Waahh, jum'at yang penuh semangaaatttt... Hari ini, aku ketemuuuu sama One of my Best Friends, Mariyen Abdi Esa (hehehe, baca : Mariyen Irvani). Hwaaahhhh, seneeeeng pisaaaaaannn. Meski tugas lagi numpuk-numpuknya, tapiiii, karena momen buat ketemu Yeyen memang adalah momen langka karena masing-masing sama-sama sibuk, maka, momen langka ini teramat sayang untuk dilewatkan. Alhamdulillaah, hari inilah momen yang tepat ituuu setelah dua tahun kurang satu bulan tak ketemu.
Dari Depok, naek KRL menuju Gambir dan kita ketemu di Monas. Untuk pertama kalinya kita ketemu sepaket. Hihi. Maksudnya, Yeyen dan Mas nya, Panji. Hemm... a great couple. Pokonya mereka mah pasangan yang serasiii banget dah. Hee... Setelahnya, kita bertiga (Aku, Yeyen dan Nany) ke puncak Monas (juga untuk pertama kalinya, hee), lalu ke Atrium di Senen. Waaah, benar-benar hari yang mebamhagiaaaakaannn. Sore-sore, mampir di Kemenkeu (kantornya suami Yeyen) dan seterusnya pulang lagi dengan setumpuk tugas yang telah menanti. Hee... Tak lupa, kami juga melibatkan one of our another best friend, Syafnida Gusti, via Telkoms*l yang menghantarkan suara via sinyal-sinyal sejarak Jakarta-Payakumbuh. Hihi...
Dan satu hal yang selalu ada dalam sebuah pertemuan setelah sekian lama berpisah. NOSTALGIA!
______________________________
6 Hari Pasca Gempa Padang, 2009
Di salah kamar 3 wisma Syakuro, tiga orang penghuninya masiiiih sajaa asyik ngobrol. Sesekali terdengar tawa. Padahal, jarum pendek jam dinding (jam tangan, juga jam di HP tentunya, hee), sudah menunjukkan jam 4.00 dini hari. Wah, bener-bener kita bertiga sudah menghabiskan malam. Ck..ck...ck
Masing-masing mengurai cerita dengan senyum sumringah. Tertawa. Dan, masing-masing saling melukiskan sebuah harap. Harap tentang hari depan. Sekaligus do'a, semoga catatan asa itu bertemu wujud nyatanya, di kemudian hari.
Juni 2010-Maret 2012
Ketiga cerita yang telah kita urai di malam 6 hari pasca gempa itu mulai menjumpai ujungnya. Bukan. Bukan seperti catatan asa yang pernah kami lukiskan. Rupanya, ketiga cerita itu, justru bertemu dengan kenyataaan yang sama sekali tak pernah kami catatkan, apalagi harapkan. Sama sedihnya. Sama pedihnya. Sama perihnya. Meski ending kisah itu berbeda-beda versinya, tapi, ujungnya tetap saja adalah sama kesudahannya. Patah dan berdarah. (hihi, ini lebay banget yah? hehe.... #anggapsajalagimelankolik, hihihi...).
Meski, di saat itu kita tak lagi berada di tempat yang sama, tapi masih berbagi tangis bersama. Mencoba saling mengokohkan, meski pun masing-masing juga sedang tak kokoh...
Ahh, TIDAK. SEMUA SUDAH BERLALU. HADAPI HARI DEPAN dengan PENUH SEMANGAT! Segalanya--meski meninggalkan kesedihan--tapi juga meninggalkan PELAJARAN berharga--teramat berharga malah--yang kami punguti hikmahnya. Begitu tekad kita bertiga, menyudahi kisah-kisah itu, dan memulai hari baru dengan semangat baru.
Juli 2011-Mei 2012
Allahuakbar!
Begitulah, catatan takdir-Nya begitu indah.
Sungguh, setelah kesedihan, pasti akan ada kebahagiaan. DIA, Dzat yang Maha Rahman, PASTI selalu sertakan kesedihan dan kepahitan dengan kebahagiaan dan sesuatu yang teramat manis. Ya, sesuatu yang amat manis. Sesuatu yang membuat kita selalu berkata, "Masya Allah, sungguh luar biasa catatan-Nya untuk diri kita. Beginilah hikmahnya, mengapa bukan catatan asa kita dulunya yang menjadi wujud nyata. Sebab Dia tengah ingin memberikan ganti yang jauh lebih baik. Masya Allah... Jika pun ingin-ingin kita yang kemudian terwujud dengan sedikit 'memaksa', maka, mungkin bukan kebahagiaan yang kita dapatkan, melainkan malah kesedihan. Allahuakbar!"
Ah, bahagia. Sungguh, bahagia aku.
Alhamdulillah, segala puji bagi-Nya, hanya itu kata yang memang pantas terucap, atas segala nikmat yang Dia limpahkan...
Juli 2011-Mai 2012, dua sahabat terbaikku menjumpai catatan takdir mereka masing-masing. Sungguh, aku berbahagia dengan kebahagiaan mereka. Cerita-cerita kita dulunya, kini hanya jadi sebuah lelucon, sesuatu yang hari ini kita tertawakan... Ah, sungguh bodoh yah kita dulunya? Hehe...
Mengingati itu semua, tiga kali aku mencoba menahan air mata tadi siang, saat menelusuri Atrium. Mereka mungkin tak tahu, karena aku mencoba menyembunyikannya dan tak ingin merusak kebahagiaan dalam pertemuan kita dengan air mata. (Ternyata, hobbi lainku adalah MENANGIS yah? hihi...).
Tapi sungguh, aku berbahagia, dengan kebahagiaan mereka, sahabat-sahabatku, yang kemudian menjumpai cerita yang dulu pernah kita kisahkan hingga sepertiga malam terakhir, 6 hari pasca gempa. Sungguh, aku bahagiaa, kawan.
Kisahku?
Hehe, belum. Belum menjumpai kelanjutan kisahnya, seperti kedua sahabatku itu. Hee...
Trauma kah aku?
Hehe, mungkin tidak. Meski, mungkin aku masih menyimpan sedikit squele nya di amigdala, yang memang mati-matian coba kulenyapkan. Penat kulenyapkan, pada akhirnya, kubiarkan saja kisah itu tergeletak di salah satu sudut amigdala. Suatu saat, juga akan derdegradasi dengan sendirinya, insya Allah. Kan, degredable. Hehe... Hanya saja, aku tak tahu, entah sampai kapan itu. Mungkin perlu bertanya pada waktu, sampai kapankah ia membiarkan squele itu bersisa. Ya, cukuplah waktu saja yang menjawabnya.
Satu hikmah luar biasa tentu saja sudah kupetik. Dan aku perlu berterima kasih dengan itu semua. Terima kasih telah mengajarkanku untuk tidak pernah lagi berharap pada manusia. Terima kasih telah mengajariku tentang definisi takdir-Nya yang indah yang tak selalu sama dengan ingin-ingin kita saja. Terima kasih, telah merubah navigasi dari sebagian besar hidupku. Sungguh, aku perlu berterima kasih pada kisah itu. Kisah yang kami bertiga urai, 6 hari pasca gempa.
_____________________
Kisah ini, aku dedikasikan untuk kedua sahabatku, Yeyen dan Titi. Sunggguh, merindukan kalian berduaaaaa. Ah, aku benar-benar ingin tuliskan kisah kita bertiga. Hehe. Tapi sayang. Tugasku lagi numpuk. Sepertinya, aku tak sempat menuliskannya.
Ketapang, 4 Mei 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked