Waaah…, akhirnyaaa, (hampir) selesai jugah prosesi skripsiku yang panjaaaaaaaaaaaaaang ituuuh. Belum sepenuhnya selesai siiih. Tapiiii, hampir, insya Allah. Ini demi ijazah yang sampai detik ini belom di tangan niiiih. (Mendapatkan ijazah ternyata ga’ mudah yaaah? Huuufft…).
Eh…eh…, ada pengalaman menarik niiih. Ketika temen2 “mencigap” skripsiku itu, semuanya pada heran. Kata mereka, “tumben Fathel gak lebay!” hehehe. Pada nyangkain aku bakal bikin “special thank’s” sebanyak sepuluh halaman! “Habiiiis, kalo Fathel, pasti panjang ceritanyaaa.” Tapiii, aku malah gak nulis special thank’s untuk siapapun di skripsi. Hehehe. (omong2 dalam rangka proses penghematan niiiih. Kan mahaaal ngopy di kertas wanginya. Hheeee….). Ini sekedar intermezzo doang.
Back to masalah tanda tangan skripsi. Satu saja kesimpulan yang dapat kuperoleh; BETAPA MAHALNYA TANDA TANGAN ITU!
Dibayar dengan waktu, tenaga, pikiran, duit, perasaan. Semua-muanya deeh! Bahkaan, untuk satu tanda tangan sajaaa, butuh mengorbankan satu hari. Dengan satu kata pula; MENUNGGU!
Hmmm…, baiklaaah. Jika gak begini, perjuangan itu gak terasa manis koq. Yakiin ajaah, setiap kesulitan pasti ada kemudahannya. Jadiii, kenapa mesti risau. So, Enjoy it! (suatu saat, insya Allah bakal merindukannya…; tersenyum mode : ON).
Tiba-tiba, aku pun teringat dengan tanda tangan orang-orang penting yang berkedudukan di “puncak menara” sono (heee, emang negeri 5 menara!). Maksudnya, bapak-bapak yang duduk di kursi empuk (baca : panas), yang menentukan kebijakan; hendak dibawa ke manakah negeri ini?
Betapa mahalnya tanda tangan…
Dengan satu tanda tangan saja, seorang pejabat dapat mengalirkan uang Negara ke rekening pribadinya. Dengan satu tanda tangan saja, asset Negara bisa saja dijual ke negera lain. Dengan satu tanda tangan saja! Cukup dengan satu tanda tangan saja.
Betapa mahalnya tanda tangan…
Tapi, sebaliknya, pun dengan satu tanda tangan, seorang pejabat dapat “menjilbabkan” ribuan pelajar muslimah atas kebijakannya. Dengan satu tanda tangan, penghambur-hamburan uang Negara bisa ditekan jgah dengan kebijakkannya. Cukup dengan satu tanda tangan saja…
Sekarang, berpulang kepada pemilik tanda tangannya saja…
Juga kepada kita, rakyat jelata; agar lebih jeli memilih mereka, Pilih yang benar-benar bersih tak mau korupsi (juga peduli dan professional). >> Halaaaah…, tendensien banget! hehehe.
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked