Mungkin Ini Hikmahnya...


Hmmm….,
Kadang, kita mengetahui rahasia terbaik dari scenario-Nya itu jauh ketika kita meninggalkan masa itu. Sering kali, permohonan kita pada sang Rabb, ketika kita menginginkan sesuatu, dan Allah memberikan bukan sesuai dengan rencana kita, maka PASTI ada hikmah yang tersembunyi di balik semua itu. PASTI! Meski, ngomongnya gampaang, tapi pelaksanaannya susyeeeeee minta ampyuun yaaah!

Mungkin begitulah kisahku. (hehehe, koq lebay banget siih!). Stiap orang punya kisah kaleeeee!

Menghirup udara Bandung memang terkadang menyenangkan. Hmm…, udaranya sama dengan Padang panjang. Segerrr.Meski sempat syok jugah waktu ngeliyat betapa berbezza nya di sini dengan Padang soal interaksi. Kuaaggeeet aku, mak! Seriusss! Dulunya, taon lalu, aku tak terlalu memperhatikan hal ini kaleee. Makanya baru keliyat sekarang. Ditambah lagi, aku cerita2 langsung dari akhwat sini yang udah “berkecimpung” di dalamnya.

Sejujurnya, banyak siih yang aku suka dari kota ini. Jadi ingat, empat setengah taon lalu, betapa sangat ingin kuisikan pilihan di Arsitektur kampus ganesha ini. Sebab, aku bener2 sukaaaa dengan layout, desain, rancangan bangunan dan dimensi tiga. Tapiii, kemudian, ayah ibu merasa berat melepasku untuk memilih di luar Padang. Hmm…, aku…siih..agak down awalnya. Bahkan, pilihan di farmasi sendiri adalah pilihan yang kuisikan di kampus FK Unand (tempat mengembalikan formulir PL-Unand waktu ituu), hanya beberapa saat sebelum hendak mengembalikan formulir SPMB saja. Tapii, qadarullaah. Inilah yang terbaik dari Allah. Allah tempatkan aku di farmasi. (meski, sampai sekarang masih ada jugah temen2 yang bilang aku salah masuk jurusan. Katanya, mestinya aku masuk desain grafis atau psikologi sajaa. Hahahay)

Empat tahun kujalani kehidupan di dunia farmasi yang hmm…bisa dibilang butuh energy beberapa kali lipat lebih besar! Yaaah, hasilnya pun pas-pasan laah. Untuak lapeh makaan! (sekarang mah, memang harus dihadapi yaaah. Aku sudah tjinta koq sama pharmacy. Lupph pharmacy pull. Hihi. Betul jugah, tjinta itu hadir karena kedeketan fisik dan panjangnya interaksi. Dan interaksi inilah yang kemudian membuat aku tjinta. Hehehe. Eeeh, nyambung gak yaaah?)

Tapiii, aku baru menyadari kemudian, hikmah apa yang ada di balik smua kehendak-Nya itu. Bener jugah kata uni-uni itu, kalo dah di “luar”, maka suliiiiit balik ke kampuang lagi. Temen2 SMA-ku jugah, hampir semua temen2 yang kuliyah di luar Sumbar (di pulau seberang) tak ada yang balik ke kampuang lagi. Pada nyari kerja di daerah tempat mereka kuliyah semua…. Sebegitu menarikkah negeri rantau? Mungkin memang menarik yaaah? Aku sajaa, yang baru beberapa hari, udah kesengsem sama ini kota. Hehe.

Kalau boleh sedikit membahasakan, perburuan ilmu di sini ntu sangat menggiurkan. Sangat banyak wasilah2nya. Banyak sekali agenda2nya yang..hmm…menggiurkan banget! waaah, jadi pengin ikut semuanya! Tinggal pilih saja. Bukan berarti di Padang tak ada, hanya saja di sini lebih banyak dan terbuka luass. Setidaknya membuka wacanaku laaah. Biar tak macam koncat dalam tempuruang. Heeee…
Di sini ntu jugah deket sama “sumber2” yang spektakuler. Waaaahhh… (aihh, di Padang jugah kooq!)

Tapiiii, kemudian aku mulai memahami konsep “keutuhan keluarga” seperti yang ayahku wacanakan. Kata ayah waktu itu, “kalau lah di negeri rantau, kemungkinan untuk pulang itu sangat kecil. Satu hal yang kita inginkan sebenarnya, keutuhan keluarga! Apalah artinya uang jika keutuhan keluarga itu tak ada.”
Hmm....
Aku bukan “saklek” yaaah, apalagi membatasi diri untuk mencari ilmu sejauh mungkin, tapii, di sisi lain aku membenarkan apa yang ayah katakan. Sekali lagi, pada sisi keutuhan keluarga!

Simaklah sebuah cerita ini. Kala itu, aku masih harus bolak-balik ke rumah sakit. Cek up per 21 hari. Aku blajar banyak dari sana. Salah satunya dari seorang nenek. Berumur 70-an lah. Dari pada bengong sendiri, (dan membaca pun kurang mood kala itu), kusapa sang nenek. Si nenek menyambut gembira, lalu mengalirlah cerita di bibir beliau bahwa semua anaknya sukses! Bayangkanlah wajah seorang nenek yang berbinar-binar bahagia! Sebab, Anaknya telah “jadi orang” (heeee, emangnya sebelumnya apaa, gituuuh? Bukan orang, apa? hehe). Pokoknya anak-anaknya pada sukses laaah! Lalu, melihat si nenek yang sebelumnya terseok-seok, dibentak2 petugas medis (kadang2 nurani manusia perlu dipertanyakan yaah??), aku tanyakan, “anak2 nenek pada kemana, nek? Ga ada yang bisa ngantar yaah?”. Ditanya begitu, Air muka sang nenek langsung berubah,
“Mereka pada jauh, Nak. Gak ada yang di sini.”

Ohh…, sedihnya. Anak-anak yang dibesarkan dengan susah payah, ternyata semua pergi ke negeri orang.

Belajar dari nenek inii, dari teman2 yang pada kerja di negeri orang, dari crita2 uni-uni tersebut, aku semakin memahami maksud ayah mengenai konsep “keutuhan keluarga”, begitu bahasa ayahku.

Makanya, walau bagaimanapun, setelah semua jenjang pendidikanku selesai, aku memang sangat ingin segera pulang kampung, dan membangun kampungku. Setidaknyaaa, dalam targetan hidupku, yaah seperti itu laah. Allahu’alam. Entahlah, kitapun kan ga tau kehidupan kita nanti akan seperti apa. Apakah aku Allah tetapkan untuk di kampung atau malah ke perantauan. Bisa jadi jugah aku malah hidup di perantauan kan yaah? Apakah rencanaku itu bersesuaian dengan rencana Allah? Allahu’alam. Setidaknya, aku boleh kaaan berencana??

Ketika sharing dengan temen2 SMA yang di sini, aku baru menyadari bahwa cita-citaku mungkin “rendah” di banding temen2. Luar biasa temen2 SMA-ku itu. Mereka mantab banget! perencanaan2 mereka. Target2 mereka. Nggak tanggung2. Mainnya luar negeri, bo! Subhanallaah. “teruskanlah kawaan!”. Cita-citaku, sederhana saja. Ingin jadi PNS di kampungku, di rumah sakit tepatnya (soalnya, aku memang ingin applicable di bidang pharmaceutical carenya). Jika memungkinkan, aku siih pengen jadi dosen/guru. Tapiii, kalau di kampungku ga ada skolah farmasi. Mungkin semacam akper bisa kali yaaah? Jika tidak, yaaah, seengga2nya buka bisnis kecil2an lah, mau apotek kek, mau kafee muslimah special ikan tabek >>tabekku sumber inspirasiku<<, studio foto, atau EO?? Kalo EO mah udah mulai rintisannya dari sekarang siih. Tapi, masih rintisan. Belum mulai. Hooo, memulai ntu memang susah2 gampang yah?. Heeee, koq buka-bukaan banget yaaah? Hihi. Berharap ada yang bersedia mendo’akan. Tapiiii, cita-cita utamaku bukan ini siiy sbenarnya. Ada cita-cita utama lainnya! (teu usahlah kufloorkan pulak di sini. Aku jadi ingat diskusi soal “ekstrovert dan introvert serta dampaknya” bersama beberapa akhwat beberapa waktu lalu. Sing penting, bercita-citalaaah!

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked