Hmpph…, ini soal segala sesuatu yang cukup miris yang terjadi di lingkungan pelayanan rumah sakit (pemerintah). Kenapa yang ada di image masyarakat itu adalah perawat yang sangaaat jutek dan galak? Hmm…, padahal yang diriku liyat sendiri siih, ga semua perawat itu jutek dan galak. Banyak jugah yang baiiiik. Hanya saja, sepertinya pola pemikiran seperti itu udah tertanam di mata (eihh, koq di mata yah?? Di pikiran maksudnya) masyarakat.
Ini adalah pengalamanku dan jugah pengalaman teman2 lainnya. Bagiku, jika diberikan tanggungjawab untuk menangani obat paisen, maka seyogyanya aku mesti melakukan controlling terhadap penggunaan obatnya itu. Artinya, semacam visite mandiri laah.
Nah, di bangsal anak ini aku diberi tanggungjawab terhadap 3 orang pasien anak dengan penyakit yang berbeda-beda. Pertama, pasien hepatitis. Kedua pasien kejang demam/step namun dipicu oleh infeksi. Dan yang ketiga pasien demam tifus. Kepada ketiganya, biasanya aku bisa ngelakuin kunjungan ampe 4-5 kali. Heee...rajin banget! Terutama sama ibu bapaknya. Dengan agak “nyinyir” menginformasikan penggunaan obatnya, kapan dan bagaimananya. Biasanya siiih berlanjut dengan manghota ria. Hehe.
Banyak hikmah yang kemudian kuambil, soal pelanan medis ini. Inti yang paling utamanya yaitu membangun kedekatan hati. Yaph, membangun kedekatan hati. Aku sering bercerita-cerita dengan keluarga pasien. (kadang2 keder jugah, kalo diajuin pertanyaan yang cukup berat. Hihi. Kaya aku pahaaaam ajah semua bidang kesehatan niiiii. Padahal, ilmuku masih sangat2 sedikit sekali.).
Salah satu ibunya bilang begini, “sabananyo, anak wak ko alah step sajak jam salapan lai mah. Tapi, baru dibawo kasiko jam 12. Wa kecek an se ka perawat tu inyo mulai kajang2 tu jam sabaleh. Takuik wa kanai berang dek perawatnyo.”
Wah…wah…, si ibunya bohong sama perawat dan mengatakan bahwa anakanya kejang satu jam sebelum di bawa ke RS. Padahal, kejangnya sudah 4 jam lamanya! Alsannya apa?? Karena takut sama perawatnya?? Nah looh??? Ini bukan satu-satunya loh. Ibu2 yang lain banyak juga yang bersikap demikian karena ….takut sama perawat! (waaaah…, segitunyaaaah…).
Sebenarnya, apa siiih untungnya bohong sama perawat? Si perawat juga ga dirugikan. Udah dosa boongnya dapet, eeh…si anak juga jadinya ga dapat terapi sebagaimana mestinya lagi kan yaaah?? Tapii, ini kembali kepada membentuk kedekatan hati. Betapa pentingnya membangun kedekatan hati antara perawat dan pasien.
Aku merasakan sangat hal ini! Betapa kalo kedekatan hati itu sudah terbangun, si pasien akan berterus terang tentang penyakitnya. Dan kitapun jadinya enak. Bahkan, si ibu-ibu pun jadi curhat ke kita. Dan ada yang malah sampai minta tolong bilangin ke si bapaknya agar berhenti ngerokok.
Heee… Banyak deeeh, kisah-kisah suka dukanya kalo udah di RS inii.
Yaaah, intinya memang membangun kedekatan hati! Dan, aku jadi mengambil pelajaran jugah, betapa pentingnya membangun kedekatan hati dalam da’wah fardiyah. Kenapa? Karena ketika kedekatan hati itu sudah terbangun, kita akan dengan mudahnya menyampaikan suatu kebenaran yang kita ketahui kepada orang lain. Makaaa, hayyuuuu…kita bangun kedekatan hati.
Okeh?
Okeh??
Heee….,
Special buat adik2 manis yang membuat hari-hariku lebih berwarna di PKP inii. Ada Irvan, Rahim, Melinda, Zakri, Adi, Nanda, Faiq, Kevin dan Viko . Jugah dedek2 Bayi yang tangisannya cukup menjadi simfoni melodi indah yang menjadi kenangan manis PKP-A RS ini, Nezi, Mutia, Jul, dan dedek bayi yang umurnya baru 3 hari iniii. Semoga adik2 semua cepat sembuh yaaaaaah…”_”
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked