Berterima Kasih pada Kegetiran

Ini dalam rangka menyemangati diri...^o^
Hmm…meloncati pagar setinggi dua meter?! Sungguh, hampir saja ia adalah sesuatu yang begitu aburb! Begitu mustahil. Tapi, jikalah kita dalam posisi terjepit, begitu tertekan—semisal dalam kondisi di kejar anjing—maka dua meter bukan sesuatu yang sulit. Bahkan kita bisa meloncati yang jauh lebih tinggi dari itu.

Pelajaran berharganya adalah, sungguh begitu banyak orang-orang yang mencapai puncaknya, menjadi orang-orang ekstraordinary justru karena dibesarkan dengan kegetiran hidup. Ya, mereka adalah orang-orang yang memilih untuk menantang badai itu. Pilihan mereka hanyalah dua. Membiarkan diri ikut terhempas bersama penderitaan,kesulitan,kejatuhan dan keterpurukkan atau berbalik bangkit dan menantang badai besar itu! Sungguh, kemudian menjadi pilihan terhormat bagi mereka untuk menantang garangnya kegetiran. Dan apa? Mereka berhasil!

Soichiro HONDA, yang ikut terkena PHK oleh pihak TOYOTA, justru melahirkan adikarya yang besar. Ia bangkit melawan kegetiran itu. Tak jauh-jauh…, Rasulullaah…pun melewati kegetiran yang amat sangat. Penderitaan yang jua tiada tara. Bahkan kita belumlah apa-apanya jika harus disandingkan dengan penderitaan beliau. Tapi pada akhirnya? Sungguh, kejayaan Islam berkibar di mana-mana. SEMUANYA lahir dari penderitaan, kesulitan, keterpurukkan dan juga kesedihan.

Hidup yang begitu mulus jalannya,hampir semua keinginan terpenuhi, memang terdengar sangat menyenangkan. Tapi apa? Hidup seperti ini hampir menjadi biasa-biasa saja. Tak memiliki sesuatu yang istimewa. Sebab ia berjalan sangat apa adanya saja. Bahkan, lebih sering potensi yang dipunya ikut tergerus dengan segala sesuatu yang telah serba tersedia. Ia yang selalu berada di zona nyaman itu.

Seharusnya…berbahagialah, jika Allah mempercayakan kita untuk menghadapi gelombang besar kehidupan ini. Sebab, kita sangguplah. Sungguh, sebab kita sanggup! Yang Pasti, DIA senantiasa menyertakan hikmah yang luar biasa! Dengannya, barangkali potensi kita yang dorman, yang lelap dan tersembunyi bersama kenyamanan, tiba-tiba (harus) bangkit! Bahkan mungkin kita tak pernah tahu, bahwa ternyata kita sanggup meloncatinya!

Bertahanlah dengan hempasan badai!Sebab, suatu saat, mungkin kita perlu berterima kasih pada badai, pada kesukaran, pada kegetiran, pada kesedihan, pada keterpurukkan yang telah menjadi titik loncatan dan momentum ledakkan bagi diri kita menuju puncak-puncak kemenangan itu!

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked