Dari dulu, aku memang selalu tertarik dengan tulisan-tulisan Bang Ragdi F Daye, yang juga Mantan Ketua Umum FLP Wilayah Sumbar periode 2006-2008 ini. Kritikan dan masukan dari Bang Ade dalam setiap bedah karya (sekarang akrab dengan sebutan KRISTAL=Kreasi Menulis Tapi Lauik) selalu nyelekit dan mengena sasaran. Dua novelku (yang tentu saja masi sangat amatiran itu) tidak lepas dari kritikan dan masukan dari teman-teman FLP smuanya, dan salah satunya adalah dari Bang Ragdi F Daye, yang mencoret-moretnya dengan spidol merah. Hehe, syukran Bang.
Jika ingin berkenalan langsung dengan beliau, ini niiiih, ta’ kasi photonya bersama keluarga. Bahkan Syafa, putri pertama beliau, juga ikut meramaikan acara ini. Hehe.
Nah…nah…., berkaitan dengan terbitnya buku Bang Ade ini, maka, segenap pengurus FLP Sumbar, mengadakan Launching dan Bedah Buku, yang bekerja sama dengan FKWPI FBS UNP, tepatnya tanggal 17 Oktober 2010 (yang juga bertepatan dengan MILAD ketua Umum FLP Sumbar 10-12, Ukhty Siska Oktavia).
Alhamdulillaah….bedah buku ini terangkatkan dengan sukses. Wah, menyesal sekali rasanya, aku tidak
Di sini, ketemu penulis-penulis euy. Juga para ‘dedengkot’ FLP’ers dari jamannya Bang Melvi Yendra (Ketua Umum Pertama FLP Sumbar). Juga diramaikan oleh FLP Kids Solok dibawah asuhan Kak Tadzkiyah (Yeyen Syafrina). Serruuuu euy…
Tak ketinggalan, kami ‘memburu’ Papa Rusli jugak euy, minta foto maksudnya. Hihi. Papa Rusli adalah penulis lintas generasi. Beliau, dilahirkan di Bukittinggi, pada tahun 1936 Silam. Salah satu buku beliau adalah “Mangkutak di Negeri Prosaliris.”
Satu plajaran berharga bagiku dalam acara ini….yaitu….betapa, aku sudah jauh ketinggalan. Dari buku-buku yang berjejer di rak bazaar, ada banyak bertebaran karya-karya teman-teman sesama FLP’ers. Tinggallah aku, yang sama sekali belum tercantum namanya di buku-buku itu. Uhm…., kapan yah? Smoga suatu saat nanti. Hayuuu, bersemangat laaagiiii!
Teringat aku, akan apa yang disampaikan Ukhty Siska Oktavia ketika menutup acara ini. “FLP…adalah salah satu organisasi yang bergerak di bidang kepenulisan dimana “da’wah bil qalam”, berda’wah lewat pena adalah sebagai tujuan utamanya.”
Menulis, insya Allah adalah pekerjaan mulia. Dan, ia adalah investasi masa depan yang barang kali umurnya lebih panjang dari umur kita. Mungkin ketika kita telah menyatu dengan tanah, dan jika karya kita masih dibaca orang dan diamalkan, itu artinya kita telah menabung investasi untuk akhirat kita, insya Allah. Ia bisa saja berumur sampai ratusan tahun.
Jika menyampaikan kebaikan sebagai ‘tujuan terapeutik’ dari menulis maka, kita barang kali juga akan bertemu ‘efek samping’ nya yaitu : mendapatkan royalty dari penerbit, Koran or majalah dan berpeluang menjadi orang terkenal yang tanda tangannya dihunting banyak orang. Hehehe. Dalam teori obat, sebaiknya efek samping diminimalisir dan efek terapeutik dioptimalkan. Begitu juga dalam menulis. Jangan mengejar efek sampingnya dulu, dan melupakan efek terapeutiknya.
Kesimpulannya…hayuuuuu, semangat lagi yuuuk, nulisnya!
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked