Beberapa waktu lalu (hingga saat ini) aku masih nyangkut di mana-mana. Hee….memangnya hanyut apah yah? Hihi. Maksudnya, nyangkut di urusan administrasi sehingga harus masuk kantor, kluar kantor. Mulai dari jorong, RT, RW, lurah, camat, hingga ke kantor polisi, rumah sakit, capil, dinas2 tertentu. Beuhhh….ribetnyaa tak ketulungan.
Uhm…sebenarnya…tidak ada masalah dalam hal pengurusan administrasi yang ribet itu, jika saja oknum yang terlibat di sana menjalankan fungsi dan perannya dengan baik. Sayang sajaaaaa, aku harus menghadapi orang-orang yang berleha-leha dengan tugasnya sehingga satu urusan harus nyangkut berlama-lama. Padahal urusan itu banyaaaaaaaaaaaaak sekali yang harus di selesaikan. Beranak pinak. Bercucu cicit. (halaaaah, lebay!).
Acap kali aku harus berhadapan dengan birokrat yang korupsi. Iyah! Korupsi waktu. Sebut saja, di instansi A untuk suatu urusan. Aku harus rela bolak balik sampai empat kali ke kantor itu dalam satu hari, untuk suatu urusan hanya gara-gara si bapak yang mesti tanda tangan, melanglang buana entah ke mana. Padahal, jam baru menunjukkan angka 10 pagi. Tapiii, pegawainya sudah keluyuran begitu. Ada yang ke pasarlah. Ada yang masih di rumah lah. Ujung-ujungnya, urusan yang semestinya bisa selesai dalam satu hari (bahkan 1 jam) harus diundur sampai esoknya. Beuhhh…sebel siiihh…tapiii, harus sabar tho?
Di waktu yang berdekatan, di instansi lain, sebut saja instansi B, aku pun mengalami nasib yang sama. Masih sekitar jam 10-an, rupa-rupanya karyawannya sudah melang-lang buana, entah ke mana rimbanya. Sampai-sampai, salah satu pegawainya bilang, “Dek, urusannya mendesak tidak? Soalnya, pegawai ini dan si itu sedang ke pasar, sedang ke rumah sakit, sedang keluar sebentar. Tidak bisa tanda tangannya sekarang.” Kujawab, “waduuuh, Bu, saya perlu sangat niih, surat ini, soalnya masih ada 14 macam surat lagi yang harus saya urus.” Aku mencoba menggunakan nada tidak sebel walaupun hati sudah dongkol. Heuuuuhhh! “Dek, maaf yah, jikasurat ini diteruskan, nanti ketahuan sekali kalau pegawai banyak yang tidak masuk. Gak pa-pa yah dek, jika besok saja. maaf…” gubraaaaaaaaaaaak!!! Ditelantarkan! Padahal, urusan itu sebenarnya 5 menit juga siap! Deuuuhh…
Di tempat yang berbeda, di waktu yang hampir berdekatan juga. Aku membutuhkan surat itu dengan segera. Tapiiii, ketika mau ngurus, si pegawainya bilang, “Uni, maaf yah, bapaknya masih di rumah. Katanya baru siap mandi. Jadii, Uni sabar yah nunggunya.” Beuhh…baru mandi katanya?!! Padahal, jarum jam sudah menunjukkan jam 9.30 pagi. Memangnya jam kantor jam berapa sih, Om?????!!!!!
Di instansi lain (semua yang kuceritakan ini, instansinya beda-beda loh!), nasibku tak jauh beda. Katanya bisa sih selesai dalam jangka waktu sebentar. Tapiii, pihak yang betranggungjawabnya lagi keluar. Padahal, masih jam 11. Dan, dijanjikan, akan diselesaikan esoknya. Pas esoknya, aku kembali mendatangi instansi tersebut (bahkan menyengajakan diri untuk telat 1 jam dari yang dijadwalkan, biar instansi tersebut punya waktu lebih buat mengkoreksi), eeh….pas nyampe di sana, ternyata berkasnya sama sekali belum disentuh! Paraaaaaaah!!!!
Aah…ternyata penyakit korupsi ini benar-benar sudah mendarah daging yah… Bukan hanya korupsi duittt, tapi juga korupsi waktu. Mulai dari jajaran tinggi hingga ke unit terkecil. Betapa sangat mengesalkannnya. Huufftt….
Yang bisa kulakukan hanyalah s-a-b-a-r! yup, sabar! Menikmati setiap proses itu. Menikmati rangkaian kekesalan itu dengan kesabaran. Fiuufft… Hanya saja, jika terus begini, bagaimana negeri ini bisa maju tho?! Cape’-cape’ ajah pemerintah kasi gaji full, jika kinerjanya begitu. Udah gituuu, masiiiiii aja gak malu minta naek gaji. Beuhhh…benar-benar mengherankan!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked