lah!)


SDIT Rahmaniyah Depok, 16 April 2011

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked