Meng-autis-kan Diri Sejenak


Hehehe,istilahnya agak rada2 lebay niiihi.
Tapiiii, sejenak, ternyata mengautiskan diri itu cukup untuk mengembalikan separuh energy yang hilang.

Hmm…, kurasa saat ini, lagi ga stabil-stabilnya, baik stamina fisik maupun ruhiyaah. Waaah, berarti berada di lembah grafik sinus dong yaaah? Hmm…, mungkin. Ada banyak hal siiih sebabnya.

Padahal, aku sendiri tidak pada kondisi under pressure yang menyebabkan stress. Aku masi bisa nikmatin pemandangan hijau belakang rumah. Aku masi bisa nikmatin makan malam bareng ayah ibu dan adek2ku, aku masih bisa ketawa-ketiwi, menulis apapun. Masi bisa ngutak-atik bikin desain hanya sekedar menumpahkan sesuatu. PKP RS pun belum dimulai. Skripsi tingga edit2 sikit sebelum dijilid. Dan, kurasa, aku pun tak perlu disibukkan dengan siding pansus kasus century (lho? Ada hubungannya emang?? Hehe). Hmmm…lalu apa?? Semestinya aku bener2 bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan ini yaaah? Tapiiii, entah kenapa, di banyak fase hidupku, aku merasa agak sedikit nelangsa. (apakah benar teori bahwa perempuan itu memiliki fase down dalam hidupnya seperti halnya laki-laki yang memiliki”gua”? aku sepertinya percaya deeeh, soalnya aku rasakan sendiri. Tapiii…, setiap orang adalah unik. Aaah…terserah deeh!)

Untuk itu, aku mencoba meng-autis-kan diri sejenak. Mencoba untuk tidak peduli (bahkan tidak berkomunikasi) dengan lingkungan. Sejenak saja siiih. Tapiii, hmm…alhamdulillaah, ampuh!

Mengautiskan diri, berarti merenung sejenak. Mengevaluasi. Sebenarnya apa siih? Kenapa sih? Karena apa sih? Buat apa sih?
Mencoba berdialog dengan diri sendiri (dengan diam2 tentunya. Kalo di lafadz kan, bisa-bisa ntar disangkain pasien RSJ yang baru kabur lagi! Na’udzubillaah. Sungguh, nikmat berakal itu adalah salah satu dari sekian banyak nikmat yang sungguh amat sangat besar yang Allah anugrahkan kepada kita, hamba-Nya).

Dan, biasanya dengan mengautiskan diri (baca : merenung), insya Allah akan mengaktivasi kembali semangat kita yang mungkin awalnya dalam kondisi dorman. Bisa juga, dengan mengautiskan diri sejenak, kita bisa melakukan muhasabah atas segala apapun yang kita lakukan.

Aaahhh…ternyata benar. Sungguh, energy yang paling besar itu adalah ketika hati kita bersama-Nya. Ketika hanya Dia yang mengisi folder2 di hati kita. Tidak dia, dia…ataupun dia. Hanya Dia saja. Adakah kekuatan dan energy yang lebih besar dari energy-Nya? Tak! Tak ada! Namuun, sering kali diri ini lalai. Sering kali diri ini lengah.

Ampunkan hamba-Mu ini ya Rabb…

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked