Sosok Bersahaja itu Bernama : Mba Sinta Yudisia

Siapa yang tak kenal dengan sosok Sinta Yudisia? Novelis hebat dengan karya yang begitu bergizi ini. Lebih dari 40 judul buku sudah diterbitkan oleh Mba Sinta. Luar biasa! Banyak dari deretan karya itu berlabelkan “best seller”. Mba Sinta adalah satu dari sederet nama penulis yang aku kagumi. Baik tulisannya, apalagi sosoknya. Subhanalloh…

Aku pertama kali berjumpa Mba Sinta tiga tahun lalu. Pada momen Silnas FLP yang diadakan di PPPPTK Srengseng Sawah Jakarta Selatan, tahun 2008. Pertemuan pertama, begitu menggugah. Mencengangkan. Dan membuatku langsung kagum. Kala itu kami semua tengah berkumpul di aula. Mataku langsung berbinar demi menyaksikan banyak penulis besar yang biasanya hanya kukenali lewat tulisannya, kini ada di depan mata secara nyata. Bahagia sekali rasanya bisa berjumpa dan bertatap langsung dengan mereka. Setidaknya, menularkan semangat yang luar biasa untukku yang masih tertatih-tatih berkarya ini. Hehe, maklumlah, aku ‘orang daerah’ (juga orang kampung) yang tidak begitu aksesibel dengan penulis-penulis hebat. Mungkin beda cerita kalo aku berdomisili di tempat yang lebih aksesibel yang bisa dengan mudah menjumpai forum-forum kepenulisan yang dihadiri oleh para penulis hebat itu.

Nah, di momen itu, aku sangat terkesan ketika ada satu sosok bersahaja yang mengulurkan tangannya lebih dahulu. Dan ia memperkenalkan diri, “Saya Sinta. Sinta Yudisia.” Masya Alloh. Kaget aku dan langsung surprise banget. Di saat penulis yang lain, kebanyakan “dikejar” dan umumnya kitalah yang memperkenalkan diri terlebih dahulu, sebaliknya Mba Sinta malah mengulurkan tangan dan memulai untuk berkenalan terlebih dahulu. Masya Alloh… Ini—sekali lagi, meninggalkan kesan tersendiri yang kutaruh di sebuah folder istimewa di hatiku.

Setelahnya, Mba Sinta kasi wejangan buat kita, terutama dalam dunia kepenulisan. Wuihhh…senang banget bisa share sama Mba Sinta. Sampai sekarang pun, aku masi menyimpan sebuah catatan kecil yang Mba Sinta tuliskan untukku. Terima kasih Mba Sinta.

Aku pun juga ingin, meninggalkan ‘sesuatu’ untuk dikenang oleh orang-orang sesudahku. Aku pun juga ingin melahirkan karya seperti banyak penulis lainnya. Aku pun ingin, mengajak pada jalan kebaikan lewat tulisan-tulisan yang kutulis, meski hari ini masihlah sangat sederhana. Aku pun juga ingin, umurku tak hanya sampai pada hari di mana aku menghembuskan nafas terakhirku. Aku ingin, ‘umur’ku lebih panjang dari itu, bahkan sesudah aku hancur bersama tanah sekalipun. Dan, yang seperti itu…hanyalah kita temukan pada orang-orang meninggalkan sebuah karya bersejarah yang ia tuliskan.

Maka dari itu, aku ingin mengajak diriku sendiri, mengajakmu semua (yang sempat membaca ini), untuk menuliskan apa saja lintasan hikmah, ilmu-ilmu yang ada pada kita, membaginya kepada banyak orang. Tak mengapa hanya lewat blog. Tak mengapa hanya lewat note. Sungguh lebih baik lagi, jika karya itu dalam bentuk sebuah buku yang akan menginspirasi banyak orang. Selama masih ada orang yang mengamalkan apa yang kita tuliskan dan merasakan manfaat dari apa yang kita bagi, maka selama itu pula investasi pahala dan kebaikan terus mengalir. Kemanfaatan yang terus ‘hidup’ meskipun sang penulisnya telah lama meninggalkan dunia.

Barokallaahu fiikum ajma’in….

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked