Hari ini aku kedatangan tamu istimewa dari Jogja. Alhamdulillaah,
senang sekali. Sudah sekian lama tidak berjumpa dengannya. Terakhir kali kalo
tidak salah sekitar satu setengah tahun yang lalu. Dan satu hal yang kemudian
aku catat dalam hatiku adalah… transformasi luar biasa dari sosok sahabatku
itu, sahabat se-wisma dan sekamar, sekaligus sahabat yang dekat. She is one of
my best friend (hehe, aku selalu menggunakan kata-kata ‘one of my best friend’
karena aku memiliki banyak sahabat inspiratif yang dari merekalah aku banyak
belajar).
Ah iya, kembali kepada transformasi tadi. Aku dan dia
bernah berada di satu potong masa perjuangan, dan aku merasakan sekali betapa
selangkah demi selangkah, sosoknya terlihat semakin istimewa di mataku. Perubahan
demi perubahannya. Dan bagaimana ia memaknai hidup. Masih lekang di ingatan,
dan bahkan hingga kini, perjuangannya yang berat. Dan, selalu saja, orang-orang
dengan track record perjuangan hidup yang berat membuatku terkagum-kagum.
Ada satu hal yang tak pernah berubah. Yaitu, ia adalah
sosok yang sangat haus akan ilmu. Semangat belajarnya luar biasa. Ia melahap
banyak buku dan tebal-tebal pula seperti menikmati sebatang coklat lezat. Buku setebal
3 cm saja bisa dihabiskannya dalam waktu yang sebentar. Hebatnya lagi, dia tak
terlihat ‘tersiksa’ untuk menghabiskan lembar demi lembar itu. Hehe. Beda sekali
denganku yang membaca bila dibutuhkan saja. Mungkin bisa dikategorikan aku tak
terlalu suka membaca. (Hadeuuh…padahal perintah Allah pertama kepada
Rasulullaah itu adalah BACA!). Aku suka membaca saat aku memerlukannya saja. Jika
aku butuh, aku akan melahapnya. Tapi, jika aku belum merasa membutuhkannya right
now, biasanya aku lebih suka mengkoleksinya dulu. Perkara membacanya, entar
saja, saat aku butuh. Hihi… *alibi. Dia beda. Buku-buku tebal itu, saat dia
sedang butuh atau pun tidak, dia akan dengan segera menghabisinya. Masya Allah…
*Hayoo semangat belajarrr Fatheeeeel*
*Hayoo semangat belajarrr Fatheeeeel*
*Hosh…hosh…hosh… Semangaaaaaattt!* (dengan gaya
mengepalkan kedua tangan ke udara, dan kemudian mengambil bantal, lalu tidur.
Hihi… Gak bangeeet yah?! Hehe…)
Lima jam kami habiskan dengan bercerita. Seperti biasa,
selalu menyemangati. Selalu penuh dengan motivasi. Darinya, aku melihat
semangat yang menggebu-gebu untuk menuntut ilmu. Darinya, aku lihat semangat
luar biasanya untuk beramal. Aahh, sungguh…jadi kangen masa-masa di wisma dulu.
Banyak hal yang kami bahas. Dan entah mengapa, itu smua memberikan motivasi
bagiku. Aku jadi ingat kata guru ngajiku dulu waktu SMA, “Apa yang disampaikan
bir-ruh, maka akan diterima bir-ruh juga. Apa yang disampaikan dengan ruhiyah
baik, maka si penerima juga akan merasakan gelombang ruhiyah itu.” Mungkin inilah
yang aku rasakan. Dia menyampaikannya dengan ruh yang baik, sehingga aku pun
merasakan gelombang kebaikan itu darinya.
Satu kalimat darinya yang bagiku sangat berkesan adalah “Mari
kita review kembali jenak-jenak perjalanan kita. Setiap step-step yang sudah
kita lewati itu sungguh terdapat maknanya. Ada hikmah yang diberikan-Nya di
setiap langkah dan persinggahan kita. Mengapa kita berada di sana dan berada di
sini saat ini, selalu saja mengandung hikmah yang besar. Aku sering kali
meresapi itu.”
Sekian dulu kisah pertemuan kami dalam bingkai ukhuwah. Hanya
satu hal yang dapat aku bagi dari pertemuan ini, bahwa ia (mungkin tidak sedang
menasihatiku, bahkan hanya dengan bercerita tentang kehidupan yang di
jalaninya, bukan dengan cara menggurui) justru menghadirkan motivasi bagiku,
motivasi untuk berusaha menjadi lebih baik. Dan sungguh beruntunglah
orang-orang yang jika bertemunya atau mengingatnya, justru membuat kita lebih
mengingat Allah. Dan hal itulah darinya yang bagiku sangat menginspirasi. Uhibbukifillaah
ukhty… Smoga Allah pertemukan kita kembali, pada masa yang terbaik menurut-Nya
Mereview kembali jejak-jejak perjalanan, hmmm.... izinkan saya juga mengambil pelajaran dari ihwal ini ya, Mbak.
ReplyDeleteMasya Allah... iya ustadz... kita sama2 ambil pelajarannya yaa ustadz...
ReplyDelete