Suatu hari, di bulan Ramadhan. Sang ustadz yang berceramah, menyampaikan soal pendidikan anak-anak jaman sekarang. Betapa jaman sekarang ini anak-anak yang telah 'dirasuki' oleh berbagai lingkungan yang tak lagi sehat. Nah, kala itu ada seorang anak yang terbilang cukup nakal. Sekitaran kelas 4 SD. Ketika si ustadz menyampaikannya, salah seorang jama'ah yang ternyata adalah ayah dari anak yang (agak) nakal itu selalu nyeletuk dan menimpali perkataan ustadz dengan suara yang keras.
Ketika si ustadz bilang, "Anak-anak jaman sekarang, memang banyak yang nakal yaah."
Si Bapak bilang, "Haaaa, iyo pak ustadz! Iko anak salah satunyo mah. Inyo yo sabana nakal!"
Trus ustadz melanjutkan, "Banyak yang kerjaannnya di mesjid cuma meribut saja!"
Ditimpali lagi oleh sang ayah, "Iyo, itu bana nyo mah ustadz. Wa'ang yo sarupo jo apo kecek ustadz. Samparono nakalno."
Dan begitulah seterusnya... Heuu, aku tak begitu mengingat seperti apa redaksional persisnya... Lebih kurang intinya begitu...
Menyaksikan 'adegan' seperti itu, aku jadi terpikirkan satu hal. Bukan, bukan mengaminkan apa yang disampaikan si Bapak walaupun kenyataan berkata seperti itu. Tapi, aku ingin menelik dari sudut pandang si anak. Betapa kasihan sekali wajah polos itu. Ia mungkin hari itu ikut tertawa dengan apa yang dilakukan sang Bapak. Tapi, ada satu hal yang kemudian terekam dalam jiwanya, bahwa bapaknya sendiri telah 'mempermalukan' sekaligus menyampaikan dan mencap ia 'label' nakl di hadapan semua orang. Bapak dan semua orang telah menganggapnya begitu. Dan itulah dia yang sesungguhnya. Begitulah jiwa sang anak mengukirnya....
Mungkin dia bisa berubah menjadi lebih baik, tapi bukan dengan mengumumkan 'kenakalan' nya di hadapan publik. Bukankah melakukan hal tersebut sama artinya dengan 'mengesahkan' apa yang menjadi tabi'atnya selama ini? Allahu'alam... Tapi, aku merasa ini akan sangat menyakiti jiwanya....
Ketika kita menghendaki perubahan pada seseorang apalagi anak, tentu tidak bisa dengan cara 'menghakiminya' sedemikian rupa. Di hadapan orang banyak pula. Bukankah pendekatan jiwa adalah lebih baik, sehingga ia memiliki motivasi?
Heuu...entahlah....
Ini hanyalah pendapat pribadi saja.... Seseorang yang tak berilmu....
hehe....
_______________________
*tak pernah saia menulis sekaku ini...heuuffftt...ada apa, wahai diriku? :D
Balada Anak Nakal
Related Posts:
Lepas Teruk ni, Kita Orang Bole Semangat! Tak pahamlah kite orang, macam mana niiiy? Ape nak saye cakap? Kite orang teruk sangat lah. Sediiiih sangat…. Kite orang memaaang pusing sangat la, … Read More
Catatan Hati Seorang Perempuan dua hati... Aku tahu aku tak punya kapasitas untuk membahas ini semua. Sebab aku bukan praktisi. Bukan ahli. Bukan psikolog. Sama sekali bukan apa-… Read More
Kenapa Cinta Tak Terlihat? Bukan Fraktura Hepatica Ini bukan tulisanku. Ini dikutip dari Novel Dr. Ikram Abidi, “Cinta yang Terlambat”. Hehe. Lagi hunting novel fenomenal yan… Read More
Saya IDEALIS SPONTAN, Kamu??Sesekali, mencoba memahami diri sendiri itu menyenangkan yah. dengan menganali diri kita, kita bisa lebih bisa menempatkan sikap...hehe... Maka dari i… Read More
Tak Perlu Menghapuskan Masa Lalu Itu Di kampungku, ada sate yang amat suangaaat eunaaaak sekali bagiku. Sate Mowe’ namanya. Tak jelas pula asal usul nama itu kenapa begitu, sebab, ia su… Read More
Nakal = pake akal....
ReplyDeletehihihi iklan apa ya kak?
tulisannya gak kaku kok....
seperti biasa... asyik dan menarik
..hohoho... gombal
bilo ka basobok baliak jo akak yo?
Assalamu'alaykum Piteeellll ^_^
ReplyDeletepokoknya, tulisan pitel adalah yg paling keren di ima doh...
Pitel is d most creatif of all wowen i knew
wa'alaykumussalaam Imaaa : ahaha...ima sejak kapan gombal?
ReplyDeletehehe....alhamdulillaa klo bgtu..^^
@Nayo : hehe...iyaa nih, kangen sm Nayooo...bilo awak basuo liak?^^