Menggilaaaa....(hehehe)


Heheheh…
Huwaaaa, kyaaaa…. Pagi-pagi, mengirup nafas Bandung yang dingin. Menggilaa. Hihih. Hummm, terkadang…, kita butuh sesuatu yang berbeda. Perbedaan yang menimbulkan sensasi luar biasa. Yang mungkin orang lain tak pikirkan. Karena, bagiku, setiap diri adalah unik.

Seperti pagi inii.
Mentari baru saja mengintip malu-malu. Agaknya ia belum berani memperlihatkan wajahnya kepada dunia. Dan, di sanalah kuberdiri. Di atas genteng. Huwaaaa? Genteng????
Hehehe… iya, genteng.

Ngapain?
Hahaha, melakukan apa yang orang lain tak lakukan. Duduk sendiri di atas genteng, membawa mushaf kecilku dan buku GMP (makluum, besok mau “kompre” industry niiih). Di seberang sana, terlihat seorang bapak-bapak yang jugah tengah menaiki genteng. Tapi, bukan untuk membaca melainkan memperbaiki genteng tetangga yang sudah rusak. Hehe.

Trus…trus…, sebenarnya aku mau cerita apaan siiiih?
Hihih…

Sebenarnya ginii,
Aku hanya sedikit tertarik membahas masalah “sudut pandang”. Seperti halnya duduk di genteng. Bagi sebagian orang, memang aneh. Tapii, bagi sebagaian lain, justru itu hal yang menyenangkan. (lho…lho…?? Koq bahas masalah genteng lagiiiih?? Huhuhu)

Bukan…bukan gentengnya, tapiii, sudut pandangnya. Beberapa waktu lalu, aku berdikusi mengenai beberapa hal, baik itu secara maya maupun diskusi langsung. Dari diskusi2 yang panjang itu, banyak kesimpulan yang bisa kuambil.



Yaaah, ini menyoal sudut pandang. Kadang, kita sering ngotot mengatakan, “heh, gini niiih yang benernyaa!”
“Aaah, seperti itu kan salaah!”
Mungkin, kita perlu belajar lagi untuk menghargai cara pandang dan cara berpikir orang lain tanpa harus mengabaikan diri kita dan pendirian kita. Belajar untuk mengontrol emosi diri kita ketika orang lain menyalahkan persepsi kita. Dalam hal-hal yang sifatnya fleksibel, bukan yang dihukumi “Ya atau tidak”, maka mungkin kita bisa menekankan pada diri kita seperti ini : “kita boleh saja merasa benar, tapi, orang lain belum tentu salah.”

Agar kita tidak berpikir sempit. Agar kita tak hanya berpikir hanya dari satu sudut pandang kecil. Agar kita tak terjebak pada satu kotak pola pikir saja, sementara ada banyak kotak-kotak yang lain.

Hehehe…, sebenernya ini untuk mengingatkan diriku saja, karena sering kali diriku berpikiran sempit seperti ini. Apalagi jika sudah diskusi (a.k.a mendekati debat). Dahulu, aku lumayan demen “debat” dan tak mudah menerima pendapat orang lain begitu saja. Barang kali, aku termasuk orang yang berpikir dari satu sudut kecil saja. Dan aku biasanya keukeuh dengan pendapatku.Hehe, sekarang…, sedang belajar untuk tidak menanggapi orang lain yang berbeda pendapat dengan kita dengan tanggapan yang mengandung muatan emote, muatan ego atau apapun itu. Sedang belajar untuk mengkaji dulu, seperti apakah maksudnya, baru kemudian jika benar, diakui dan jika tak sesuai dikomunikasikan dengan kepala dingin. “Hati boleh panas, tapi kepala tetap dingin”
(hahaha, ini kan semboyan angkatan 2005 FMIPA Unand waktu Ospek. Hihihi….)

2 comments:

  1. iih.. kakak kok ngga ngajak2 manjat ke atas genteng...
    kan kita bisa maen congklak di sana, hehehe

    ReplyDelete
  2. @Ice : hehehehehe..

    aahh..bener ce..
    lupa kk ngjak ice..



    *haduuuh,,,,belom kelar2 jgah tulisan satu niiiih...
    huwaaaaaaaaaa

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked