Transformasi Energi


Hmmm…, aku teringat pada hukum kekelan energy. Hayyooo, bunyinya apaaa? Seingatku, bunyinya adalah…. energy tak dapat diciptakan, dan tak dapat pula dimusnahkan. Tetapi energy dapat dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
(Jika salah, sok atuh, diingatkan sahhaajaaa)

Nah…nah…,
Dalam hidup sering kali kita merasakan keterpurukan kan yah? (atau aku saja yah? Hihi). Ada beberapa fase dalam hidup yang membuat kita tiba-tiba merasa down. Mungkin memang ada sebabnya. Barangkali influence dari lingkungan kita. Pengaruh pandangan negative. Hmmm…, pengaruh yang menarik kita kepada polar minus. Seperti cluster-cluster atom pada H2O yang saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Iya tho?

Tapi, jika kita percaya pada hukum kekekelan energy, maka, insya Allah, kitapun dapat merubah energy itu. Energy tak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Tapi, dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain. Nah, bukan tidak mungkin kan yah, jika kita merubah energy itu dari NEGATIF menjadi POSITIF. Ketika energy negative itu berhasil kita ubah menjadi energy postif, justru, ia akan menjadi potensi besar bagi diri kita, insya Allah.

Aku sangat merasakannya, ketika aku berada pada titik kulminatif, pada titik saturasi yang membawaku pada kejenuhan. Pada kondisi “kusut masai” yang sangat tak menyenangkan. Jika “dipaturuik an”, maka sering kali aku berada pada lembah grafik kosinus. Tapi sebaliknya, ketika energy negative itu diubah menjadi positif, justru aku merasa lebih terlecut.

Contoh paling kentara adalah perasaan cemburu. Cemburu ketika melihat seseorang yang subhanallaah, luar biasa. Sering terselip rasa “iri” dan cemburu di hati, “waaaah, itu dia, subhanallaah, pemahamannya bagus banget. ilmu diinnnya kereeen. Waaah…, aku bisa gak yaah seperti itu?”. Kalo lagi down nya biyasanya follow up nya adalah kalimat, “aaaah.., dia siih memang dasarnya hebat begitu. Akuu, aaah….kayaknya gak bisa deeh. Aku kan hanya begini…begini…dan beginii… Sepertinya aku tak bisa punya kemampuan yang sama sepertinya.” Tapi, coba kalo kecendrungan polar negative itu dirubah seperti ini,” Waah, subhanallaah, hebat sekali dia! Hmmm…, aku insya Allah jugah bisa menyamainya! Okeh..okeh…., qta fastabiqul khairat!” Nah loh? Betul kaaan?? Energy positif justru akan memicu semangat kita!!

Sama seperyi posisi khouf dan roja’ dalam beramal. Khouf dan roja’ yang mesti balance itu. Khouf yang bukan menjadikan qta pasrah tak bermakna dengan dalih, “aaah…, aku takut Allah tak menerima amalanku. Ng…, dari pada cape’-cape’ beramal dan tetep ga diterima, mending ga usah!”. Bukan ini! tapi khouf yang membuat qta ngerasa takut bahwa amalan itu belum mencapai spesifikasi dan qualifikasi yang ditentukan-Nya(heeee, ini kebawa2 validasi nya Quality assurance niih. hihi), yang membuat qta seemakin hari semakin ingin lebih baik! (ini terutama untuk DIRIKUUUUU iniiii!)

2 comments:

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked