Did I Marry the Right Person??!

suami bunuh isterii??? hehe
Cerita di bawah ini sangat bagus, bagi yang masih single maupun yang sudah menikah. Bagi mereka yang masih single bisa mengambil pelajaran dari cerita ini, dan bagi yang sudah menikah cerita ini bisa jadi guideline untuk meningkatkan ikatan pernikahan yang udah dijalani.

"Apakah saya menikah dengan orang yang tepat?"

Dalam sebuah seminar rumah tangga, seseorang audience tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang sangat lumrah, "Bagaimana saya tahu kalo saya menikah dengan orang yang tepat?" Saya melihat ada seorang lelaki bertubuh besar duduk di sebelahnya jadi saya menjawab "Ya.. tergantung. Apakah pria disebelah anda itu suami anda?"

Dengan sangat serius dia balik bertanya "Bagaimana anda tahu?!"

"Biarkan saya jawab pertanyaan yang sangat membebani ini."

Inilah jawabannya…

Setiap ikatan memiliki siklus. Pada saat-saat awal sebuah hubungan, anda merasakan jatuh cinta dengan pasangan anda. Telpon darinya selalu ditunggu-tunggu, begitu merindukan belaian sayangnya, dan begitu menyukai perubahan sikap-sikapnya yang bersemangat begitu menyenangkan.

Jatuh cinta kepada pasangan bukanlah hal yang sulit. Jatuh cinta merupakan hal yang sangat alami dan pengalaman yang begitu spontan. Nggak perlu berbuat apapun. Makanya dikatakan "jatuh" cinta…

Orang yang sedang kasmaran kadang mengatakan "aku mabuk cinta". Bayangkan ekspresi tersebut! Seakan-akan anda sedang berdiri tanpa melakukan apapun lalu tiba-tiba sesuatu datang dan terjadi begitu saja pada anda. Jatuh cinta itu mudah. Sesuatu yang pasif dan spontan. Tapi…setelah beberapa tahun perkawinan, gempita cinta itu pun akan pudar. Perubahan ini merupakan siklus alamiah dan terjadi pada SEMUA ikatan. Perlahan tapi pasti.. telpon darinya menjadi hal yang merepotkan, belaiannya nggak selalu diharapkan dan sikap-sikapnya yang besemangat bukannya jadi hal yang manis tapi malah nambahin penat yang ada..

Gejala-gejala pada tahapan ini bervariasi pada masing-masing individu. Namun bila anda memikirkan tentang rumah tangga anda, anda akan mendapati perbedaaan yang dramatis antara tahap awal ikatan, pada saat anda jatuh cinta, dengan kepenatan-kepenatan bahkan kemarahan pada tahapan-tahapan selanjutnya.

Dan pada situasi inilah pertanyaan "Did I marry the right person?" mulai muncul, baik dari anda atau dari pasangan anda, atau dari keduanya.. Nah Lho!

Dan ketika anda maupun pasangan anda mencoba merefleksikan eforia cinta yang pernah terjadi, anda mungkin mulai berhasrat menyelami eforia-eforia cinta itu dengan orang lain. Dan ketika pernikahan itu akhirnya kandas, masing-masing sibuk menyalahkan pasangannya atas ketidakbahagiaan itu dan mencari pelampiasan di luar. Berbagai macam cara, bentuk dan ukuran untuk pelampiasan ini, menginkari kesetiaan merupakan hal yang paling jelas. Sebagian orang memilih untuk menyibukan diri dengan pekerjaannya, hobinya, pertemanannya, nonton TV hingga merasa bosan, ataupun hal-hal yang menyolok lainnya.

Tapi tahu tidak?! Bahwa jawaban atas dilema ini tidak ada di luar, justru jawaban ini hanya ada di dalam pernikahan itu sendiri. Selingkuh?? Ya mungkin itu jawabannya. Bisa saja anda selingkuh dan pada saat itu anda akan merasa lebih baik. Tapi itu bersifat temporer, karena setelah beberapa tahun anda akan mengalami kondisi yang sama (seperti sebelumnya pada perkawinan anda)..

Karena (pahamilah dengan seksama hal ini)

KUNCI SUKSES PERNIKAHAN BUKANLAH MENEMUKAN ORANG YANG TEPAT, NAMUN KUNCINYA ADALAH BAGAIMANA BELAJAR MENCINTAI ORANG YANG ANDA TEMUKAN, DAN TERUS MENERUS..!

Cinta bukanlah hal yang PASIF ataupun pengalaman yang spontan. Cinta TIDAK AKAN PERNAH begitu saja terjadi. Kita tidak akan bisa MENEMUKAN cinta yang selamanya, tapi kita harus MENGUSAHAKANNYA dari hari ke hari.

Benar juga ungkapan "diperbudak cinta" Karena cinta itu BUTUH waktu, usaha, dan energi. Dan yang paling penting, cinta itu butuh sikap BIJAK.. Kita harus tahu benar APA YANG HARUS DILAKUKAN agar rumah tangga berjalan dengan baik. Jangan membuat kesalahan untuk hal yang satu ini. Cinta bukanlah MISTERI.

Ada beberapa hal spesifik yang bisa dilakukan (dengan ataupun tanpa pasangan anda) agar rumah tangga berjalan lancar. Sama halnya dengan hukum alam pada ilmu fĂ­sika (seperti gaya Gravitasi), dalam suatu ikatan rumah tangga juga ada hukumnya. Sama halnya dengan diet yang tepat dan olahraga yang benar dapat membuat tubuh kita lebih kuat. Beberapa kebiasaan dalam hubungan rumah tangga juga DAPAT membuat rumah tangga itu lebih kuat. Ini merupakan reaksi sebab akibat.. Jika kita tahu dan mau menerapkan hukum-hukum tersebut, tentulah kita bisa "MEMBUAT" cinta bukan "JATUH". Karena cinta dalam pernikahan sesungguhnya merupakan sebuah DECISION, dan bukan cuma PERASAAN..!

"Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna ".

======================================

Hehe…itu adalah artikel kiriman seorang teman yang kurasa bagus juga untuk mengawali ceritaku kali ini. Hihi. Mohon maaf buat author nya yang (lagi-lagi) bagiku berstatus unknown. Maaf telah me-republish artikelnya. Hmm…an inspirative article.

Cerita ini kuawali dengan kisah yang masih saja sama. Ini tentang tangisan wanita-wanita yang datang curhat ke rumah, selagi ‘pakarnya’ tak di rumah. Walhasil (kembali) aku jadi pakar dadakan. Hmm…ya, sekedar mendengar saja. Baiklah, aku bersedia menjadi muara dari gundah beliau-beliau semua. Sekedar muara saja, dan biarkanlah aku mengambil pelajaran dari setiap kisah itu.

Ini bukan kali pertama aku berhadapan dengan wanita-wanita yang ditelantarkan suaminya. Dahulu, aku juga pernah membahas ini di blogku ini. Dahuluuuuu, sekali. Sampai-sampai, aku sempat mempertanyakan, “bagaimana sih warna kesetiaan bagi seorang laki-laki?” hoho. Padahal, tak semua laki-laki itu sama kan yah? Heuuu… Banyak juga yang setia koq. Banyak banget malah yang setia itu. ‘Setiap tikungan ada’ maksudnya. Wkwkwkwk.

Ah iyaaa, walaupun bukan pakarnya, bukan ahlinya, dan bukan pula praktisi (heuu…bukan praktisi yang menjalankannya, berani pulak ngomong2…hehe). Yaaah, anggap saja lah ini komentator dari penonton. Ya, biasalah ya, penonton selalu terlihat serba hebat. Pas giliran terjun ke lapangan ajah, jadi keki sendiri.. hehe.

Aahh…apapun itu lah! Nyang jelas, saye nak cakap-cakap pasal nii lah. Meskipun belum tentu benar, tapii..insya Alloh juga tak sepenuhnya salah! Hehe.

Hmm…. Di usia pernikahan yang terbilang cukup lama, banyak yaah, cinta yang semakin memudar. Apakah cinta itu yang terlalu monoton, atau sudah begitu jengah dengan romantisme? Entahlah. Berhubung diriku bukan pelaku sejarah, jadi…pertanyaan itu tak berhak kuanalisa. Tapi, yang ada pada realita yang kulihat, bahwa di usia-usia pernikahan belasan hingga ke 20 atau lebih, pola seperti ini cukup banyak dijumpai. Suami yang tiba-tiba meninggalkan istrinya tanpa alasan yang jelas, lalu memilih wanita lain yang kadang juga adalah istri orang. Ckckckck… Na’udzubillaah… Hmm…aku bukan semata membela genderku loh yah. Tapii, hampir tiga perempat dari case yang ada itu, laki-laki yang meninggalkan perempuan. Perempuan yang meninggalkan laki-laki juga ada tho… (biar yang ngerasa laki-laki kagak protes dan marah sama aye… hihi).

Memisahkan antara suami dan istri itu, sungguh adalah misi syetan la’natullaahi ‘alaih… Cobalah sejenak kita buka lagi Ayat Allah yang berkenaan dengan sihir, bahwasannya…. Mereka mempelajari sihir yang dengannya dapat memisahkan seorang suami dan istrinya. Na’udzubillaah… berselindung kita pada Alloh. Sungguh, jika bukan dengan ijin-Nya, maka mudharat itu takkan terjadi…

Seperti permisalan yang begitu lazim, bahwa keluarga itu umpama mengarungi bahtera di lautan. Tak selalu indah, tak selalu tenang. Juga ada amukan badainya. Jika tak kuat-kuat bertahan, maka, bisa kandas. Dan bukan tak sedikit yang tak kandas…

Nah, dari banyak kisah yang kudengarkan, yang beliau-beliau itu (beliau is refers to ‘wanita-wanita yang ditinggalkan suaminya’) yang memuarakan gundahnya pada pakar odong-odong macam aku, akhirnya banyaaaak sekali pelajaran yang bisa aku petik. Yaah, meski aku takkan bisa memberikan solusi pada si ibu-ibu itu, setidaknya, aku memperoleh pelajaran berharga dari sini. Dan inilah yang ingin kubagi padamu semua (jika ada yang sempat membaca tulisan ini).

Pelajaran pertamanya adalah, bahwa benar sekali tentang arti pentingnya untuk terus meng-update, meng up-grade dan meng-tune up cinta itu. Nah…nah..,artikel di atas sudah cukup mewakilkan, mengenai bagaimana memperbarui dan terus me-refresh cinta kan yah. Sehingga…mencintai sebagai sebuah proses itu akan terus ada. Proses mencintai dan terus mencintai. Eh, ngomong2, ada yang diriku kurang sepakat nih. Bagiku, kuncinya tetap saja harus menemukan yang TEPAT beserta proses yang terus menerus. Yang TEPAT itu harus, sebab, begitulah hakikatnya sebuah pasangan. Jika pasaangan sayapnya tak tepat, macam mana pulak nak terbang, tho? Yang tidak boleh itu adalah, mencari yang IDEAL! Sebab, ini barang langka. Ketemu pun yang ideal, belom tentu dianya mau tho? Hihihi…..

Pelajaran kedua, tentang konflik. Hmm…konflik? Menurutku sih itu niscaya lah yah! Hanya saja, perlu adanya penyamaan definisi terhadap konflik terlebih dahulu. Ya, menyamakan definisi konflik! Sebab, ketidaksamaan definisi tentang konflik ini ternyata sering kali melahirkan banyak konflik! Hehe. Misalkan sang istri, menilai jika perbedaan pendapat dan masing-masing pihak tetep keukeuh dengan pendapatnya masing-masing, lalu saling berdiam diri, itu sudah dikategorikan konflik. Sementara, mungkin bagi si suami, yang begitu-begitu mah wajar tho!? Wong namanya jugak manusia yang berbeda. Gak mungkinlah disamakan. Jika persepsi dan definisi tentang konflik ini tak sama-sama dirumuskan, mungkin akan memicu konflik baru. Apa misalnya? Si istri yang frustasi karena melulu konflik, sebab yang dipikirannya berbeda pendapat dan berdiam diri itu konflik. Pada akhirnya si istri nuduh suami gak peka, gak berperasaan dan macem2lah. Dituduh begitu, sang suami tentu gak terima, tho!? Apalagi itu melukai harga dirinya si laki-laki.
Akhirnya, berlarut-larut sampai akut. Seperti bom waktu yang sewaktu-waktu meledak sahajaa. Jika pun tak meledak, bisa jadi reaksi subtitusi terjadi. Si istri mencari orang lain yang bisa mengerti dia dan lebih care katanya. Dan si suami mencari orang yang katanya lebih bisa memenuhi satu ruang akan harga dirinya, dan tidak selalu menyalahkannya. Lalu, di sinilah ambisi syetan untuk memisahkan itu semakin menjadi-jadi. Maka, terjadilah kasus yang bermacam-macam. Pada akhirnya bahtera oleng. Lalu karam. Na’udzubillaah…

Yah, berarti, penting sekali yah ternyata, memperbarui terus cinta dan membuat definisi yang jelas tentang konflik. Hehe…ini bisa jadi benar, dan bisa juga salah. Maklumlah, komentar dari komentator. Hihi. Hanya saja, aku berharap, ada pelajaran yang bisa dipetik dari ini semua.

Everythink need knowledge, just not learning by doing….kurasa begini. Jika salah, mohon dibetulkan. Hehe.

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked