Setelah menyelesaikan urusan beberes, akhirnya ngetem juga di depan laptop... Hihi... Tadinya mau tidur, soalnya di jam Indonesia ini sudah malam, hehe.... Tapi mungkin karena excited banget serasa mimpi berada di sini, di bumi Riyadh, akhirnya si mata masi melek deh. Ya sudah dari pada bengong, mending mulai deh mengetikan huruf demi huruf. Heuu...
Perjalanan ke Riyadh memang penuh cerita. Hehe... Serasa mimpi... Beberapa kali rejected bikin kami udah pasrah ajah. Memasrahkan segenap keputusan terbaik kepada-Nya. Seperti riak gelombang yang pasang surut. Sesaat begitu berharap dan sesaat kemudian kembali terhempas dengan berbagai kendala.
Mendarat di Riyadh ini terasa sangat wonderful... Ya, banyak hal yang akhirnya membuat kami mengerti bahwa memang lebih berasa manis sesuatu yang dicapai dengan perjuangan berat dari pada perjuangan yang biasa-biasa saja. Jika biasa saja, maka pencapaiannya mungkin terasa hambar dan akan memberikan rasa yang juga biasa biasa saja. Setidaknya, tidak se-excited yang disarakan ketika penuh perjuangan dalam pencapaiannya.
Ketika Chek-in di Bandara sempat deg-deg-an, soalnya petugas Chek-in dan petugas Imigrasi di Bandara heran banget melihat Visa aku yang tertulis "Not Permitted to Work." Biasanya kan TKI ke Arab buat kerja dan sepertinya aku dikira TKI gitu dengan Visa tertulis "Tidak Diijinkan Bekerja". Jadinya mereka bertanya-tanya, "Ngapain kamu ke Riyadh." Hehe. Setelah menjelaskan panjang dan lebar akhirnya aku diberikan boarding pass dan cap imigrasi. Alhamdulillaah...
Perjalanan menuju Riyadh di tempuh dalam waktu 14 jam lebih 50 menit. Nyaris 15 jam. Dari Soetta, pesawat bertolak terlebih dahulu ke Hongkong. Perjalanan menuju Hongkong ditempuh dalam waktu 4 jam 50 menit. Sebenarnya cuma 4 jam 10 menit, tapi karena terlambat terbang (arus lalu lintas di Soetta padat) dan landing di Bandara Internasional Hongkong juga padat akhirnya muter-muter dulu di udara sampai akhirnya landing dengan selamat. Alhamdulillaah...
Karena pertama kali ke Hongkong, jadinya aku rada-rada bingung dengan bandaranya yang beussaaaaarr sangat. Gate bandaranya ajah lebih dari seratusan gates. Setelah tanya sana sini (dengan bahasa inggris yang pas-pasan dan alhamdulillaah mereka ngerti apa yang aku tanyain dan aku ngerti apa yang mereka bilang, dan aku rasa itu sudah lebih dari cukup bagiku yang nda pinter bahasa Inggris, hehehe) akhirnya aku ketemu jalan menuju gates pesawat ke Riyadh. Tapi, perjalanan menuju gates tersebut tidaklah mudah, karena aku harus melalui jalan yang berbelok-belok, muter sana sini dan akhirnya naik kereta bawah tanah.
Ketika hendak naik kereta bawah tanah, ibu-ibu yang sedang bersamaku (yang juga menuju Riyadh) terlihat ragu-ragu, apakah benar harus naik kereta atau tidak. Jam sudah menunjukan 3.20 pm waktu Hongkong dan kita harus boarding jam 3.35 pm. Artinya, cuma bersisa 15 menit waktu untuk mencari gate 44 dan kemudian boarding. "Tanya dulu dong, nanti salah jalan, susah balik lagi. Pesawatnya jam 4 loh." Saran seorang mba yang juga menuju Riyadh. Tapi aku sudah sangat yakin dengan pilihan untuk naik kereta karena jelas-jelas terpajang bessuuaaar di sana bahwa gate 33 sampai 80 memang mengharuskan untuk naik kereta bawah tanah. Aku memutuskan untuk tetap naik kereta. Sementara si Mba dan si Ibu masih di peron dan ragu-ragu apakah naik kereta atau tidak. Ketika si Ibu memutuskan untuk ikut aku, pintu otomatis keretanya sudah menutup. Jadinya hanya aku yang naik kereta.
Saat itu aku belajar bahwa ketika kita sudah yakin dengan jalan yang kita pilih, maka kita tidak boleh membiarkan siapapun membuat kita ragu atas pilihan tersebut, apalagi di saat injury time, ketika kita tidak memiliki banyak waktu untuk memilih.
Ternyata aku tidak salah. Setelah keluar kereta, naik kemudian belok dikit aku melihat dari kejauhan tulisan gate 44 terpampang besar dan terletak di ujung gedung itu. Bergegas aku menuju gate 44 karena waktu boarding sudah lewat. Tapi ketika melewati salah satu ruangan tertutup, aku sempatkan untuk berhenti dan memoto ruangan itu. Ruangan itu begitu menarik bagiku sebab di bandara negara yang mayoritas non-muslim itu ternyata tersedia mushalla untuk muslim. Ma syaa Allah...
Perjalanan dilanjutkan menuju Riyadh...yang ditempuh dengan lama 10 jam lebih. Ma syaa Allah, ini untuk pertama kalinya aku naik pesawat dengan lama segitu... Pegal juga ternyata. Hehe... Di pesawat, aku sempat nonton 2 film untuk mengusir kebosanan. Alhamdulillah disediakan TV (ehh kaya layar sentuh gitu, hehe) untuk masing-masing passenger. Hehe... Selain itu, untuk masing-masing passenger juga tersedia semacam GPS gitu yang memberitahukan keberadaan kita di mana, di negara mana, estimasi waktu menuju destinasi kita, jarak tempuh menuju destinasi, ketinggian pesawat, kecepatan pesawat, wind tail dan informasi lainnya. Jadinya kita jadi tau deeh lagi berada di mana. Yang paling kerreen itu pas melewati Dubai, ma syaa Allah... kotanya gemerlap banget di malam hari. Hehe...
Dan tentu saja hal yang paling utama dari pada itu semua adala bahwa aku sudah tidak sabaran lagi segera berjumpa suami tercinta.... :)
Sesampainya di Riyadh langsung antri di imigrasi Saudi. Alhamdulillaah antrinya tidak begitu panjang dan aku mendapat antrian ke 5. Setelah sidik jari, foto dan cap imigrasi, lalu masuk ke bagian bagasi tapi kemudian dicek lagi oleh salah seorang petugas. Ternyata suamiku sudah menunggu di sana. Setelah selesai cek, aku langsung menjumpai suami tercinta. Huaaa, benar-benar segeraaa... menumpahruahkan rasa kangeeenn.
Finally... RIYADH.... I'M COMING! :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
asiik..ada yang sudah ngumpul sama suami..selamat kakak :)
ReplyDeletesyukran yaa Li :)
ReplyDelete