Street Diary [Part 2]

Diari perjalanan lain, dan lagi-lagi menyoal perjalanan. Ini termasuk perjalananku yang cukup ‘buruk’. Perjalanan yang mengalami ‘perencanaan gagal’, dengan total jarak tempuh 200 km lebih. Pertama, angkutan yang penuh (over load) yang membuatku hampir saja harus bergelantungan di pintu bus untuk 40 km perjalanan. Untung saja, ada penumpang baik hati yang bersedia membagi separuh tempat duduknya untukku. Alhamdulillaah... semoga Allah balasi kebaikan beliau.

Lalu, time prediction yang meleset. Aku memprediksikan perjalanan itu akan sampai di suatu tempat di sudut jembatan Ombilin, untuk menunggu ayahku yang datang dari arah Payakumbuh. Ternyata prediksi itu meleset lagi. Dan parahnya, ponsel yang lowbatt membuatku tak bisa memberi tahu di mana posisiku kepada ayah. Tempat spesifiknya tidak bisa diberitahu. Alhamdulillaah...., ada pak polisi baik hati yang kemudian bersedia meminjamkan ponselnya plus memberikan pulsanya untuk melepon ayah. Alhamdulillaah... Smoga Allah balasi kebaikan pak polisi itu. Selama ini image-ku terhadap polisi memang agak buruk. Sebab, aku sering kenak tilang! Hihi.... (ini sentimen pribadi kali yah?!).

Selanjutnya, alhamdulillaah...bersama ayah. Namun, masya Allah, rupanya aku ketinggalan dokumen-dokumen penting dalam sbuah map di bus yang tadinya aku tumpangi! Ada akta notaris, skck asli, kartu pencaker asli, legalisir-an ijazah dan transkrip, kartu keluarga asli. Ngurusnya itu loooh, susahnyaaa luar biasaaa. Howalaaah.... masya Allah. Kali ini aku memang didera kepanikkan yang laur biasa. Sudah 20 menit bus itu lewat. Rasa-rasanya tidak mungkin dikejar. Apalagi bus itu larinya superr kencang. Alhamdulillaah, aku sempat berbincang-bincang dengan seorang nenek tua yang selalu menumpangi bus itu. Beliau bercerita, “nanti bus di anto juga datang”. Dari sana aku tahu nama supirnya adalah Anto. Akhirnya, aku dan ayah putuskan untuk menuju terminal bus itu. Sepanjang jalan, kami mengawasi bus-bus yang lewat, berharap bus itu lewat lagi menuju ke arah kami. Rupa-rupanya tak ada. Sungguh, ini kondisi stress yang menyiksa.

Di sebuah persimpangan, akhirnya kami bagi dua. Ayah ke terminal dan aku menunggu di jalan dan berharap bus itu lewat. Sepanjang perjalanan, si bus itu tak lewat-lewat. Haduuhh....bagemana iniii?! Alhamdulillaah...ayah menemukan supirnya, dan dokumenku ditemukan lengkap!

Pelajaran yang benar-benar full pressure ini kemudian memberikan pelajaran berharga bagiku. Pelajaran paling nyata adalah, agar senantiasa berhati-hati, apalagi dengn dokumen penting!

Plajaran berharga lainnya adalah menyoal tentang kehidupan kita. Tentang pereencanaan. Bahwa, kita memang disuruh untuk menciptakan sebanyak mungkin mimpi lalu, perencanaan untuk mewujudkannya. Tapiii, sering kali perjalanan hidup kemudian tak seindah perencanaan. Segalanya yang terjadi, ternyata di luar prediksi kita. Mungkin kerap begitu. Tapi, begitulah keniscayaan hidup. Bahwa, kita mesti siap juga dengan segala kondisi di luar apa yang kita rencanakan. Bahwa kemudian, selalu saja ada hikmah di balik segala yang terjadi. Ketika kehidupan kita sering menuntut banyak sejuta hal untuk menginginkan sesuatu, tapiii satu hal yang juga mesti kita pahami, bahwa Allah maha mengetahui tentang apa yang kita BUTUHKAN. Bahkan lebih dari sekedar keinginan saja. Maka, dengan segala kondisi, semestinya hanya ada dua penyikapan saja. Syukurrr dan sabarrr! Berat memang...tapii bisa!


Plajaran kedua, sesulit apapun kondisi kita, PASTI selalu ada kemudahan! Banyak kemudahan! Mungkin kita sering menyebut, “untungnya....begini...., untung saja begitu...”. Ini lebih dari sekedar kebetulan belaka. Ia adalah kemudahan-kemudahan yang Allah siapkan! Jadiii, memang hanya bergantung pada-Nya sajalah. Cukup Dia saja. Dan, yakinkan diri, bahwa setiap kesulitan PASTI selalu ada kemudahan.


Plajaran ketiga, penting sekali membangun link dan menjalin silaturrahim... Dalam kisah perjalanan di atas, jika aku tidak mengobrol dengan si nenek itu, barang kali aku takkan bisa menemukan bus itu lagi. Jika kenal namanya, lebih mudah untuk mencarinya. Masya Allah, luar biasanya membangun silaturrahim. Dengan siapapun itu. Sebab, dengannya, banyak sekaliiii kemudahan-kemudahan, dan banyak sekali rizki yang Allah limpahkan. Masya Allah...


Plajaran keempat. Bahwa rizki kita, yang telah Allah gariskan, tetap akan menjadi milik kita, tak akan diambil oleh siapapun, seberliku apapun jalannya. Jadi, kita tak perlu khawatir dengan rizki kita. Iya tho?! Pada mulanya, aku merasa tak begitu yakin, dokumen itu akan ditemukan lagi. Perjalanannya sudah begitu berliku. Menemukan bus di malam hari, dengan ponsel yang mati, bukan perkara mudah. Tapii, karena Allah telah catatkan bahwa dokumen itu masih rizkiku, maka, alhamdulillaah masih membersamaiku kemudiannya. Jadi, seberliku apapun, bahkan mungkin jalan rizkinya tak terpikirkan oleh diri kita, jika memang pada akhirnya adalah untuk kita, maka...kita akan mendapatkannya. Jadiii, tidak perlu khawatir tho?! Takaran Allah sudah begitu pas untuk diri kita!

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked